Chapter 7

19 2 4
                                    

Kehadiran pemuda asing secara tiba tiba membuat Lili terkejut dan refleks menyerangnya.

.

.

.

Bukannya terkejut atau menghindar, si pelaku hanya terkekeh kecil dan memandang Lili dengan seringai jahil nan menyebalkan. Seorang pemuda berambut hijau kebiruan berdiri tepat didepannya saat ini.

"Tidak sopan nona, menyerang orang dengan pisau begitu, terlebih kau belum mengenalnya dan tak menjawab pertanyaannya". Ucap pemuda itu sambil mendorong pisau Lili menjauh dari lehernya menggunakan jari telunjuknya.

Masih terdiam, Lili masih sibuk mengatur nafasnya yang memburu akibat rasa terkejutnya yang belum reda. Mereka terus menatap dengan ekspresi masing masing. Si pemuda dengan seringai jahilnya dan Lili dengan tampang datar yang waspada.

"Eikki!!!" Suara seorang gadis menepis keheningan yang tercipta tadi.

"Oh, Lili, kau disini. Maaf aku terlalu lama meninggalkan mu, tadi aku sudah kembali, namun kau tertidur jadi aku kembali ke kamar kakak ku karena tak ingin mengganggu tidur mu" ciri khas Sella sekali dengan celotehannya

Lili menghela nafas saat melihat gadis berambut perak itu menyapanya.

"Oh, Eikki, kakak, ini Lili, teman sekamarku. Dan Lili, yang berambut mirip denganku itu kakak ku Utara Abyasa, sedangkan yang berambut hijau namanya Eikki Sigurdsson."

Lili menatap tajam kearah Eikki yang hanya cengar-cengir tak jelas.

"Kenapa kalian hanya diam? Ayo berjabat tangan" ucap Sella.

"Aku Utara Abyasa, kakaknya Sella. Senang bertemu denganmu." Ucap si pemuda berambut perak yang sedikit lebih gelap dari Sella.

"Eikki! Kenapa hanya diam?" Sentak Sella.

"Sebelum dia meminta maaf padaku aku tak akan mau berjabat tangan ga dengannya." Ungkap Eikki sambil mengerucutkan bibirnya.

'plak'

Suara pukulan menggema di sepanjang lorong lantai dua.

"Ishhhh Utaaa!! Ada apa dengan mu!? Kenapa kau memukulku!?" Marah Eikki, karena pukulan Uta tak pernah main main.

"Berhenti bersikap konyol bodoh! Kau bahkan tak terluka. Kau mengejutkannya wajar bila dia menodong mu. Jika aku jadi dia aku tak segan segan menghajar mu detik itu juga!" Desis Uta.

"Olen pahoillani¹" ucap Eikki pada Uta sambil terus mengusap bagian belakang kepalanya yang menjadi korban kasih sayang Uta.

"Bukan padaku, tapi padanya" ucap Uta sambil menunjuk ke arah Lili.

"anna anteeksi asenteeni miss²" ucap Eikki sambil membungkuk.

"Bodoh mu bertambah atau kau memang tak tau? Dalam data base sekolah kita, hanya kau saja yang berkebangsaan Finlandia, 바보 (babo)³ kau hanya beruntung Uta bisa bahasa mu. Kecuali dia memang bisa bahasamu, aku tak akan mempermasalahkannya" ucap sebuah suara malas yang datang dari belakang Lili. Seorang gadis manis berwajah malas menghampiri mereka.

Lili memegang dadanya, jantungnya berdebar kencang karna kaget. Seumur-umur ia selalu menyadari kehadiran seseorang yang mendekatinya, tapi mengapa disini ia tak bisa menyadari kehadiran seseorang? Ada yang aneh dengan sekolah ini, tidak lebih tepatnya anak-anak yang ada di asrama ini.

"Kenapa kalian berisik sekali? Dan kalian berdua, kalian laki-laki apa yang kalian lakukan di lorong kamar perempuan?" Tanya gadis itu.

"Byeol-a, aku membawa mereka sekalian untuk turun, sekarang jam makan malam." Sella tersenyum pada gadis itu sambil mengamit tangannya.

Dream FightersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang