Dinda Kabur

32 3 0
                                    

Setelah mereka pergi aku kembali berdelusi, bayangan-bayangan itu kembali terlihat di depan mataku, aku seperti melihat beberapa orang yang ingin mendekatiku. Mereka membawa tali dan ingin mengikat tubuhku lagi.

"Tidak... Pergi... Pergiiii" teriakku. Aku berlari membuka pintu dan keluar dari kamar.

Di sisi lain Kak Adi sudah siap dengan makanannya dan akan kembali ke kamarku, tapi Kak Adi melihat pintu kamar itu sudah terbuka lebar dan aku sudah tidak berada di sana. Kak Adi meletakkan makanan dan minumannya di atas meja, lalu bergegas keluar mencariku.

Kak Adi memberi tahu kepada para staf rumah sakit agar membantu mencariku, di lorong di kamar-kamar lain, kamar mandi, tapi tidak ada. Kak Adi melangkah keluar menuju depan rumah sakit jiwa, ya... aku ada di sana, aku sedang berjongkok sambil tertawa bermain dengan anak kucing. Para staf rumahsakit berlari hendak menangkapku tapi Kak Adi menahan mereka.

"hihihi... Bulu, buluuu," ucapku gemas.

Pelan-pelan Kak Adi mendekatiku dan berjongkok di sampingku.

"Lucunyaaa... apa itu?" tanya kak Adi mengejutkanku.

"Ini... Ini bulu bulu" jawabku lugu.

"Hahaha bulu bulu, Dinda mau bawa ini masuk?'' tanya sambil kak Adi tertawa melihat tingkahku.

"Masuk, masuk hihi sama bulu bulu kak Adi" ucapku riang.

"masuklah" ucap Kak Adi tersenyum lalu memapahku.

Para staf melihat dengan heran, aku berjalan masuk sambil menggendong anak kucing dan berjalan sambil bersembunyi di belakang tubuh Kak Adi karena aku takut para staf itu akan mengikatku lagi sama seperti awal aku masuk rumah sakit jiwa ini.

Satu Ikatan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang