Kak Adi duduk termenung di ruangannya, pulpen di tangan kanannya berputar-putar berulang. Matanya tak berkedip menerawang jauh, memikirkan banyak pertanyaan yang bergejolak dalam hati.
Perasaan marah, miris, sedih... banyak kasus yang ia lihat dan Kak Adi tangani tapi kali ini Kak Adi merasa berbeda.
"Ada yang tidak beres” bisik Kak Adi dalam hati.
“Tok... tok... tok...” suara ketukan pintu di ruangannya membuat Kak Adi tersadar dari lamunan.
“Masuk” jawab Kak Adi sambil menghela nafas.
“Dok... ada yang ingin bertemu dengan Dokter Adi” ucap seorang suster.
“Biarkan dia masuk” jawab Kak Adi sambil memijat pelan keningnya dengan jari tengah.
Tidak lama kemudian masuklah seorang wanita renta sekisar umur 60 tahun, Kak Adi mengerutkan dahinya lalu mempersilahkan wanita itu untuk duduk di kursi yang tersedia di depan meja kerja Kak Adi.
“Siapa ibu? Dan ada keperluan apa ibu datang menemui saya?” ucap Kak Adi ramah dengan senyum tenangnya.
Ibu itu memandang Kak Adi dalam, matanya yang renta dan sayu mulai berkaca-kaca. Bibirnya gemetar seakan sulit untuk memulai pembicaraan.
“Ibu tunggu sebentar ya, saya akan segera kembali” ucap Kak Adi lalu beranjak keluar ruangannya.
Tidak lama, Kak Adi datang membawa minuman dan cemilan lalu menyuguhkannya kepada Ibu yang datang itu. Kak Adi menangkap ada satu kesedihan dari wajah Ibu renta tersebut.
“Ada apa bu? Ceritakanlah jika ada yang bisa saya bantu, dan apa ada keluarga Ibu yang menjadi pasien di rumah sakit ini?’’ tanya Kak Adi ramah.
“Bukan hanya sebuah keluarga bagi saya Dok, tapi sudah seperti putri saya sendiri” ucap Ibu tertunduk menyembunyikan air matanya.
“Siapa nama pasiennya bu?” tanya Kak Adi.
“Dinda Bramanto, panggil saya Mbok sari, dan sayalah yang merawat Non Dinda sejak bayi, sebelum akhirnya saya di pensiunkan” jawab Mbok Sari lugas dan bergetar.
Mendengar pengakuan mbok Sari ada perasaan terkejut, ada juga perasaan lega. Kak Adi mengerutkan dahinya,
”Allah telah mendengar doaku, dan mengirimkan orang yang tepat agar aku tahu kisah di balik penderitaannya Dinda Bramanto” ucap Kak Adi dalam hati.
“Kebetulan sayalah yang sedang menangani Dinda Mbok, Mbok Sari mau menjenguknya? Mari saya antarkan” ucap Kak Adi.
Wajah Mbok Sari seprti tersirat keraguan, Kak Adi berdiri dan memapah Mbok Sari menuju kamar tempat aku di rawat. Tapi Mbok Sari gemetar kuat saat hendak masuk kedalam kamar dan hanya memandangku dari balik jendela.
“Kenapa Mbok?” tanya Kak Adi lembut.
“Sa... Saya tidak sanggup” ucap mbok Sari seketika tangisannya pecah, bibirnya tertutup oleh kedua tangannya.
Kak Adi terdiam, membiarkan mbok Sari menangis hingga sesenggukan melihatku yang sedang terbaring di ranjang.
Ada perasaan marah yang berkecamuk dalam dada Kak Adi, tapi Kak Adi belum bisa melakukan apa-apa sebelum ia tau apa yang sebenarnya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Ikatan Rasa
Mystery / ThrillerSebagian orang berfikir hidup kaya adalah impian yang bahagia. Mempunyai orang tua yang sukses besar adalah suatu kebanggaan tersendiri, tetapi sayang sekali semua itu tidak seperti dengan apa yang tersirat. Gadis yang akan aku ceritakan ini hidupn...