[Chapt. 10] Grave

1K 160 26
                                    


Mingyu hanya terdiam mendengar perintah Sehun, tangannya masih dengan erat memegangi Seulgi. "Dan membiarkan Seulgi jatuh saat aku lepaskan?" tanya Mingyu. "Kau benar benar sahabat yang buruk" geleng Mingyu akhirnya kembali berjalan melewati Sehun.

Pria itu berbalik mengikuti Mingyu dan Seulgi. "Aku bilang lepaskan Seulgi!" perintah Sehun dengan nada yang meninggi.

Kembali terhenti langkahnya, Mingyu menoleh kebelakang. "Maaf, tapi aku bukan pekerjamu yang bisa kau perintah" tuturnya santai. "Tunggu sampai aku melamar dan bekerja di perusahaan superbesar milik orang tuamu itu oke?"

Mingyu kembali melangkah, semakin dekat kearah mobilnya.

"Berikan Seulgi padaku, biar aku yang mengantarnya pulang" ucap Sehun sedikit lebih tenang.

"Maaf, tapi sekarang bukan saat yang tepat kau berada di dekat Seulgi" jawab Mingyu. Saat tangannya sudah memegang pintu mobil dan akan membukanya, kata kata Sehun berhasil membuat aktifitasnya terhenti.

"Kau pikir kau siapa bisa menentukan hal itu?" tanya Sehun kembali meninggi. Dadanya naik turun karena kesal. Jika saja Mingyu tidak sedang memegang Seulgi, mungkin kepalan tangannya sudah terbang kearah pria itu.

Mingyu sedikit menolehkan kepalanya, "seharusnya aku yang mengatakan itu" dia berucap pelan. "Kau pikir kau siapa sampai membuat Seulgi seperti ini"

Disaat itu semua perkataan dalam kerongkongan Sehun menghilang. Kata kata Mingyu membuatnya tercekat dan bertanya tanya. Pada akhirnya ia hanya bisa memandangi Mingyu yang dengan hati hati memasukkan Seulgi kedalam mobilnya. Memakaikan sabuk pengaman di tubuh Seulgi sebelum akhirnya masuk ke kursi kemudi dan menjalankan mobilnya.

^-^

Hampir dua hari berturut turut Krystal mendapati Seulgi pulang dalam keadaan mabuk. Dan untuk yang kali ini, sahabatnya itu benar benar mabuk. Berdiri sendiri saja tidak bisa, sampai sampai Mingyu masuk ke apartement sambil menggendongnya di punggung.

Hati hati Mingyu menyimpan Seulgi di atas kasurnya, menyelimuti gadis itu agar tertidur nyaman.

"Ada apa dengannya?" tanya Krystal pada Mingyu.

Pria itu menoleh, berpikir untuk apa yang akan di katakan.

"beberapa hari ini dia agak aneh, seperti menghindariku" ucap Krystal lagi.

Tapi akhirnya Mingyu tersenyum, menepuk pelan bahu Krystal untuk menenangkannya. "Tak ada apa apa, Seulgi jalan jalan dengan Wendy tadi. Biasa, girls time. Tapi malah mabuk mabukan berdua" cerita Mingyu. Tak ada baiknya juga menceritakan hal yang sebenarnya pada Krystal. Terutama saat Seulgi habis habisan menyembunyikan semuanya.

"Benar?" tanya Krystal.

Perlahan Mingyu mendorong Krystal keluar dari kamar Seulgi. "Ia benar, dia baik baik saja"

Akhirnya Krystal percaya dan berhenti bertanya. Ia hanya cemas ada sesuatu yang tidak di ketahuinya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Mingyu, sadar jika setelah berita itu muncul dia belum lagi bertemu ataupun berbicara dengan Krystal. "Ponselmu tak aktif"

"Ah itu, ya untuk beberapa saat aku tak akan menyalakan ponselku. Kau tahu, demi ketenangan" ujar Krystal.

Mingyu mengangguk mengerti, "kau tenang saja, kita disini akan selalu ada mendukungmu. Jadi jangan khawatir"

Krystal otomatis terdiam. Rasa bersalahnya kembali muncul. Disaat sahabat sahabatnya nampak tulus mengucapkan ini, dia tak dapat menerimanya. Karena semua ini hanyalah kepalsuan yang memalukan. Hanya saja Krystal juga tak bisa melakukan apa apa. Ia sudah seperti boneka yang tali talinya dipegang erat oleh sang presdir.

Querencia (SEULHUN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang