Chapter 04

97 19 7
                                    

Dear Mr. Darkness
Stop being my nightmare!

~◇○♡●◇~

*Calsey POV*

Hampir sebulan aku tinggal serumah dengan Edward dan rasanya seperti neraka!

Edward selalu menjadi lebih kasar ketika dia memaksaku untuk memuaskan nafsunya. Ini selalu berlangsung semakin parah. Setiap malam, ia akan datang ke kamarku dan melakukan hal yang tidak senonoh terhadapku. Aku ingat betul saat aku melihat matanya yang gelap laksana langit malam, aku tersedot lubang hitam itu sehingga aku terbuai tak sadar bahwa tangannya sudah berada di antara pahaku.

Edward lebih buruk dari siapapun. Percayalah!

Dia pernah kesal terhadap sesuatu yang tidak kuketahui, lalu mengacak ruangan tengah dengan brutal sehingga ruangan itu hampir seperti dilanda badai. Aku bahkan ingat bagaimana kerasnya usaha Alfred, paman Grive, dan Carl si supir pribadi Edward berusaha menenangkannya. Namun, Edward begitu kuat bahkan untuk tiga pria dewasa tersebut.

"Hahh," aku menghela napas begitu aku mengingat bagaimana kesan awal ketika aku sudah berada disini. Waktu itu aku merasa wah sekali dengan kehidupan di rumah mewah ini. Aku menghabiskan waktu tenang, walau itu hanya berlaku jika Edward tidak di rumah. Aku juga dapat mencicipi makanan kelas atas yang begitu menggiurkan dan luar biasa enak. Namun, sekarang rasanya begitu membosankan dan kosong.

Edward tidak pernah membiarkanku menginjakkan kaki pada perbatasan area rumahnya sehingga membuatku merasa terkurung dan terkekang. Aku bukanlah tipe cewek yang suka berdiam diri di rumah. Biasanya di Easthomp, aku akan berkumpul dengan para cowok dan cewek di area perumahan kami yang penuh dengan orang miskin. Ingin sekali aku melakukan hal itu lagi karena tidak tahan hanya berdiam diri. Aku ingin keluar dari rumah ini, berjalan di luar sana, menghirup udara segar. Tapi, Edward tidak bisa ditentang.

"Aku tidak akan segan menguncimu di kamar seminggu penuh jika kau berani keluar dari rumah ini!"

Suaranya yang penuh dengan ancaman terngiang di kepalaku. Aku hanya bisa menganggukkan kepala dalam diam.
.
.
.
Hari ini Emely berjanji padaku akan mengajariku cara membuat kue kering. Sungguh, kue keringnya benar-benar nikmat sekali. Walau dia hanyalah seorang pembantu di rumah Edward, kemampuan memasaknya mungkin bisa bersaing dengan para koki.

Beberapa kali Emely menegurku : "kau harus mengaduknya seperti ini," atau "kau terlalu banyak memasukkan gula," juga "Jangan hanya diam saja, kau harus memastikan suhu ovennya dengan benar," dan sebagainya. Aku jadi merasa seperti gadis bodoh yang tidak bisa memasak.

Dulunya di Southomp, aku hanya bisa memasak beberapa makanan sederhana saja. Itupun aku menguasainya secara otodidak karena kutahu bahwa Mom bukanlah wanita yang handal memasak. Aku ingat ketika aku masih belia, Dad dan aku harus memaksakan diri menghabiskan omelet buatannya yang rasanya luar biasa tidak enak. Ibu Darren--ibu dari teman tetanggaku--memberikan sebuah buku resep untukku, jadi sejak itu aku selalu berlatih skill memasakku sehingga ketika aku berumur 12, aku resmi menjadi tukang masak di rumah.

Aku memasukkan jariku pada adonan yang hendak di masukkan ke oven dan mencicipinya.

Lumayan

Walau sebenarnya ini masih tidak sebanding dengan buatan Emely.

Ketika beberapa menit kemudian di oven, kue kering buatanku selesai. Aku membuka oven dan meletakkan mereka ke dalam wadah. Emely mendekat, mengambil satu kue kering itu. Aku menatapnya sedikit khawatir jikalau rasanya tidak enak. Namun, aku menghela napas lega begitu ia memberikanku ibu jarinya bertanda bahwa kue-ku lolos seleksi baginya.

Lemme GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang