Chapter 6

1.5K 270 11
                                    

Wonwoo menelan ludah karena berkonsentrasi ketika dia menulis jawabannya dengan marah pada selembar kertas. Ini adalah pertanyaan terakhir dari permainan tadi, dan jika benar, dia menang, dan Mingyu harus menyetujui kesepakatan itu. Dan jika dia kalah? Ini akan menjadi seri, dan yah, Tuhan tahu apa yang terjadi nanti. Karena kompromi tidak akan pernah dilakukan oleh seorang Wonwoo.

Setelah memeriksa jawabannya untuk kelima kalinya, dia menyerahkan kertas itu. "Selesai!"

Mingyu melihat sekilas pekerjaan Wonwoo dan menyeringai, tatapan menusuknya membuat Wonwoo cemas. "Salah, maaf." Dia memainkan selembar kertas itu di depan wajah Wonwoo, dan Wonwoo mengernyit. Di mana salahnya?

Sebelum Wonwoo bisa membuka mulutnya untuk bertanya, Mingyu menunjukkannya. "Ini." Jarinya menujuk pada bagian bawah halaman, dan Wonwoo mengernyitkan alisnya karena kebingungan sebelum akhirnya memukul dahinya dengan telapak tangan kanannya. "Sejak kapan 8 kali 12 ... 92, Wonwoo hyung?" Dia mengejek.

"Ya, oke. Jadi ini seri. Apa yang terjadi sekarang?"

Mingyu menyangga dagunya dengan telapak tangannya, sambil tersenyum lebar, "Baiklah, katakan padaku, apa yang kamu inginkan?"

Wonwoo mencemooh sambil cemberut. "Apa kamu serius?" Mingyu terdengar sangat mirip dengan ibunya saat itu, dan itu tidak bisa dipercaya. "Apa kamu pikir aku ini anak kecil?" Wonwoo frustasi karena kekalahannya, senyum dan semangatnya semakin hilang.

"Aw, jangan cemberut. Aku akan tetap setuju dengan kesepakatan itu." Wonwoo mulai berpikir bahwa ekspresi wajah Mingyu saat istirahat adalah seringaian yang sangat meyilaukan itu, dan wajah datarnya bisa dia buat sesuka hati. Anehnya, sepertinya hal itu tidak terlalu sulit bagi Mingyu.

"Benarkah? Kenapa?" Dia tidak melihat alasan yang baik kenapa Mingyu setuju, apa mungkin dia juga menginginkan hal yang sama. Pikiran itu untuk beberapa alasan terus berptar di dalam kepalanya.

Mingyu memasang kembali ekspresi wajahnya yang sedang istirahat, "Karena kamu adalah temanku, dan aku harus melakukan apa yang kamu inginkan. Bahkan jika aku mungkin tidak menyukainya."

"Oh, betapa berani dan tidak egoisnya, Kim Mingyu," komentar Wonwoo secara sarkastik. Mingyu menaikkan alisnya karena geli, dan akan membuka mulutnya untuk menarik kembali tawarannya, tapi Wonwoo menyadari dan segera menghentikannya. "Aku menariknya kembali! Hanya- kamu telah berjanji untuk tetap menyetujui kesepakatannya, kan?"

Dia mengangkat bahu, "Ya, tentu." Kebiasaan Mingyu yang santai mengejutkan Wonwoo, tapi dia segera mengyingkirkannya. "Bagaimana kalau aku melanggar peraturannya? Apa hukumannya?"

"Hah?" Wonwoo tidak memikirkan hal itu. "Kamu akan berhutang padaku sesuatu yang lain kalau begitu."

Mingyu menyeringai, "Sejujurnya aku tidak akan pernah merasa keberatan untuk selalu membantumu selamanya."

"Itu akan menjadi hal yang mengerikan!"

Mingyu menyangga tubuhnya dengan kedua tangannya yang ada di belakang, "Benar ... Sangat mengerikkan. Tapi aku masih akan terus melakukannya. Bagaimana denganmu? Apakah ini kesepakatan satu orang, atau apakah aturan itu juga berlaku padamu? "

"Apa? Tentu saja tidak, kenapa aku harus merasa ingin menyentuhmu?" Wonwoo berkata, sambil memberi Mingu tatapan heran dan kemudian berubah menjadi tatapan mengejek.

Mingyu pura-pura kelihatan bingung, "... Benar. Karena akulah satu-satunya yang selalu memerah seperti anak kecil."

"Oke sampai jumpa. Keluar dari sini."

Dua minggu kemudian, Mingyu berdiri di depan sebuah cermin tinggi dan mengancingkan kemeja denimnya, memastikan untuk membiarkan dia kancing bagian atasnya terbuka. Menata rambutnya dengan hati-hati agar terlihat keren, hot, tetapi tidak terlalu hot. Dia juga memakai celana jeans hitam yang sedikit ketat dan sepatu boot. Tidak, dia ingin membuat orang terkesan. Dia hanya ingin terlihat menarik, seperti yang dilakukan orang-orang di dunia ini.

Are You Sure? - Meanie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang