Gerimis

57 4 0
                                    

Aku menatap diriku di depan cermin. Bukan bermaksud kepedean, tapi aku terlihat memesona. Dress ungu yang kubeli tadi siang di butik, terlihat sangat pas di tubuhku. Well, sedikit sesak. Tapi, aku tidak bisa menolak ketika Nindy, salah satu sahabatku, bersikeras membujukku untuk membeli dress ini.

"Ini tuh cocok banget buat lo, Megg! Kulit lo kan putih, jadi cocok pake baju-baju yang warnanya lembut, kayak gini!" ujar Nindy sambil menyeretku ke ruang ganti untuk mencobanya.

"Amazing!" seru dia ketika melihatku mencoba dress ini.

Setelah itu, kami pergi ke salon. Nindy, memang selalu bisa jadi partner terbaik kalau soal menemani nyalon dan mempercantik diri. Aku memang tengah mempersiapkan diri untuk terlihat cantik di hadapan Lintang, pacarku, malam ini.

Ah, cowok tampan itu, betapa aku menyukainya.

Lintang selalu membuat hatiku berdebar-debar ketika berada di sampingnya. Setiap kata yang ia ucapkan, setiap sentuhan yang ia beri padaku, aku tak akan pernah bisa melupakannya. Aku selalu menikmati setiap detik bersamanya, seolah aku ingin waktu berhenti di sana.

Kembali pada kenyataan.

Hari ini adalah hari ulang tahunku. Mama dan Papa menawariku untuk mengadakan pesta ulang tahun di rumah, tapi, aku menolaknya. Aku lebih memilih dinner dengan Lintang. Sebuah candle light dinner yang romantis. Makanya, aku meminta Nindy untuk menemani nyalon dan mencari baju. Kurasa, Lintang pasti sudah sangat jenuh melihatku hanya dengan memakai t-shirt dan rambut kuncir kuda. Malam ini, aku ingin terlihat berbeda. Untuknya.

Aku meraih heels-ku, dan memakainya. Selesai itu, aku menyeret kakiku berjalan keluar kamar. Dengan hati-hati, aku menuruni tangga.

Langkahku terhenti ketika melintasi ruang tengah. Mama dan Papa sedang asyik menonton televisi di sana. Aku melangkah sepelan mungkin agar mereka tidak menyadari kehadiranku. Aku tidak ingin mereka kaget lalu jatuh pingsan karena melihat penampilanku yang tiba-tiba jadi feminin ini. Ok, Meghan kamu lebay.

"Meghan," panggil Mama tiba-tiba. Damn! Mama melihatku. Aku menoleh perlahan, mirip kucing yang ketahuan mencuri ikan di dapur.

"Iya, Ma?" ucapku tersipu.

Mama menghampiriku dengan wajah keheranan, lalu memutar-mutar tubuhku.

"Wah, yang lagi ulang tahun hari ini cantik banget, sih? Kamu dandan, ya?" ujar Mama takjub melihat penampilanku, "Gitu dong, jadi cewek itu harus dandan. Tampil natural emang bagus, tapi lebih bagus lagi kalau bisa dandan!" lanjutnya tersenyum bangga melihat anaknya kembali pada kodratnya. Aku cuma tersenyum tipis.

"Mau jalan kemana, Megg?" tanya Papa yang masih duduk di sofa.

"Ke kafe, Lintang udah nunggu di sana. Ma, Pa, aku pergi dulu, ya!" aku pamitan pada Mama dan Papa. Setelah mencium kedua pipi mereka, aku melangkah keluar rumah. Ternyata, taksi pesananku sudah datang. Aku segera masuk ke dalam dan taksi mulai berjalan dengan perlahan.

***

"Atas nama siapa, Kak?" tanya seorang resepsionis sesampainya aku di kafe dan menanyakan tempat yang telah di booking Lintang, padanya.

"Lintang," jawabku.

"Baik, tunggu sebentar, ya!" Ia membuka buku tamu "Oh, ini di kursi nomor 42, di roof top," ujarnya kemudian. Setelah mengucapkan terima kasih padanya, aku melangkah pergi. Berjalan menuju roof top.

Aku sudah menduga Lintang pasti memilih roof top untuk acara makan malam kami. Lintang memang suka tempat-tempat yang terbuka seperti itu. Memandang langit yang luas tanpa ada yang menghalangi, sambil mengobrol hangat dan menikmati makanan yang lezat. Pasti romantis sekali. Tapi, bagiku, di roof top atau di mana pun, tidak masalah. Asal bersamanya, aku sudah senang. Memandang wajahnya yang sendu dan menatap matanya yang hangat seolah mengandung magnet yang membuat diriku tidak bisa menghindar untuk selalu merindukannya. Iya, dia lah pemandangan indah-ku. Lebih indah dari pemandangan di pegunungan Fuji atau air terjun Niagara.

Happy Birthday, Love! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang