1

475 49 0
                                    

Berpisah itu memang mudah, namun menghapuskan semua kenangan kita adalah hal yang paling menyulitkan untukku

~

"APA? KALIAN BERPISAH?"

Suara menggeleggar Seungkwan siang itu berhasil membuat seluruh penghuni kantin menatap ke arah meja mereka dengan tatapan terganggu. Sedangkan Seungkwan masih saja menatap Jihoon yang duduk di depannya dengan wajah terkejut. Kedua mata bulat gadis gembul itu semakin membulat seakan mau keluar.

"Kau yakin, Ji? Kalian berhubungan lebih dari lima tahun loh, putus segampang itu?" Jeonghan yang duduk di sebelah Jihoon masih menatap sahabatnya dengan raut wajah yang kaget juga. Ya walaupun tak seberlebihan Seungkwan.

"Ya mau bagaimana lagi eonni, kami sama-sama tak bisa berhubungan jarak jauh. Jadi ya lebih baik berpisah." Jihoon membalas dengan entengnya yang membuat Jeonghan, Seungkwan, serta Wonwoo menggeleng-gelengkan kepala mereka.

Jihoon memang gadis ajaib. Sahabat-sahabatnya sulit sekali menebak jalan pikiran gadis bertubuh mungil itu. Bahkan Wonwoo yang sudah mengenal Jihoon sejak di penitipan anak sewaktu mereka umur 4 tahun pun belum bisa mengerti dengan baik pikiran sahabatnya. Tak kalah ajaibnya dengan Jihoon, Soonyoung, kekasih -yang kini sudah jadi mantan- Jihoon pun sama-sama ajaibnya. Semua orang yang sudah mengenal Soonyoung memang pasti akan mengakui betapa ajaibnya kelakuan serta pola pikir laki-laki dengan mata sipitnya yang khas itu.

Dan mendengar hubungan kedua pasangan ajaib itu berakhir bagaimana tidak terkejut. Terlebih dengan alasan yang menurut merka tidak masuk akal. Pasti sahabat-sahabat mereka tidak percaya. Ya bagaimana mau percaya, hubungan kedua sudah dijalin sejak tingkat akhir sekolah menengah pertama dan sekarang mereka kuliah semester enam. Ditambah jarang sekali mereka bertengkar hebat. Ya walaupun terlalu sering adu mulut atau bertengkar kecil namun dalam hitungan jam, mereka akan kembali seperti tak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Jihoonie, kau benar-benar yakin?" Wonwoo bertanya setelah mendengar jawaban Jihoon. Sungguh dia tidak bisa percaya cerita sahabatnya itu. Bagaimanapun Wonwoo saksi hidup kisah cinta sahabatnya itu. "Bukan karena Soonyoung atau kau yang main belakang kan?"

"Ah iya eonni, jangan-jangan salah satu diantara kalian ada yang bosan jadi kalian main belakang." Seungkwan menambahi dengan wajah serius hingga mencondongkan badannya ke arah Jihoon. Berhasil membuat Jihoon tertawa pelan lalu menggelengkan kepalanya. "Eonni jangan-jangan ketahuan selingkuh dengan Kang Daniel Sunbae?

"Kwanie, Kang Daniel itu sepupu jauhku. Bagaimana bisa selingkuh aigoo." Jihoon tertawa kencang setelah melihat Seungkwan yang kembali menegakan duduk dengan tangan yang menggaruk-garuk pipinya.

"Aku tak tau, eonni, habisnya kalian dekat sekali sih, sampai beberapa kali kupikir kalian punya hubungan diam-diam." Seungkwan mengunkapkan pendapatnya yang diangguki oleh Jeonghan. "Aku juga baru tau kalian sepupu jauh. Soonyoung tau ini?"

"Tau lah, eonni. Alasan Soonyoung sering uring-uringan dan seringnya mereka adu mulut kan karena Kang Daniel." Ini Wonwoo yang manjawab dengan nada malasnya.

"Itu kalau aku mengabaikannya." Jihoon menambahi supaya Seungkwan tidak berpikir macam-macam tentang dirinya dan sepupu jauhnya. Seungkwan hanya tertawa pelan setelah melihat Jihoon meliriknya.

"Tapi aku tak yakin Ji Eonni akan gampang melupakan Soonyoung Oppa." Suara Seungkwan yang terdengar serius itu memecahkan keheningan diantara mereka. Jihoon hanya tersenyum kemudian mengibas-ngibaskan tangannya membalas ucapan sahabatnya yang gembul.

"Gampang, Kwan, berpisah itu mudah. Hanya tidak perlu bertemu dia saja kan? Lagipula dia tidak akan ada di kota kita beberapa bulan ke depan." Suara serta raut wajahnya gadis mungil itu sangat santai. Memang tabiat Jihoon, suka sekali menggampangkan apa saja. Sudah hafal Wonwoo dan Jeonghan. Hingga membuat mereka hanya menggelengkan kepala.

"Aku sependapat dengan Kwanie kali ini." Wonwoo mengeluarkan pendapatnya yang membuat Seungkwan memekik senang lalu mengajak gadis kurus itu untuk high five. Sedangkan Jihoon hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Kenapa sahabatnya malah membuat mentalnya drop begini?

"Aku mengenalmu dengan baik, Ji. Kau bukan tipe orang yang mudah melupakan, apalagi itu Soonyoung. Dan aku yakin kali ini kau perlu berjuang melupakan si hamster sipit itu."

"Benar kata Wonwoo, tidak segampang itu Jihoonie." Jeonghan menambahkan yang semakin membuat bibir Jihoon maju beberapa senti lagi. "Buktinya aku sudah dua kali putus-nyambung dengan Seungcheol. Susah melupakan seseorang yang special,"

Jihoon terdiam kemudian. Mendengar penjelasan Jeonghan membuat otaknya memikirkan sesuatu. "Apalagi kau orangnya susah jatuh cinta." Jeonghan kembali melanjutkan yang makin membuat Jihoon terdiam.

~

Sore harinya masih di hari yang sama, Jihoon memilih mengurung dirinya di ruang musik. Hatinya terasa lebih tenang berada di ruangan ini setelah mendengarkan wejangan sahabatnya. Sejak para sahabatnya pergi karena ada kelas -sedangkan Jeonghan harus mengejar tanda tangan dosen yang ternyata ada di gedung satunya lagi, Jihoon memilih untuk ke ruang musik. Padahal gadis mungil itu juga ada kelas juga. Namun gadis itu memilih bersantai di sofa ruang musik sambil memainkan ponselnya. Walaupun tetap saja masih teringat obrolan dengan sahabatnya di kantin.

Jihoon menghela nafasnya panjang. Perkataan sahabatnya selalu terngiang di otaknya. Pikirannya benar-benar terbuka sekarang. Apalagi ucapan Jeonghan yang terakhir. Apa benar tak akan segampang itu?

Jihoon tersentak pelan ketika pintu ruang musik terbuka, lalu menampil laki-laki dengan mata sipit khas yang menjadi pembicaraan sahabatnya siang tadi.

"Oh Soonyoungie?"

Tanpa sadar Jihoon mengeluarkan suaranya tanpa beranjak dari duduknya. Sudah biasa Jihoon seperti itu kalau Soonyoung datang menghampiri dirinya jika sedang di ruang musik.

"Bolos lagi?" tanpa basa basi, Soonyoung langsung bertanya dengan kedua mata yang menatap gadis mungil di sudut ruangan dengan tajam. Kedua kaki Soonyoung berjalan mendekati Jihoon lalu mendudukan dirinya di depan -mantan- kekasihnya.

"Tidak mood belajar." Jihoon jawab sekenanya kemudian fokusnya beralih pada ponsel di genggamannya. Soonyoung mengangkat sebelah alisnya melihat tingkah Jihoon. "Kau sedang ada pikiran ya, Jihoonie?"

Jihoon terdiam sebentar sebelum melirik Soonyoung yang masih menatapnya dengan tajam. Kebiasaan laki-laki itu kalau sedang penasaran padanya.

"Memang sedang tidak mood." Jihoon membenarkan posisi duduknya sambil menggaruk telinganya. Kebiasaannya kalau sedang berbohong. Kemudian meringis ketika teringat Soonyoung sudah sangat hafal kebiasaanya itu.

"Bohong! Jujur padaku apa yang sedang kau pikirkan!"

Soonyoung yang sedang serius dengan suara tegasnya merupakan mode yang paling dihindari Jihoon. Laki-laki itu akan terlihat lebih menyeramkan ketimbang sedang mode cemburu.

Jihoon menghela nafasnya, sebelum membuka mulutnya. "Eum.. Itu soal yang kita pisah itu-"

"Kenapa memang? Yang teman-temanmu bilang tak usah dipikirkan." Soonyoung memotong ucapannya dengan nada santainya. Berhasil membuat kepala Jihoon mendongak menatap laki-laki sipit di depannya dengan alis terangkat.

"Mak-"

"Ayo pulang, sudah sore nanti macet."

Jihoon kini menunjukan raut wajah terkejutnya. Sedangkan Soonyoung kini sudah beranjak dari duduknya, kemudian melepas jaket yang tengah dipakainya dan melemparnya ke pangkuan Jihoon. Membuat Jihoon menatap tak mengerti laki-laki sipit itu.

"Soon-"

"Cepat Jihoonie! Nanti keburu macet."

Soonyoung malah mengambil tas Jihoon kemudian menarik tangan Jihoon untuk cepat-cepat beranjak dari duduknya. Jihoon hanya mengikuti Soonyoung setelah menenteng jaket -mantan- kekasihnya dengan wajah tak mengertinya.

Sepertinya ucapan sahabat-sahabatnya benar. Tidak gampang untuk Jihoon melupakan Soonyoung. Perjalanannya akan sangat panjang.

Berpisah Itu Mudah [Soonhoon GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang