Lili melangkahkan kaki jenjangnya berbelok menuju lorong asrama putri setelah berpisah dengan Kenzie yang berjalan menuju lantai 3.
Gerakan tangannya yang akan memasukkan kunci terhenti ketika mendengan suara Sella yang berteriak dari dalam kamar.
"Theodore!!! Kembalikan jepit rambut itu!!! Adler, Baldric!! Berhenti kalian berdua! Adler jangan terlalu cepat!"
'cklek'
"Oh hai Lili, ugh, bisa bantu aku mengendalikan mereka? Hei Arc, Arrow, Knight! Jangan hanya menonton tolong aku!! Dasar kalian kucing tak berperasaan! Annie, Bella, Clara, bisakah kalian duduk bersama Arc, Arrow dan Knight?"
Keadaan benar benar kacau, Theo yang berlarian ke seluruh penjuru kamar, diikuti dua ekor anjing Siberian Husky, 3 ekor kucing yang dilihat Lili semalam duduk santai diatas kasur Sella, dan 3 ekor anak kucing berbulu coklat sedang melompat-lompat di kaki Sella. Hebatnya, gadis itu bisa menyebutkan nama seluruh hewan itu dengan lancar.
"Err Sella, mengapa disini heboh sekali?"
"Nanti aku jelaskan! Bisakah kau membantuku mengatasi mereka?"
"Huft, oke."
Lili yang masih memegang tali skipping miliknya membuka sebelah pegangan kerasnya dan meninggalkan talinya lalu melakukan gerakan memencut lantai.
'ctak'
Suara pencut membuat suasana kamar gaduh akibat hewan hewan itu mendadak menjadi tenang.
"Good boy, sit!!" Suara bernada perintah itu membuat semua hewan yang berada didalam kamar seketika duduk.
"Wow kau hebat dalam mengatasi ini"
"Anggap saja aku pernah dianggap salah satu dari mereka, tapi lebih hina" ucap Lili seraya menuju tas hitam miliknya. Ucapan Lili membuat Sella mengangkat sebelah alisnya.
"Salah satu dari mereka?" Tanya Sella.
Gadis itu tak menjawab, dia menatap miris pada tasnya. Ia merutuk dalam hati, gadis itu ingat untuk membawa makanan anjing yang memang dibawanya untuk jaga-jaga bila dikejar anjing liar yang yah tidak begitu penting dibandingkan membawa cat rambutnya yang seharusnya menjadi hal wajib baginya. Menyebalkan.
Gadis itu membagikan makanan anjing pada 3 ekor anjing disana sambil mengelus bulu ketiganya yang ditanggapi dengan goyangan ekor ketiganya.
"Jadi, ada apa? Kenapa bisa sekacau ini?" Lili menuntut penjelasan gadis bersurai putih sedikit perak itu.
"Berdy baru pulang dari tugas dan harus menyelesaikan laporannya. Jadi, dia menitipkan kedua anjing Siberian Husky nya padaku."
"Jadi,kedua Siberian Husky ini milik Berdy?" Tanya Lili
"Yap, yang coklat putih namanya Adler, dia sangat cepat dan yang hitam putih namanya Baldric dia yang paling berani." Jawab Sella sambil mengambil jepit rambutnya dari mulut Theo.
"Kau bisa mengatasinya kan sekarang? Aku ingin mandi" ucap Lili datar dengan tangan kiri masih menggaruk leher Adler sedangkan tangan kanannya mengusap kepala Baldric.
" Huum, tentu, mandilah, aku akan menunggumu untuk di ruang makan. Aku harus membawa mereka semua keluar" ucap Sella pada Lili yang hanya dibalas anggukan oleh lawan bicaranya.
.
.
.
.
.
Kembali, air dingin mengguyur tubuh kurus dengan luka lebam dan sayatan disana sini. Ia tak peduli dengan semua luka itu bahkan perih pun tak dihiraukannya. Setidaknya air dingin bisa lebih mengalihkan perhatiannya dari perihnya luka yang masih terbuka. Gadis itu memandang sabun beraroma mint tanpa antiseptik ditangannya. Ia sudah menyiksa tubuhnya dini hari tadi dengan sabun itu. Sebenarnya ia tak berniat melakukan itu lagi, ia bukan masokis. Tapi apa boleh buat, untuk kesekian kalinya ia merutuki kecerobohan dirinya yang lupa membawa sabun antiseptik miliknya. Ia memang sering membawa dua sabun, satu sabun antiseptik tanpa aroma dan satu lagi sabun aroma mint yang saat ini berada ditangannya. Tapi, benarkah ia lupa? Benarkah ia menjadi ceroboh? Lili mulai meragukan hal itu. Baru kali ini ia melupakan hal penting yang seharusnya ia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Fighters
Teen FictionKetika harapan mu tercapai. Ketika mimpimu jadi kenyataan. Liliana Emiral, seorang gadis introvert berparas cantik dan baik hati dengan kejeniusan yang selalu menuai pujian tak hanya akademik, Lili pun mahir memainkan hampir semua alat musik dan ber...