01-MENGAJAR ATAU BELAJAR

58 9 6
                                    


Kejadiannya adalah hari selasa seperti biasa, jadwal aku mengajar di kelas yang sekaligus  adalah wali kelasnya mereka. Murid-muridku itu Masya Allah gimana yah ada yang pintar, ada yang biasa bahkan ada yang luar biasa bikin pusin tiap masuk ke kelas. Untungnya selalu sedia amunisi biar nggak pusing menghadapi tingkah mereka. I do loves candies, aku pencinta permen dan banyak saku baju yang terisi oleh permen. Selain dompet, puplen, flashdisk atau kertas nyelip, the last selalu sedia permen. Gunanya biar tenggorokan  nggak kering sehabis teriak marahin anak murid  yang nggak mau diem. Ulahnya kelihatan biasa mungkin yah dimata kalian yang mungkin profesinya bukan mengajar.

Awalnya Erlangga—nama anak murid  yang kebetulan suka banget ketawa, nggak jelas tuh ngetawain apa, yang pasti dia suka banget ketawa hal lucu atau nggak lucu ketawanya suka lebar banget sampe suara saya kalah keras sama suaranya. Kedua ada teman sebangku nya Erlangga yang namanya Salman—ini anak emang agak lemot karena ternyata setelah saya ngobrol sama orang tuanya Salman ini dulu sakit disleksia, jadi dia agak kesulitan baca sama tulis gitu. Sebagai wali kelas yang baik yah aku dikte dia atau bimbing dia secara personal namun karena mungkin memang dia agak spesial akhirnya lama kelamaan aku nyerah dan berusaha menyamakan semua treatment ke dia berharap dengan disamakannya perlakuan dia akan terpacu karena kan bersaing dengan teman-temannya.

Tapi namanya juga murid. Jenjang apapun bukan masalah bagi mereka untuk terus becanda, lempar penghapus, atau minjem pulpen sambil maksa, atau jahil nyoret di buku teman, sampai akhinya sampe baku hantam juga pernah di kelas itu. Bayangkan aja tingkah mereka kadang suka bikin aku merasa aku ingin melalukan hal yang ekstrem tapi karena aku perempuan dan berharap semua kelakukan nakal mereka luluh dengan lembutnya aku. Sayangnya semua hanya mimpi.

Setelah aku tegur mereka berdua dengan baik sampai akhirnya mereka bilang gak akan becanda lagi dan aku pisahin tuh tempat duduk mereka, selang sejam kemudian aku keluar kelas karena bel istirahat aku ketemu mereka lagi nongkrong berjemur dengan baju basah kuyup. Nggak perlu ku tanya lagi, aku ambil pulpen dan ku jitak kepala mereka karena mereka main air buat cuci tangan yang kebetulan kerannya ada di depan kelas mereka sampe akhirnya baju mereka basah.

Mereka sih janji lagi tapi aku nggak mau dengar lagi. Pokoknya sejak hari itu aku belajar dan mengajari murid aku bahwa pentingnya menjaga kesehatan juga hemat air karena kalau mereka sampe sakit dan ketinggalan pelajaran yang lebih repot bukan mereka. Toh faktanya murid aku sekarang remedial iya, belajar iya, praktek iya tapi budi pekerti mereka masih kurang. Contohnya mereka kurang menghargai betapa pentingnya sumber daya alam yang ada. Air! Water! Alma! Cai! Mereka pikir karena masih banyak air di kamar mandi mereka bagus gitu buang-buang air Cuma buat bercanda. Makanya sayangi diri kalian juga sumber daya alam di sekitar kita. 

Nggak tahu sih rasanya mahal bayar air! Karena ini pula bukan Cuma anak murid yang ku pantau melainkan keran air juga ku pantau dengan menutup sebagian dari keran supaya anak murid aku nggak main air dengan alasan cuci tangan yang akhirnya cuci badan sekalian!

CURHAT TEACHER ZAMAN NOW #HILDA'SPROJECTWhere stories live. Discover now