Janji Dokter Adi

44 3 0
                                    


         Suster tertunduk dan tidak berani menjawab Dokter Adi. Dokter Adi mulai mendekatiku, dan mencoba melepas ikatan yang membelenggu tubuh kurusku.

Aku takut, pasti dia juga sama seperti yang lainnya, jahat, dan ingin menyakitiku. Aku mencoba menghindari dokter Adi tapi gerakanku sangat terbatas karena tali ini dan aku hanya bisa menangis dan meronta.

“Hey Dinda... panggil aku Kak Adi, mulai hari ini kita berteman, jangan takut, Kakak akan melepas ikatan ini asal... Dinda tenang dan jangan takut, okey...”  ucap Dokter Adi dengan halus dan ramah.

Aku terus mengamati dan menatapnya, tapi aku takut, aku tidak bisa berhenti meronta.

“Nah, talinya sudah terlepas semua, sekarang Kak Adi ingin melihat wajah Dinda yang manis boleh kan?” ucap Dokter Adi.

          Aku menggelengkan kepalaku dan menutupi wajahku dengan rambutku yang kusut karena tidak pernah di sisir, akupun semakin memojokkan tubuhku ke tembok. Aku takut dia akan berbuat jahat sama seperti orang-orang itu.

“Dinda, hey... percaya sama Kak Adi, selama kak Adi ada di sini Dinda akan baik-baik saja, dan tidak ada satu orangpun yang bisa menyakiti Dinda, kak Adi janji” ucap dokter Adi sambil menyodorkan kelingkingnya.

          Aku bingung, apa maksud dari kelingking Kak Adi itu, aku masih menatapnya tanda bahwa aku belum paham. Perlahan Kak Adi menggapai tanganku dan menyatukan kelingkingku dengan kelingkingnya.

“Lihat kan, Kak Adi sudah janji pada Dinda, dan Kak Adi akan menepati janji kakak untuk melindungimu” ucap Kak Adi senyum.

         Aku tidak mengerti, tatapan dan senyum Kak Adi membuat rasa untuk berontak hilang. Aku sedikit merasa tenang, apa benar Kak Adi tidak jahat... Aku mulai berani menatap dan mengamati wajahnya. Kak Adi tampan, badannya tinggi tegap berkulit kuning langsat.

“K... Kak... Adi”  kata-kata pertamaku yang keluar selain jeritan dan tangisan, meski terbata-bata...

“Aku akan menemukanmu”  ucap Kak Adi setengah berbisik dan masih dengan senyum tenangnya.

Suster yang dari tadi hanya berdiri dan mengamati ikut tersenyum lega, Suster merasa lega karena Kak Adi mampu menenangkanku.

“Dinda sudah makan?”  tanya Kak Adi.

Aku menggeleng dan kembali meringkuk.

“Baiklah..., Kak Adi akan segera kembali dan membawa makanan untukmu, tapi kak Adi berpesan tolong dengarkan ya, Dinda harus tetap di sini dan jangan melakukan hal apapun” ucap kak Adi.

Aku kembali menutup wajahku dengan rambut kusutku sambil melirik kearah Kak Adi yang  meninggalkan ruang kamarku.

“Dok, apa tidak apa-apa pasien di tinggalkan sendiri?’’  tanya suster sedikit khawatir.

“saya hanya ingin tau seberapa berani dan apa yang akan Dinda lakukan”  jawab dokter Adi sambil mempercepat langkahnya.

Satu Ikatan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang