Pertunangan - Natasha

11.9K 761 2
                                    

NATASHA POV

“GUE SUKA SAMA NATASHA! DUA TAHUN GUE SUKA SAMA NATASHA! PUAS?!!” teriak Arya yang beda lima meja dari mejaku dan Miranda.

Arya teriak apa?

Dia suka sama aku? Arya suka sama aku selama dua tahun?

“Sha. Lu denger sendiri kan Arya teriak apa? Gue rasa itu pasti karena Dion desak Arya habis-habisan buat ungkapin perasaannya.” Kata Miranda saat aku kembali menatapnya.

“Maksud kamu?” tanyaku.

“Gue sama Dion ga buta, Sha. Lu sama Arya itu saling suka. Tapi gengsi banget buat bilang! Sekarang mending lu tarik Arya pergi. Kemana kek. Daripada nanti dia teriak-teriak dan diusir sama orang kafe.” Kata Miranda bangkit berdiri dan menarikku.

Jujur saja, aku takut percaya sama ucapan Arya. Tapi sebagian besar hatiku sudah terlanjur percaya dengan teriakannya di kafe ini!

Aku bahkan sudah berencana untuk membatalkan pertunangan yang aku rasa ga akan berjalan baik. Apalagi tujuh tahun itu bukan waktu yang sebentar. Jarak Indonesia-Jerman itu jauh! Entah apa yang meyakinkanku, tapi yang jelas sekarang aku sudah ada di hadapan Arya.

“Dion. Maaf ya aku bawa Arya pergi. Miranda bakal gantiin Arya nemenin kamu. Aku pamit ya.” kataku secepat mungkin dan membawa Arya pergi. Aku malu karena orang-orang satu kafe sudah menatap ke arahku.

Jujur saja, aku belum merencanakan apa-apa. Aku sendiri bingung mau membawa Arya kemana!

Aku langsung melajukan mobil ke jalan tol. Untung saja jalanan sepi dan tidak terlalu macet. Dengan segera kutancap gas.Tiga jam aku menyetir!

Sekarang aku ada di Tanjung Lesung. Aku sendiri tidak tau kenapa menyetir hingga ke sini. Tapi aku ingin ke sini. Arya kaget karena ku bawa ke sini, tapi biarlah dia kaget dulu. Dia bahkan belum buka suara sama sekali sejak meninggalkan kafe.

Sekarang sudah jam lima sore, tapi aku masih ingin berjalan-jalan di sekitar pantai. Segera kulepas sepatu dan blazer-ku, dan merasakan dinginnya air laut di kaki-kakiku. Kulihat Arya masih terbengong di pinggiran pantai.

Haha. Melihat Arya yang sekarang itu sama sekali bukan Arya yang aku kenal dulu. Arya yang selalu tertawa, iseng, suka bersenang-senang, dan bersemangat setiap hari. Rasa-rasanya aku sedih karena Arya berubah.

Mumpung pantai sepi, lebih baik ku pergunakan dengan baik. Aku dekati Arya dan berdiri tepat di hadapannya. Ku lempar semua yang kupegang. Untung saja aku tidak pendek-pendek amat, jadi dengan tinggiku setelinganya membuat aku mudah menggapai wajahnya. Merangkumnya dengan kedua tanganku.

Aku mengarahkan muka Arya menghadap ke mukaku. Matanya menatap ke mataku.

“Apa yang kamu khawatirin? Hm?” tanyaku.

Arya hanya terdiam. Tidak menggeleng ataupun mengangguk.

“Jadi mau kamu apa?” tanyaku. Sabar.

Arya masih terdiam. Aku semakin kesal. Kenapa sih sama Arya?

Aku berjinjit dan mencium bibirnya singkat.

“Jawab aku... aku mohon!” kataku menatapnya lekat.

Arya menghela nafas pelan. Menggapai kedua tanganku dengan tangannya dan membalas tatapanku.

“Gue ga mau pertunangan kita batal. Gue ga mau lu deket sama kak Rega. Gue ga mau lu nurutin kata kak Reta, Rama dan Sinta. Gue ga mau lu habisin waktu sama Dad dan Mom. Gue cuman mau lu liat ke gue. Cukup ke arah gue aja!” kata Arya semakin lekat menatapku.

Aku mencari-cari kebohongan yang ada di matanya. Membaca raut mukanya. Jujur saja, aku bingung!

“Gue mungkin bego banget karena kita duduk berhadapan di kafe, gue masih ga sadar. Tapi jujur, itu perasaan gue sama lu, Sha! Perhatian dari lu bikin gue merhatiin lu! Gue suka sama lu, Sha!” kata Arya serius.

Aku kaget!

Aku ga menyangka Arya akan berkata seperti itu kepadaku, bahkan di saat matahari sudah akan tenggelam. Romantis kan?

Tapi benarkah???

“Kamu lagi nembak aku ya?” tanyaku tersenyum mengejek. Jujur saja, aku bingung harus membalas apa kepada Arya.

Walau keadaan remang-remang, tapi aku bisa melihat Arya yang salah tingkah dan panik. Dia bingung dan malu karena kepergok. Hahaha.

“I-iya. Ka-kamu mau te-rima aku ga?” tanya Arya terbata-bata. Dia bahkan sudah mengubah kata gue-lu menjadi aku-kamu.

“Maaf Ar, aku ga mau.” Kataku menatap ke dalam mata Arya.

Arya kaget. Lalu terlihat Arya langsung menunduk kecewa. Melepaskan kedua tangannya dari tanganku yang masih setia memegang pipinya.

“Apa aku terlambat?” tanya Arya masih menunduk. Tidak berani menatapku.

“Mungkin...” kataku mencoba menunduk, melepaskan tanganku dari muka Arya dan melihat muka Arya dari bawah.

Wah, gawat. Mata Arya terlihat berkaca-kaca. Masa Arya menangis?

“Apa aku tidak punya kesempatan lain?” Tanya Arya memalingkan wajahnya ke arah lain. Sepertinya dia malu aku memergoki kesedihannya.

“TIDAK ADA!” kataku tegas.

Kini aku yakin sekali Arya menangis. Ga menangis juga sih, tapi dia mengeluarkan air mata. Buktinya dia menggosokan sebelah tangannya ke arah pipinya. Mengelap sesuatu.

“Apa kamu sedih?” tanyaku sambil mengenggam tangannya.

“Ya..” jawab Arya. Suaranya terdengar bergetar.

“Kenapa?”

“Karena aku terlambat mendapatkanmu dan menjadikanmu kekasihku.” Kata Arya tanpa melihat ke arahku sama sekali.

Aku terkekeh geli. Aku tidak percaya.

“Sha, kamu ketawa?” tanya Arya yang sekarang melihat ke arahku.

“menurutmu?” tanyaku. Kekehanku sekarang berubah menjadi tawa.

“kamu senang karena aku sedih??” tanya Arya tidak percaya.

“Bisa dibilang begitu.” Kataku yang sekarang sudah tidak bisa menahan ledakan tawa.

“kenapa?” Tanya Arya putus asa.

“kok malah nanya ‘kenapa’? Kan sudah jelas jawabannya!” kataku yang berusaha menghentikan tawa hebat ini.

“maksud kamu.......?” kata Arya terputus. Sepertinya dia menduga semua kemungkinan yang ada.

“Arya Pradipta Mahendra! Kita ini ga mungkin bisa jadi kekasih! Ga mungkin ada kesempatan kayak gitu! Kamu sangat terlambatttt! Percuma kamu sedih-sedihan. Itu hanya akan membuat aku tertawa hebat!” kataku melepas genggaman tanganku.

Arya keliatan kaget sekali saat aku mengatakan semua itu. Bahkan sekarang dia benar-benar menatapku dan air mata dengan jelas turun dari kedua matanya.

Aku membalikkan badanku menghadap ke laut dan menarik nafas dalam-dalam.....

“ARYA PRADIPTA MAHENDRAAAA... KITA AKAN TUNANGAN!!!!! TUJUH TAHUN LAGI KITA MENIKAH!!!” teriakku sekeras mungkin.

“Karena itu kita ga mungkin jadi kekasih!” tambahku saat membalikkan badanku menghadap Arya yang sudah terbelalak tidak percaya.

“Kalau kamu masih maksa buat jadi kekasih aku, ga masalah. Aku akan bilang Mommy untuk mengundurkan tanggal pertunangannya.” Kataku menatap mata Arya jahil.

“NATASHAAAAAA!!! Kamu bener-bener bikin aku gila!!! Kamu tau betapa sedihnya aku saat kamu nolak aku? Hah? Aku beneran putus asa! Aku beneran kira kita bakal berakhir gitu aja! Aku kira... aku kira...” kata Arya terputus.

Aku mencium Arya.

“Kita makan dan sewa kamar ya? Besok aja kita pulang. Kamu yang nyetir!” kataku memutus ciuman singkat itu dan langsung menarik Arya balik ke arah hotel.

Tapi Arya malah mematung kaget di tempat. Aduhhh, dia kenapa sih?

“ARYAAAAAA!” teriakku.

“aku-aku cu-cuman ka-get. Ga per-perca-ya.” kata Arya terbata-bata.

“I love you too. Yuk ah!” kataku ga nyambung tapi sepertinya Arya langsung tersadar. Dia langsung tersenyum bahagia dan merangkul bahuku.

Loving You #1 : Arya & NatashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang