Satu bulan telah berlalu sejak hari simulasi ujian pertama yang diisi dengan berbagai ujian-ujian lainnya. Hari ini masa tenang setelah ujian yang diisi dengan festival olahraga. Hari-hari penantian menunggu kelulusan.
Saat anak-anak lain sibuk dengan festival olahraga, Lili hanya diam di ruang musik sambil menumpukan kepalanya di atas piano. Matanya memang tertutup, namun dahinya mengernyit seakan berusaha mengingat sesuatu. Tak berapa lama, mata gadis itu terbuka perlahan dan menatap ke depan dengan malas dan datar.
'ah..... Aku lupa menemui pak Yudha untuk menerima undangan rekomendasi itu' gumamnya.
Gadis itu bangkit dan mengambil tasnya lalu berjalan menuju ruang guru untuk menemui wali kelasnya.
Ada alasan mengapa akhirnya Lili memutuskan untuk menerima undangan academy Un Râve tanpa pendapat lebih lanjut dari sang wali kelas. Selain karena desakan dari pihak keluarga, juga mengingat jarak antara sekolahnya saat ini dengan
Un Râve Academy sangat jauh. Kecil kemungkinan ada temannya yang akan masuk Un Râve Academy terlebih sekolah itu berbasis asrama dan sangat mahal.Ngomong-ngomong, pak Yudha sudah kembali sejak seminggu yang lalu. Syukurlah gurunya itu tak dipecat hanya karena membela seorang korban bully.
'Tok'
'Tok'
'Tok'
'Ceklek'
Lili membuka pelan pintu ruang guru dan mencari sosok guru kharismatik berstatus wali kelasnya. Tak sulit menemukan sosok itu. Perawakan tinggi dan rambut hitam agak kecoklatan menjadi ciri khas sang guru IPA.
"Permisi Pak" sapa Lili
"Oh nona Ananda, ada apa?" Balas sapa Yudha.
"Err.. pak, tolong jangan memanggil dengan nama itu dulu. Aku belum nyaman dengan itu" ucap Lili
"Kalau begitu, bagaimana dengan nona Emiral?" Ucap Yudha
"Kurasa juga tidak, walaupun itu lebih baik" balas Lili
"Hahaha.... Aku hanya bercanda, kalau begitu ada apa Lili?" Tanya Yudha
"Pak... Err... Apakah undangan itu masih berlaku?"
"Undangan Un Râve academy? Tentu saja masih, kau tertarik?" Tanya Yudha lagi
"Iya pak" jawab Lili.
"Kalau begitu, sehari setelah kelulusan datang langsung ke Academy. Ah.. bawa perlengkapan mu juga, kau tahu kan itu sekolah asrama?" Ucap Yudha.
"Baik pak, terima kasih. Kalau begitu saya permisi dulu" ucap Lili lalu membungkuk dan pergi dari ruang guru.
Setelah Lili keluar, Yudha langsung menelpon seseorang.
"Mission complete" ucap Yudha singkat
"Kalau begitu setelah kelulusan anak itu, langsung urus surat pengunduran dirimu dari sekolah itu" balas orang diseberang telepon
"Baik" ucap Yudha.
.
.
.
.
.
[Langsung skip ke hari kelulusan Lili ya? Bosen juga kan dengan pembullyan tanpa akhir ini]
Di hari kelulusan, Lili datang bersama ibu dan ayah angkatnya. Tidak ada Azalea, gadis itu harus tetap sekolah atas tihtah sang ayah tercinta. Bagaimana tidak, nilai-nilai gadis itu hancur lebur bagai cermin retak seribu. Dan walaupun sudah merengek sejadi-jadinya, Lea tetap harus sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Fighters
Teen FictionKetika harapan mu tercapai. Ketika mimpimu jadi kenyataan. Liliana Emiral, seorang gadis introvert berparas cantik dan baik hati dengan kejeniusan yang selalu menuai pujian tak hanya akademik, Lili pun mahir memainkan hampir semua alat musik dan ber...