Close

14 2 0
                                    

Facebook.

Search : Lintang Arjuna P

Kronologi.

Add friend / message

Lintang Arjuna P has changed his profile photo (3 weeks ago)

Anjrit! Aku mengumpat dalam hati. Emosiku memuncak ketika mengetahui akun facebook-ku di unfriend olehnya. Apa-apaan ini? Sejak kapan aku di unfriend? Aku me-scroll down layar handphone untuk melihat informasi apa saja yang ada di akun facebook-nya. Dan, semuanya di private! Huft. Aku mendengus.

Aku mencoba beralih ke sosial media yang lain. Siapa tahu akun sosmed-ku yang lain tidak di unfriend olehnya. Aku membuka aplikasi instagram. Oke, sekali lagi, kalau akun instagram-ku di unfollow juga, aku selesai! Aku mengetikkan namanya di pencarian IG dengan jari bergetar, seolah takut ketahuan. Belum lagi jantungku mulai berdegup diatas normal.

Instagram.

Username : lintangarjuna

Name : Lintang

SMA MEDITERANIA

(SEE TRANSLATION)

youtu.be/1W8wsPxGL60

6 posts

2,4k followers

20 following

Follow

Followed by agnestyawilson, nindytafrizkia, bismabis +140 more

This Account is Private

Yeah.

Dia unfollow akun instagram-ku juga.

Oke.

Aku menekan tombol back. Di galeri instagram-nya hanya ada 6 postingan, biasanya ada 15 postingan. Palingan, foto-fotoku yang di delete olehnya. Aku mulai putus asa. Iya, saat ini aku memang sedang menjadi stalker. Bukan hanya rasa penasaran apakah Lintang punya selingkuhan seperti yang dikatakan Agnes, tapi rasa ini lebih besar dari pada itu. Ini rasa...rindu. Kamu tahu, kan?

Aku masih belum yakin kalau Lintang berselingkuh. Walau bagaimana pun, aku kenal dia, sangat mengenalnya. Dia bukan laki-laki yang mudah jatuh cinta.

Aku tahu ini hal yang buang-buang waktu, buat apa? Toh, intinya kita sudah putus, dan dia sudah mulai menjauhiku. Seharusnya, saat ini aku sibuk belajar, mengingat sudah dua bulan aku berada di kelas tiga. Ujian nasional memang masih lama, tapi dia seperti lebaran, meski lama datangnya, tapi pasti datang. Dan, aku harus mulai memikirkan mau masuk universitas mana.

Aku menutup aplikasi dan meletakkan ponsel disampingku. Sudah cukup untuk malam ini. Sebaiknya aku segera turun ke lantai bawah dan makan malam bersama Mama dan Papa. Aku harus tenang menghadapi semua masalah. Usiaku sudah bertambah dua hari yang lalu, jadi aku harus mulai bersikap dewasa.

Setelah menutup pintu kamar, aku menyeret kakiku berjalan keluar kamar, menuruni anak tangga dengan perlahan.

"Megg, makan, yuk!" ujar Mama ketika melihatku. Aku mengangguk. Papa sudah siap di meja makan, sedangkan Mama sibuk menghangatkan makanan di microwave.

Aku berjalan, lalu duduk di samping Papa. Mama menyendokkan makanan untukku.

"Pakai ayam cabe hijau?" tanya Mama.

"Nggak, Ma," jawabku.

Mama menyodorkan piring berisi makanan. Aku tidak ingat mereka pulang jam berapa, tapi aku tahu mereka pulang bareng. Pasti Papa menjemput Mama dulu di rumah temannya. Ketika Mama dan Papa pulang tadi, Agnes dan Nindy masih di sini. Mereka pulang habis maghrib. Kalau sudah kumpul bertiga kami memang suka lupa waktu. Tapi, aku senang ada mereka. Mereka berhasil membuatku sedikit terhibur. Walau pun, awalnya aku merasa duniaku sudah runtuh, tapi mereka masih bisa membuatku tertawa lagi dengan bercandaannya yang tidak jelas.

Mama duduk di hadapanku setelah selesai menyiapkan semuanya. Selalu begitu, Mama baru mau makan saat aku dan Papa sudah hampir menghabiskan makanan kami.

"Nindy sama Agnes nanti mau kuliah di mana rencananya?" tanya Mama sambil melirik ke arahku.

"Belum, tau. Kan, masih lama juga, Ma," mulutku masih penuh makanan.

"Ish, anak gadis makannya yang bagus, dong," nasihat Mama. Aku hanya memperlihatkan gigiku.

"Kalau kamu mau di mana?" tanya Papa nimbrung.

Aku menggeleng pelan.

"Pikirin dari sekarang, dong, Megg. Kamu kan udah kelas tiga. Sudah diujung perjalanan, harus mulai merencanakan langkah selanjutnya. Jangan mikirin sesuatu yang nggak penting dulu, apa lagi yang cuma bikin sakit hati."

Degg.

Bikin sakit hati?

Aku mendengus.

"Ih, apaan, sih, Ma. Aku juga udah mulai pilih-pilih tempat kuliah, kok!" ujarku berbohong. Yang benar saja, Megg? Bukannya beberapa hari ini kamu sibuk dengan urusan cinta? Aku menyindir diriku sendiri.

"Putus cinta, mah, sudah biasa. Mama sama Papa dulu waktu seumuran kamu juga pernah ngalamin. Tapi, jangan sampai itu menjadi penghambat hidupmu," ujar Mama sambil tersenyum meledek. Sepertinya dia tahu aku berbohong. Dan, yayaya, tentu saja, Mama tau semuanya dari Agnes dan Nindy. Mama tadi memanggil mereka dulu sebelum akhirnya mereka pulang. Pasti ngomongin aku.

"Iya, Ma," kataku dengan pasrah.

Aku menghabiskan makananku dengan cepat, lalu membawa piring yang sudah kosong ke sink. Aku mau saja langsung menyucinya seperti biasa, tapi Mama dan Papa belum selesai makan. Jadi, aku harus menunggu piring mereka dulu. Aku memang terbiasa membantu Mama mengerjakan pekerjaan rumah yang kecil-kecil seperti mencuci piring, dan ketika libur aku membantunya menjemur pakaian, menyapu, mengepel dan menyiram tanaman di halaman, kadang-kadang, sih. Mama memang tidak pernah menyuruhku, itu inisiatifku sendiri. Bagi Mama, mengerjakan pekerjaan rumah itu tugasnya, sedangkan tugasku adalah belajar, belajar dan belajar.

Sambil menunggu Papa dan Mama makan, aku berjalan ke ruang tengah untuk menonton televisi. Sayup-sayup ku dengar suara Mama dan Papa mengobrol. Entah mengobrol apa, suara terdengar tidak jelas.

Biasanya, walaupun makananku habis duluan, aku akan kembali duduk di ruang makan setelah menaruh piring di sink, untuk mengobrol apa saja dengan Mama dan Papa. Mama akan menceritakan kegiatannya seharian di rumah, mulai dari ikut aerobic bersama ibu-ibu komplek, bebenah, masak dan kadang-kadang bereksperimen membuat cemilan sesuai resep di youtube. Mama termasuk ibu-ibu eksis di kegiatan komplek, tapi walau pun begitu, dia tidak suka bergosip. Dia hanya akan bergosip dengan aku dan Papa. Pura-pura bersikap tidak acuh di depan ibu-ibu yang sedang bergosip, padahal di rumah dia akan menceritakan gosip itu kepada kami dengan detail dan lengkap. Fiuh.

Lalu, setelah Mama, giliran aku yang akan menceritakan kegiatanku di sekolah, setelah itu giliran Papa. Kegiatan Papa di kantornya merupakan bahasan yang paling membosankan. Ya, seputar meeting, bertemu klien, menghadapi komplain kustomer dan sebagainya. Bahasan yang hanya akan membuatku tidak ingin cepat dewasa dan menjadi seorang karyawan.

Tapi, kali ini aku agak malas. Aku sengaja menghindari mereka agar mereka tidak membahas masalahku.

PRAK.

Aku mendengar suara piring yang di letakkan di sink. Mama dan Papa sudah selesai makan. Segera aku berjalan menuju dapur untuk mencuci piring. Lebih cepat aku menyelesaikan tugasku, lebih cepat juga aku kembali ke kamar untuk belajar. Iya belajar, kok, bukan main handphone!

***

Jangan menghindar, Meghan, berbagi masalah dengan orang tua pasti lebih melegakan :)

Happy Birthday, Love! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang