Chapter 02

118 23 21
                                    

Dear mr Darkness
Please, stop it

~♤●♡○♤

*Calsey POV*

Mata itu nyaris menenggelamkanku pada kegelapan dunia. Hitam, dalam, dingin, dan....menakutkan.

"Hai, kau pasti Calsey. Ayahmu sering membicarakanmu padaku," ujarnya masih dengan senyuman aneh di wajahnya. Aku melirik Dad, dia kelihatan gusar.

Pria bernama Edward Gibbs itu memiliki sepasang mata elang dan tajam dengan manik hitam gelap. Tubuhnya kokoh dan tegap serta penampilannya yang mewah dengan jas hitam yang ia kenakan. Aku tidak tahu merk apa parfumnya sehingga aku dapat menghirup aroma musk wangi dari dirinya. Rahangnya kokoh, kukitnya yang sedikit gelap, dan dia luar biasa tampan dengan sedikit janggut halusnya itu.

Cara dia menatapku begitu intens, menelanjangiku dari bawah ke atas. Membuatku menjadi kaku dan hampir lupa cara bernapas. Kemudian senyuman anehnya membuat bulu kudukku merinding. Ia menyeringai tidak seperti orang biasa, sangat menakutkan dan penuh misteri.

"A-ada apa ini?" Aku tidak bisa menyembunyikan kegugupanku.

Edward mengangkat sebelah alisnya, kelihatan sedikit bingung. "Bukankah Daddymu sudah memberitahumu?"

Spontan aku menoleh ke ayahku. Dia hanya menundukkan kepalanya, terdiam.

"Liam, kau tidak memberitahu anakmu?" Edward bertanya pada Dad dengan nada keheranan. Dad masih tetap menyimpan suaranya sambil menatap datar. Entah apa yang lucu, Edward mulai tertawa. "Hahaha, ternyata aku salah. Seharusnya aku tidak datang sekarang karena kukira anakmu sudah tahu apa yang tengah terjadi. Demi tuhan, wajahnya yang cantik kelihatan lucu sekali ketika menjadi seperti orang linglung begitu," aku tidak mengerti apa yang ia ucapkan.

"Baiklah-baiklah, karena aku sudah berada disini, maka aku yang akan memberitahumu," Ucap Edward, dia sempat menghela napas sebentar kemudian berujar dengan santai tanpa merasa aneh sama sekali padahal perkataan berikutnya yang keluar dari mulutnya benar-benar membuatku syok setengah mati. "Kau telah dijual oleh ayahmu untuk menebus hutangnya terhadapku,"

Sejenak aku tidak mencerna apa yang ia maksudkan, "Hah?"

"Kau dengar dengan jelas apa yang ku ucapkan," ujar Edward

Aku menoleh ke arah Dad, "Dad apa maksudnya ini?"

Dad diam sejenak, lalu bicara dengan nada dingin, "Kau sudah dengar, kan? Sekarang kau harus pergi bersamanya,"

Aku nyaris tidak percaya apa yang ia katakan. "Dad?"

Dad tiba-tiba berdiri dari sofa dengan gerakan tidak santai. Aku meringis begitu dia dengan kasar menarik tanganku, membawaku ke kamarku lalu melemparku begitu saja sehingga aku terduduk di lantai.

"Sekarang, bereskan barang-barangmu! Aku sudah tidak mau mengurusi anak sepertimu lagi!" Bentaknya. Aku ketakutan. Seumur hidupku, aku tidak pernah mendapatkan kata-kata bentakan dan bernada tinggi dari Dad. Rasanya ada sesuatu yang langsung menusuk hatiku, merubahnya menjadi kepingan-kepingan yang tidak berguna. Aku tidak bisa menahan air mataku keluar.

"D-dad?"

"Diam! Selama 10 menit kau belum selesai membereskan barangmu, akan kupastikan barang-barangmu sudah terbakar jadi abu!" Dia berbalik, lalu mengunciku dari luar.

Aku menuju pintu, mengetok dengan keras dan menggedornya, namun Dad tidak mendengarkan. Putus asa, aku akhirnya menuruti perintah Dad dengan memasukkan sejumlah baju dan novel-novelku ke dalam koperku. Aku masih pada rasa syokku akibat perubahan sikap Dad yang tiba-tiba menjadi kasar terhadapku.

Lemme GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang