Taman belakang rumah sakit selalu menjadi tempat favorite Sakura untuk menghabiskan waktu makan siang.
Biasanya hanya ada dia dan beberapa burung penghuni tetap taman itu, atau Kakashi yang tak jarang datang tiba-tiba dan menemaninya makan siang.
Tapi kali ini berbeda.
Sakura melirik harap-harap cemas pada sosok jangkung yang sejak tadi asik mencomoti makan siangnya dengan tenang.
Dalam hati Sakura bernafas lega ketika tak lagi menemukan guratan-guratan tanda kekesalan sasuke yang tak jelas karena apa.
Beragam pertanyaan menari-nari di benak sakura, salah satunya adalah alasan mereka bisa menghabiskan waktu berdua di tempat ini.
Tekankan pada kata kedua.
Memang ide Sakura untuk makan siang bersama. Tapi Sakura menawarkan dua makhluk pria lain untuk menemani Sasuke dan Sakura.
Alih-alin mendengarkan sampai habis siapa saja yang ikut serta dalam acara makan siang mereka, Sasuke malah memotong secepat kilat dan memintanya untuk makan siang berdua.
Hanya berdua.
Dia, Sakura Haruno dan Sasuke Uchiha.
GLEK
Sakura tidak ingat kapan pernah segugup ini ketika berdekatan dengan Sasuke.
Pasca perang shinobi, memang gadis itu merasa agak canggung berada di sekitar pemuda tampan itu.
Alasannya -yang menurut hatinya cukup dangkal, mungkin karena Sakura takut kembali mendapat penolakan 'tidak manusiawi' dari Sasuke.
Membayangkan harus berada di posisi bersitegang dengan pria itu karena masalah perasaan, sanggup membuat perut Sakura terasa ngilu.
Mendadak gadis yang tanpa ia sadari telah menjadi kembang desa ini, menghentikan acara makannya.
Ia menatap sendu menu makan siangnya yang terlihat cukup menggiurkan, namun tak sanggup memaksa kembali selera makannya bangkit ke ubun-ubun.
Perubahan sikap sejelas itu wajar jika tertangkap manik beda warna sasuke yang memang teramat jeli.
Sasuke meletakkan sumpitnya, menatap lekat sakura sesaat.
Hatinya berdebar tak karuan. Tidak pernah ia rasakan debaran yang menjungkir balikkan perasaannya seperti sekarang.
Sasuke menduga, hatinya telah terjerat oleh gadis itu.
Tapi melihat sikap sakura yang seolah memberinya jarak, membuat sasuke mau tak mau meragu.
Boleh kah ia berharap bisa memiliki sakura?
Masih adakah cinta untuknya di hati sang dinda?
Tanpa sadar, rahang tegas pemuda itu mengeras.
"Kau tidak nyaman denganku?"
To the point.
Dan sukses memaksa sakura kembali ke dunia nyata.
Sakura gelagapan dibuatnya hingga tanpa sengaja menjatuhkan kedua sumpitnya.
Ketika tangan gadis itu hendak meraih sumpit-sumpit malang tersebut, ada tangan lain yang menggenggam erat pergelangan tangannya. Menarik lembut agar Sakura memusatkan seluruh perhatiannya pada pemuda reven ini.
"Apa aku membuatmu tak nyaman?" sasuke kembali mengulang pertanyaannya meski dalam versi yang berbeda.
Serabut kemerahan tipis menghiasi pipi pualam sakura. Antara malu dan deg-degan tentunya.
Prilaku yang jelas sekali diluar karakter sasuke ini, membuat jantung sakura berdetak tak sehat.
Ada apa ini? Apa dia terjebak genjutsu musuh? Apa dia masih dalam perang?
Sisi lain dirinya mulai menerka-nerka dengan panik.
Lama terdiam dalam fikirannya sendiri membuat sasuke kehabisan kesabaran.
Pemuda itu mengangkat dagu sakura dengan tangannya yang tadi mencengkram tangan sakura. Dilakukannya dengan lembut agar tak menyakiti sang gadis.
"Jawab aku ketika aku bertanya."
DEG
Tak ada paksaan meski kalimat itu terdengar kasar.
Sasuke mengatakannya dengan suara rendah namun lembut dan tersisip kehangatan di sana.
Ya!
Sakura bisa mendengarnya dengan jelas. Telinganya berfungsu terlalu baik.
"Sa-sasuke-kun, ada apa denganmu hari ini?"
Alih-alih memberi jawaban yang Sasuke inginkan, Sakura mencoba mengalihkan perhatian sasuke.
Tapi sasuke tak pernah hilang fokus.
Ia semakin mendekatkan wajahnya kearah sang dinda.
Seolah ada tembok tak kasat mata, sakura tak kuasa memundurkan tubuhnya untuk menjaga jarak aman. Ia dirantai oleh sesuatu yang tak terlihat.
"Jawan aku Sakura."
"A-aku..."
Wajah Sakura bagaikan kepiting rebus sekarang. Dengan malu dan ragu ia mengangguk pelan.
Sakura cukup lega ketika sasuke menjauh darinya, namun sakura tak tahu bagaimana jawaban nya mempengaruhi 78% akal sehat pemuda itu.
Menghela nafas berat, sasuke mencoba menghapus bayang-bayang 'kriminal'nya.
Ia menatap lekat sakura yang masih salah tingkah.
"Apa karena kakashi?"
Tak ada embel-embel sensei lagi.
Sasuke bahkan enggan mengingat pernah menjadi murid guru genit itu.
"Sensei? Kenapa dengan Kakashi-sensei?"
Inner sasuke menepuk jidatnya.
Bagaimana pemuda itu bisa lupa?
Sakura masih belu sadar akan perasaan kakashi padanya.
"Lupakan."
Setelah perkataan sasuke, tak ada lagi percakapan di antara mereka.
Sakura lebih memilih mengemasi bekalnya dan menunggu sasuke menghabiskan makan siangnya.
Tentu hanya ada kesunyian dan desir angin yang memainkan dedaunan rindang di sekitar mereka.
Suasana yang teduh nan sejuk, sunyi juga ditemani sosok yang spesial.
Tanpa sadar, keduanya berharap hal yang sama.
Agar waktu berhenti sesaat dan mereka bisa menikmati kebersamaan ini lebih lama.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
L[O]CKED
RomantikMaaf, karena aku terlambat menyadari bahwa aku mencintaimu. Maaf, karena untuk sekali lagi aku harus kembali menjadi pria brengsek. Maaf, tapi aku tidak bisa melepaskanmu lagi.