MBOK SARI MEMBUKA KISAH

27 1 0
                                    

          Kak Adi membawa kembali mbok Sari keruangannya,  mereka terdiam cukup lama. Kak Adi hanya tidak ingin terlalu buru-buru meminta Mbok Sari untuk membuka cerita.

“Maafkan saya Dok” ucap Mbok Sari lirih dan menghapus airmatanya.

“Panggil saja saya Adi Mbok, tenangkan diri Mbok,”     

Mbok Sari memandang wajah Kak Adi, mbok Sari tersenyum raut wajahnya terbaca bahwa Mbok Sari sangat berharap pada Kak Adi agar bisa memulihkan mentalku. Kak Adi mengajak Mbok Sari berbicara untuk mencairkan suasana.

“Terimakasih Nak, perasaan Mbok mulai tenang kembali sekarang, Nak Adi... Selagi Mbok masih hidup Mbok minta satu saja permintaan kepada Nak Adi” ucap Mbok Sari penuh harap.

“Jika saya mampu melaksanankan permintaan Mbok Sari insyaa Allah akan saya penuhi Mbok”

“Nak Adi... mungkin umur Mbok sudah tidak akan lama lagi karena Mbok mulai sakit-sakitan, Mbok minta kepada Nak Adi supaya menjaga Dinda dengan baik, Mbok titip Dinda Nak, Mbok kasihan sama Dinda tapi Mbok tidak bisa berbuat apa-apa, sejak kecil hidup Dinda terlunta-lunta” jelas Mbok Sari mencoba tegar.

“Terlunta-lunta? Bukankah keluarga Pak Bramanto itu cukup terpandang dan kaya?” ucap Kak Adi heran.

“Memang benar Nak, tapi kekayaan hanya bisa mencukupi kebutuhan lahir, tetapi perlakuan orang tuanya dan teman-teman Dinda sangat berbeda, tidak ada kasih sayang yang Dinda rasakan, hatinya hancur, batinnya tersiksa, apa lagi setelah kejadian itu”  kata-kata Mbok Sari terhenti menahan sesak.

“Ceritakan saja Mbok, dengan ini saya akan semakin tau kisah yang Dinda alami agar lebih mudah untuk membantunya” ucap Kak Adi serius.

“Sejak Dinda masuk sekolah dasar Dinda sudah di haruskan sibuk belajar, belajar dan belajar, kesehariannya sangat berbeda dengan anak seusianya, bahkan Bapak dan Ibu Bramanto tidak segan-segan memukul Dinda untuk menuruti semua kemauannya” ucap Mbok Sari

“Mbok, bukankah Dinda anak satu-satunya dari keluarga itu? Kenapa Bapak dan Ibu Bramanto berlaku kasar?” tanya Kak Adi mulai menyelidiki.

“Tidak Nak Adi... Dinda anak ke dua dari keluarga Bramanto” jelas Mbok Sari

Kak Adi terkejut mendengar penjelasan itu.

“Dinda memiliki seorang kakak laki-laki, mungkin usianya seplantaran dengan usia Nak Adi, Pak Bramanto sangat membanggakan anak laki-lakinya, mereka sangat menyayanginya, Pak Branamanto beranggapan bahwa anak laki-laki lebih berharga karena kelak akan bisa menjadi pemimpin yang besar dan sukses,  sering saya melihat ketidak adilan dalam sikap Pak Bramanto terhadap Dinda dan kakaknya, dari masih bayi saya yang mengurus Dinda, pak Bramanto menilai bahwa anak perempuan itu lemah dan hanya mampu merusak nama keluaraga” jelas Mbok Sari.

“Bodoh” gerutu Kak Adi dalam hati.

“Meskipun orang tuanya selalu membandingkan anaknya, tetapi sifat kakaknya Dinda sangat berbeda Nak, Kakaknya Dinda sangat menyayangi Dinda, dia selalu membela Dinda saat Dinda  di marahi, dia selalu mengajarkan Dinda saat belajar, sikapnya telaten dan penuh kasih sayang, Dinda juga sangat menyayangi Kakaknya, mereka saudara yang sempurna di pandangan saya, tapi..., saat Dinda berusia tujuh tahun tragedi itu terjadi” ucap Mbok Sari memandang kosong menahan kesedihannya. Mbok Sari menceritakan semua kepada Kak Adi.

Satu Ikatan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang