Jihoon melangkahkan kakinya dengan riang menuju perpustakaan. Tak jarang Jihoon menyapa teman, senior, bahkan junior yang dikenalnya dengan senyum tipisnya. Langkah kaki gadis mungil itu berhenti tepat di depan pintu perpustakaan. Sebelum masuk, Jihoon menempelkan kartu mahasiswa pada mesin absensi di samping pintu lalu mendorong dengan semangat pintu kaca dengan tulisan nama universitas besar-besar.
"Selamat siang Seungwoo Eonnie," Jihoon menyapa seorang perempuan di belakang meja administasi serta penitipan barang perpustakaan. Perempuan yang dipanggil Seungwoo itu tersenyum balas menyapa Jihoon. "Mengerjakan tugas?"
Jihoon hanya mengangguk dengan semangat menjawab pertanyaan dari Seungwoo, kemudian menunjukan isi tasnya yang hanya ada beberapa buku tulis, kotak pensil, pouch make up dan botol minum. "Aku bawa ya tasnya, eonni, tidak ada makanannya kok."
Setelah mendapat anggukan disertai senyuman dari Seungwoo, Jihoon bergegas ke sisi kiri perpustakaan. Sisi yang terdapat sofa-sofa panjang dengan meja kecil. Tempat ternyaman serta tempat favorit Jihoon untuk mengerjakan tugasnya.
Namun langkah Jihoon terhenti ketika melihat sesosok laki-laki sipit yang paling dihindari, sedang fokus dengan laptop di pangkuannya.
"Oh my God,"
Jihoon mencicit pelan sebelum berbalik. Gadis mungil itu berjalan menuju pintu keluar dengan langkah lebar-lebar. Bahkan sampai mengabaikan panggilan Seungwoo yang memasang raut bingung. Tanpa Jihoon sadari laki-laki sipit itu menyadari kehadirannya dan bergegas mengejar Jihoon, setelah merapikan barang-barang.
Jihoon terdiam sebentar di samping pintu perpustakaan. Gadis mungil itu menarik nafas lalu membuangnya beberapa kali. Jihoon sedang menenangkan dirinya. Dirinya benar-benar panik tanpa sadar mengeluarkan apa yang ada dipikirannya dan Jihoon yakin Soonyoung -si laki-laki sipit- tadi mendengarnya.
Padahal Jihoon benar-benar ingin menghindari Soonyoung. Jihoon ingin membuktikan pada sahabatnya, berpisah dengan Soonyoung itu mudah, tidak akan membuat Jihoon gamon. Tapi malah selalu bertemu di tempat-tempat favoritnya.
"Jihoonie, sedang apa? Tidak masuk?"
Jihoon tersentak ketika seseorang menepuk bahunnya. "Omo Kang Daniel!" Jihoon menghembuskan nafasnya setelah melihat wajah sepupunya yang sedang memasang raut wajah bingung. "Aigoo jantungku."
Dahi Daniel mengerut bingung melihat tingkah Jihoon yang kini sedang mengelus dadanya. Tanda Jihoon benar-benar terkejut. "Kau kenapa? Tidak masuk?"
"Aku harus ke kantin sekarang, aku lupa makan siang tadi. Sampai jumpa lain waktu, Dan." Bukannya menjawab pertanyaan Daniel, Jihoon malah pamit pergi. Kembali Jihoon berjalan dengan langkah lebar-lebar. Namun setelah beberapa langkah gadis mungil itu berlari hingga hilang di belokan lorong. Jihoon benar-benar berlari. Membuat dahi Daniel semakin mengerut bingung.
Ada apa sebenarnya dengan sepupu jauhnya itu? Jihoon itu paling tak suka lari di lorong kampus. Walaupun telat dan kepepet waktu absen, Jihoon lebih suka berjalan. Sepupu mungilnya itu pernah trauma jatuh di lorong kampus maka dari itu Jihoon paling anti lari. Tapi kenapa tadi Jihoon lari? Apa ada masalah yang serius?
"Oh, Kang Daniel," suara Soonyoung berhasil membuyarkan pikiran Daniel tentang sepupunya yang mungil itu. Daniel melihat Soonyoung dari atas kepala hingga sepatunya. Pandangan Daniel terarah pada tangan Soonyoung yang menenteng tas laptop dengan beberapa buku. Kemudian kembali tertuju pada wajah Soonyoung yang panik. "kau lihat Jihoon?"
"Ke kantin tadi katanya lupa makan siang." Daniel menjawab pertanyaan Soonyoung seraya jari telunjuknya menunjuk belokan lorong yang dilewati Jihoon. Keningnya kembali mengerut begitu raut wajah Soonyoung berubah marah.
"Haish kebiasaan sekali dia itu." Soonyoung berdecak kemudian sambil membenarkan buku yang dipegangnya. Kemudian beranjak pergi dengan langkah lebar-lebar. "Aku susul Jihoon dulu. Sampai jumpa, Dan."
Daniel benar-benar bingung dengan tingkah sepupunya dan -mantan- pacar sepupunya itu. Daniel memang sudah mendengar cerita dari Jihoon kalau hubungan mereka sudah berakhir. Lalu kenapa mereka terlihat tidak seperti pasangan yang baru putus. Memang Jihoon menghindari Soonyoung, namun Soonyoung tetap saja mengejar Jihoon. Tetap berperan sebagai kekasih Jihoon.
Daniel mengangkat bahunya tanda tak peduli dengan sepupunya itu. Kemudian menempelkan kartu mahasiswanya pada mesin absensi sebelum masuk ke dalam perpustakaan. Kemudian keluar lah suara melengking laki-laki berbadan besar yang dibalas dengan teriakan marah Seungwoo.
"SEUNGWOO NUNAAA!!"
"YA! KANG DANIEL JANGAN BERISIK!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Berpisah Itu Mudah [Soonhoon GS]
FanfictionSoonhoon couple. Padahal berpisah itu memang mudah, namun menghapuskan semua kenangan kita adalah hal yang paling menyulitkan untukku Disclaimer : seventeen milik pledis dan keluarga mereka. Ide cerita murni milik sendiri. Terinspirasi dari lagu ber...