Dinda Mencoba Bunuh Diri

40 3 0
                                    

              Kak Adi sangat tlaten menghadapiku, aku di perbolehkan membawa masuk anak kucing itu. Tapi saat itu perasaanku masih sama, masih diliputi rasa ketakutan. Bayangan delusi masih selalu datang menghantui, mereka datang sambil membawa kisah yang membuatku benar-benar kehilangan pemikiran yang waras. Mama, Papa, dan semua sosok-sosok yang pernah hadir menyakiti tubuhku.

          Aku menangis di malam hari sambil memojokkan tubuhku ke sudut ruangan kamar, aku berteriak dan membuat sebagian staf rumah sakit panik dan datang menghampiri lalu menyuntikkan obat bius ke lenganku. Sakit... aku lelah di perlakukan seperti ini.

Kemana kak Adi, sudah berhari-hari kak Adi tidak juga datang, aku tidak mau dengan suster dan dokter lain yang selalu bersikap kasar padaku.

          Sore itu salah satu suster bertindak ceroboh, suster lupa meninggalkan sebilah pisau buah di atas meja kamarku. Mungkin suster pikir akan aman karena aku masih belum sadar karena efek obat bius. Aku mulai membuka mata, tidak ada satupun yang berjaga di kamarku sore itu. Tangis kembali pecah saat aku sendirian, aku melihat pisau buah yang mengkilat tajam di atas meja.

Aku berdiri lalu mendekat perlahan, tanganku mulai gemetar dan menggapai pisau itu.

“Dinda mati... kata Mama, Papa Dinda di suruh mati, Dindaaa matiiii!!!’’  teriakku.

          Aku letakkan pisau tajam itu ke pergelangan tangan kananku, sambil menangis aku menekan pisaunya dan siap memotong seluruh urat nadi di balik kulit tipisku. Aku memejamkan mata dan....

“Sreeeettt”  aku merobek sesuatu dengan pisau.

Tapi aneh, tidak ada rasa ngilu di tangan, tidak ada rasa sakit aku rasakan. Aku membuka mataku, ada darah yang menetes deras. Tapi bukan dari tanganku. Kak Adi...

           Darah itu keluar dari telapak tangan kak Adi, bagaimana bisa... Aku semakin gemetar dan menjatuhkan pisaunya. Suster langsung menyergap kedua tanganku, sedangkan kak Adi masih berdiri diam menatapku. Ekspresinya datar, tidak ada senyum, matanya menatapku tajam. Aku hanya pasrah dan terpaku saat kami berpandangan.

“Ini sudah keterlaluan Dinda! Kamu sudah melukai Dokter Adi!” ucap Suster bernada tinggi.

Aku hanya diam masih menatap kak Adi, ada timbul perasaan bersalah tapi aku tidak bisa mengungkapkannya.

“Lepaskan dia”  ucap Kak Adi masih dengan menatapku.

“Tapi dok...’’  ucap suster.

“Saya bilang lepaskan Dia sekarang, bagaimana Dinda akan sembuh jika kalian masih bertindak dengan cara kasar!” ucap kak Adi lugas.

“Tapi pasien ini sudah melukai dokter” ucap Suster.

          Aku mendekati kak Adi, aku memegangi tangannya yang masih mengeluarkan darah, semua gara-gara aku, Suster itu benar aku telah melukai Kak Adi, tangisku dalam hati.

Aku menoleh sesana dan kemari mencari sesuatau, Kak Adi dan suster hanya memandangi tingkahku. Setelak itu aku membuka sarung bantal yang terpasang tapi Suster melarangku.

“Dinda jangan!” sentak suster.

Aku terkejut dan diam sambil melirik ketakutan ke arah suster galak itu.

“Biarkan”  ucap kak Adi sambil tersenyum .

Cepat-cepat aku membuka sarung bantal itu lagi, lalu setelah sarung bantal terlepas aku mendekati Kak Adi dan membalut lukanya dengan sarung bantal agar darah tidak lagi menetes.

“K... Kak A... Adi, Dinda... Dinda maff’’  ucapku  sambil menutup wajahku dengan rambut kusutku.

Kak Adi memandangku dengan wajah sedikit terkejut, lalu Kak Adi memelukku.

“Kamu pasti akan sembuh Dinda, aku yakin, aku melihat lelah di matamu, aku melihat tragedi yang mengenaskan menimpamu, aku merasakan ketakutan dan kesedihan dalam jiwamu, aku akan mencari tau, apa yang telah membuatmu hacur seperti ini” ucap Kak Adi dalam hati.

          Aku tidak bisa memberontak dalam dekapan Kak Adi, aku menemukan sesuatu di sana. Kedamaian... Kedamaian yang tidak pernah aku temukan dan aku rasakan sebelumnya.

           Otak dan hatiku merasa berbeda, seakan merasa tenang dan tidak khawatir karena aku merasa dilidungi. Aku ingin Kak Adi selalu ada di disini...

Satu Ikatan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang