~KS.24~

62 2 0
                                    


November tahun lalu menjadi saksi bisu atas semua sendu yang ku rasa saat di tinggalkan dirimu.
Semesta mempertemukan kita, di suatu tempat yang amat berkesan.
Senyummu yang indah,
Kamu memperkenalkan dirimu dengan amat manis gerak gerik mu mendekatiku. Mata ku tak sanggup melirik siapapun selain kamu, indah mu bagai sang senja yang tak pernah pudar akan warnanya.
Dan saat itu hari-hariku berwarna.
Tak satu pun hari tanpa kita lewati.
Kau ingat kesukaan ku apa? Tentu saja bukan karna kita memiliki ke sukaan yang sama. Yang selalu menjadi topik perbincangan kita di setiap hari sabtu dan minggu.-sudah tak perlu ku jelasakan semoga saja kau paham.
Kau yang selalu menjahili aku ketika kita sedang berjalan bersama, tidak pernah berdua kita berjalan selalu bersama teman-teman yang lain. Tapi anehnya hanya aku yang kau jaili, sebenarnya tidak aneh memang kau suka bercanda orangnya.
Maaf jika waktu itu kau sering ku paksa untuk selalu hadir dalam satu kegiatan yang kita ikutin.
Padahal aku tau kau tak suka di paksa tapi kau tetap saja datang.
Hari-hari hahagia kita bersapa lewat sosial media, kita berjumpa lewat kegiatan dan harapanku kita selalu berjumpa lewat doa.

Terlepas dari kebahagian itu, ada luka yang mendalam.
Sikapmu yang kian hari berbeda entah sebab apa aku tak tau.
Yang ku tau kau berhenti secara perlahan.
Kau membuat pengakuan seolah aku yang salah, tanpa bukti nyata kau mengira aku wanita yang tak baik.
Memang aku belum seutuhnya menjadi wanita yang baik.
Kau pergi meninggalkan semua janji yang pernah kau ucapkan padaku.
Tak ku temui lagi senyum ceria di waktu bagi sabtu dan minggu, aku benci hal itu aku benci melihat hal itu seringkali jika hal itu terdengar di telingaku seolah aku muak, aku benci ingin rasanya memaki namu semua ku tahan ku pendam sendiri saki hati yang takan pernah reda.

Ku harap akan segera hilang, segera tergantikan dengan warna baru.
Namun luka sendu yang membeku di hati seolah menolak pergi bahkan sudah lama kita terpisah jarak yang amat luas, masih saja jika ku lihat fto mu di sosial media rasanya mgisakkan dada, amarah dan air mata takan pernah reda.

Dan saat ini, november tahun ini tak sengaja terekam kembali memori kisah singkat yang pernah kita lalui.
Aku yang sudah melupakan semuanya tiba-tiba semesta menghadirkan rindu yang sama sekali tak berujung temu dan takan pernah temu.
Aku yang sudah melupakan mu tak pernah sejalan dengan hati yang masih membencimu sebab luka telah mematikan rasa.

Entah apa dan harus bagai mana kisah yang sudah benar-benar selesai masih saja terngingan di fikiranku.
Ikhlas sudah ku lakukan rasanya entah aku bingung harus bagai mana dengan semua ini.

Journey Kupi {2018}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang