Kedekatan Sakura dan Kakashi terus terngiang di ingatan Sasuke.
Selama ini Sasuke tidak berfikir Sakura akan membiarkan pria lain mendekatinya hingga seintim itu. Tapi Sasuke melupakan fakta bahwa jauh sebelum Sasuke pergi dari desa, Kakashi memang satu tingkat lebih dekat dengan Sakura.
Pria itu bergerak gelisah dalam tidurnya. Tak tenang dengan gejolak dan perasaan asing yang kian mendesak dan mengganggu ketenangan malamnya.
Kalah dari desakan di hatinya, Sasuke bangkit dan melirik ke arah jam dinding.
Pukul 9 malam. Tidak terlalu malam untuk sekedar berjalan-jalan menghirup udara segar.
Naruto sudah lebih dulu mencapai alam mimpi dengan dengkuran yang luar biasa mengganggu bahkan bagi para hantu sekalipun.
Karena itu, Sasuke melewati begitu saja si rival sekaligus sahabatnya ini.
Lorong-lorong rumah sakit masih dihiasi beberapa petugas medis dan pasien yang memiliki tujuan yang sama dengannya.
Tak seburuk yang ia bayangkan.
Tanpa sadar langkah membawanya membuntuti seorang gadis yang amat ia kenal.
Entah kesibukan apa yang saat ini Sakura tangani hingga tak menyadari bahwa ia dibuntuti oleh Sasuke.
Ketika melihat Sakura memasuki ruangan yang bertuliskan "Khusus Petugas" desah berat meluncur tanpa ia sadari.
Menyembunyikan hawa keberadaannya bukanlah hal yang sulit.
Tapi kenapa pula dia harus repot-repot bersembunyi seperti ninja mata-mata?
Serabut halus menghiasi pipi Sasuke saat sadar ia sudah melangkah sangat jauh dan melenceng dari dirinya yang penuh dengan rasionalitas.
Saat hendak berbalik dan meninggalkan ruangan itu, suara berat seseorang yang sangat ia kenal menahan tubuhnya untuk tetap di tempat.
"Lembur?"
"Sensei! Sudah berapa kali ku bilang jangan istirahat di sini. Gimana kalau Ino atau yang lain melihatmu?"
"Tapi sejauh ini cuman kau yang melihatku kan?"
"Sensei!"
"Hahaha, aku bercanda. Aku lelah Sakura, butuh sedikit bantuan untuk merilekskan bagian ini."
"Dasar, sensei seperti anak kecil saja."
"Tidak masalah selama ku lakukan itu di depanmu."
"Berhenti bercanda sensei, atau aku akan memukul mu."
"Kau semakin galak saja."
Andai mereka bisa lihat bagaimana wajah Sasuke tertekuk masam dengan aura gelap yang menguar di tubuhnya.
Dia tidak tahu apa yang terjadi setelah kepergiannya dari desa. Kedekatan Kakashi dan Sakura jelas diluar perkiraannya.
Meski sepertinya Sakura masih belum menangkap sinyal-sinyal yang Kakashi berikan, tapi sasuke bisa membacanya dengan baik.
Sekali lagi, suasana hatinya memburuk bahkan jauh lebih buruk dari sebelumnya. Terimakasih untuk mantan guru genitnya itu.
Sebelum sempat meninggalkan tempat mengupingnya, Sasuke kembali mendengar percakapan mereka yang membuat wajah Sasuke kian menggelap.
"Kenapa sensei selalu istirahat di sini? Apartment sensei dengan rumah sakit ini cukup jauh kan?"
"Kalau ku bilang karena ingin menemuimu, apa kau akan memukulku?"
"Cih..."
.
Pagi yang cerah dan indah ternyata tak mampu meredakan suasana hati uchiha muda yang masih dibakar api cemburu.
Buktinya sejak tadi wajah Sasuke masih tertekuk dan ia tak menjawab satupun pertanyaan atau merespon candaan Sakura.
Sakura cukup sadar mood Sasuke sedang tidak bagus, karena itu dia melirik kearah Naruto untuk meminta penjelasan.
Tapi pemuda jabrik itu hanya bisa menggeleng pasrah.
Bahkan ketika Naruto membuka mata, bukan sapaan hangat atau senyum menenangkan hati yang Naruto dapat. Melainkan Sasuke yang duduk bersandar, menatap jauh ke luar jendeka dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
Yang lebih penting, aura yang menguar darintubuh pria itu sangat gelap. Benar-benar gelap seperti racun, seakan jika Naruto mendekati area Sasuke, maka dia bisa mati kapan saja karena radiasi kegelapan aura Sasuke.
Naruto sempat berfikir pria itu salah makan hingga membuatnya sembelit dan tidak bisa buang air besar, tapi ditepisnya pikiran konyol itu.
Sakura memang tidak tahu penyebab pasti kenapa pemuda itu bad mood. Tapi melihat respon yang Sasuke berikan padanya, entah kenapa Sakura merasa ini karena ulahnya. Mungkin ada tindak tanduk yang Sakura lakukan dan itu membuat Sasuke tak senang.
Tapi apa?
Sedikit keberanian dan bermodalkan nekat, Sakura mencoba membujuk Sasuke yang merajuk.
"Sasuke-kun kau mau makan siang denganku? Tentu Naruto juga dan sen-"
"Cukup kau."
Keheningan sempat terjadi di ruangan itu, seolah waktu berhenti bergerak.
Naruto yang tadi sibuk mengunyah potongan apel pemberian Hinata, menahan kegiatan mengunyahnya karena ucapan Sasuke. Kedua bola matanya bergerak slow motion kearah Sasuke diikuti oleh kepalanya.
Keterkejutan juga dialami oleh Sakura yang mendadak kehilangan kemampuan mengolak kata. Ia menatap Sasuke tak percaya dengan senyum konyol yang sekonyol ekspresi wajahnya.
"Eh?"
Tampaknya respon lemot Sakura membuat uchiha muda ini gemas. Mendecak kesal, Sasuke melipat kedua tangannya di depan dada dan dengan angkuh membuang wajahnya ke arah lain, menghindar dari tatapan bingung Sakura.
Sayangnya, serabut kemerahan di wajah Sasuke tak bisa berdusta.
"Makan siang denganku. Hanya kita berdua."
"E-eh...? A-E-etto... Ba-O-Oke..."
"Uhuk... Uhuk.... A-Uhuk-ir... Uhuk... Uhuk!"
"Na-Naruto? Kau tidak apa-apa?"
Suasa pagi yang cerah ternyata tak secerah ruang rawat inap tempat dimana Sasuke dan Naruto di rawat.
Ah, andai para burung gereja itu bisa berbicara, mungkin mereka akan menertawai tingkah konyol anak-anak muda ini.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
L[O]CKED
RomanceMaaf, karena aku terlambat menyadari bahwa aku mencintaimu. Maaf, karena untuk sekali lagi aku harus kembali menjadi pria brengsek. Maaf, tapi aku tidak bisa melepaskanmu lagi.