Buku Merah - Natasha

15.4K 942 1
                                    

NATASHA POV

"Mir! Kamu liat buku aku ga? Yang warna merah itu loh..." kataku panik.

Entah bagaimana buku yang selalu aku tulis tentang Arya hilang saat aku kembali ke kelas. Padahal aku hanya sepuluh menit ke toilet, kok! Kemana ya?

"Buku yang warna merah? Yang merah gelap itu?" tanya Miranda, sahabat baikku.

"Iyaaa.... " kataku sambil terus membongkar isi tasku.

"Yang ada gambar pohon-pohon abstrak di depannya bukan? Terus ada inisial nama kamu di pojok kanan bawah buku?" tanya Miranda.

Loh? Kok dia bisa tahu? Bukunya kan selalu aku taruh terbalik. Jadi Cuma terlihat sampul belakang yang berwarna merah.

"IYA! KAMU LIHAT DIMANA????" tanyaku semangat.

"Itu... tadi dibawa Arya. Tadi gue ga sengaja nabrak dia. Buku itu jatuh, jadi gue pung-..." Jawab Miranda.

"HAH? ARYA??? Terus Arya dimana?" Teriakku memotong kata-kata Miranda.

Astaga, kenapa buku itu bisa di Arya?! Buku itu kan isinya rahasia aku, isi perasaanku ke Arya! Aduhh... gimana dong???? Gimana kalau Arya baca?!

"Udah pulang. Dia kayaknya terburu-buru banget, sampe ke parkiran kayak orang gila." Jelas Miranda.

Aduh, aku ga peduli Arya ngapain Miranda! Aku peduli sama buku akuuuuuu!

Ini juga hari terakhir aku di sekolah, mana mungkin bisa ketemu dan minta buku itu?! Dan lagi, kalo ketemu pun, gimana cara aku minta balik? Apalagi kalau Arya udah baca isinya... alamak, mau taruh dimana mukaku ini???

"HELOOOOO NATASHAA! AKU NANYA NIHHHH, KAMU BAKAL KULIAH DIMANAAAA????" teriak Miranda kesal karena kucueki. Astaga, suara teriakannya itu loh! Untung di kelas tidak ada siapa-siapa.

"Ih! Jangan teriak-teriak gitu ah, Mir. Aku ga kuliah! Aku kerja. Si kembar Rama-Sinta harus sekolah, uang tabungan mama ga cukup buat biayain hidup enak." kataku tersadar. Aku menutupi telingaku. Sakit banget denger teriakan Miranda.

Miranda, sahabatku, hanya bisa menatapku kasihan. Aku bilang padanya semua baik-baik aja kok. Walau dia orang kaya, dia selalu baik padaku. Bahkan tidak malu dengan aku yang seperti ini.

"Tapi Sha, sayang banget. Kamu sekolah aja beasiswa, kamu itu pinter! Kenapa ga nyari beasiswa kuliah aja? Kuliah sambil kerja kan bisa. Nilai kamu aja tertinggi di ujian akhir..." Kata Miranda.

Ya. Benar juga. Tapi kalo kuliah, waktu aku kerja bakal terpotong. Sedangkan setahun lagi Rama dan Sinta sudah mau masuk SMP. Biaya dari mana kalo aku kuliah? Lelah rasanya...

Aku Cuma bisa tersenyum kecut menatap Miranda. Sudah jam dua, sebaiknya aku pergi kerja.

"Mir, aku duluan ya. Harus kerja... bye!" kataku setelah melepaskan pelukanku.

Sejak papa meninggal lima tahun yang lalu, keluarga kami terlilit hutang. Entah apa yang papa lakukan. Mama menjual rumah dan perhiasannya demi membayar semua hutang. Membeli rumah yang jauh lebih kecil dan mama bekerja keras dari pagi sampai malam.

Hasilnya, kami bisa hidup tanpa kekurangan. Walau sangat sederhana dan jauh dari kehidupan kami yang lama, kami bahagia kok! Aku bahkan membantu mama dengan bekerja sebagai pelayan restoran.

Maka dari itu, saat mama meninggal, aku harus menggantikan posisi mama. Aku harus bekerja dan tidak mungkin mengharapkan tabungan mama saja.

Papa dan mama sama-sama anak tunggal. Kakek dan nenek tidak pernah menyetujui hubungan papa dan mama, lalu memutus hubungan keluarga yang ada. Hasilnya, aku dan kedua adikku benar-benar sebatang kara.

Sudahlah. Aku harus bekerja! Ayo semangat!!!

Loving You #1 : Arya & NatashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang