4. rumor

2.1K 293 17
                                    

Heboh kematian Sowon menjadi hot topik dikalangan siswa SMA Harapan. Banyak yang membuat gosip, apalagi polisi telah menetapkan bahwa penyebab kematian Sowon adalah penggunaan obat dosis tinggi dalam kondisi berlebihan.

Bekas suntikan di lengan Sowon juga sangat mencurigakan. Ini jelas ada seseorang yang membunuh Sowon. Seseorang memasukkan cairan berbahaya di lengan gadis itu. Karena itu polisi menetapkan kematian Sowon sebagai kasus pembunuhan.

Tentulah Hwasa dan kawan-kawan segengnya menjadi dugaan utama pelaku kejahatan tersebut. Jelas itu semua karena mulut teman-teman sekelas Sowon yang merasa perubahan sikap gadis itu akhir-akhir ini disebabkan oleh pertemanan Sowon dan Hwasa.

"Gue tau! Gue tau mereka pasti bakal nuduh gue! Bangsat!" Hwasa masuk ke dalam kelas IPS 1 dengan penuh amarah. Ia bahkan menendang meja bagian depan yang ditempati oleh Ong.

"Eh biasa aja dong lo!" teriak Ong.

Alih-alih ganti emosi Ong agak takut karena Hwasa langsung memasang mode wajah galaknya.

Hwasa, Namjoo, dan Seolhyun berjalan ke belakang kelas untuk duduk di tempat duduk mereka seperti biasa. Tubuh Seolhyun bergetar hebat mengingat mayat Sowon yang ia lihat tadi sebelum dimasukkan ke dalam kantung mayat.

Namjoo mengelus pundah Hwasa, menenangkan gadis itu.

"Lo tau sendiri kan kita dikira bandit di sekolah. Kita salah kenapa musti temenan sama Sowon sebelum dia mati." kata Namjoo.

"Meninggal. Mati itu kasar, Joo." Jisoo yang duduk diseberang Namjoo mengoreksi ucapan gadis itu.

"Mati." Namjoo tetap pada pendiriannya. Dia tidak peduli ucapan Jisoo.

Jisoo akhirnya terdiam. Tidak mau mencari masalah dengan orang-orang menakutkan di kelasnya.

Brakk

Seolhyun tiba-tiba menggebrak meja.

"Lagian lo kenapa sih Sa pake temenan sama dia? Untungnya di lo apaan? Lo jadi nyeret-nyeret gue di masalah lo kayak begini!"

"Wow, chill dude. Masalah gue? Gue doang? Heh sadar Sowon tuh paling deket sama lo! Bukannya lo nginep di rumah dia waktu itu?" balas Hwasa tak kalah keras.

Seketika hening. Kelas pun hening. Beberapa pasang mata anak-anak yang berada di kelas memandang ke arah Seolhyun. Tatapan bingung, penasaran, dan tatapan curiga.

Mata Seolhyun beredar memandangi balik setiap pasang mata yang mengarah ke arahnya. Terlihat raut panik jelas tergambar di wajahnya.

Bel berbunyi sesaat sebelum Seolhyun sempat membalas tuduhan yang dilontarkan Hwasa. Tak butuh waktu lama Bu Tari sudah melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas IPS 1. Murid-murid yang berada diluar kelas berbondong-bondong masuk setelah melihat Bu Tari yang tumbennya masuk pas saat setelah bel berbunyi.

Nafas berat berhembus dari bibir Bu Tari sesaat setelah ia duduk di kursinya. Pandangan matanya langsung ke arah Hwasa saat itu.

"Hwasa, polisi mencarimu."

Terlihat salah satu murid di kelas itu menghembuskan nafas leganya secara diam-diam. Senyum tersungging di bibirnya seiring langkah kaki Hwasa keluar dari kelas menemui polisi yang mencarinya.



***



Setiap sekolah selalu memiliki genk cewek-cewek penindas di sekolah, atau yang biasa disebut mean girls. Di SMA Harapan, genk Hwasa dan kawan-kawannya dikenal di seluruh penjuru sekolah. Membuat satu-dua masalah hingga keluar masuk ruang kepala sekolah pun sudah biasa. Tapi kali ini masalah mereka benar-benar kelewatan.

Membunuh bukanlah kejahatan main-main yang dilakukan oleh siswi sekolah.

Setidaknya itulah yang menjadi rumor hangat di antara murid-murid SMA Harapan. Hwasa dimintai keterangan oleh pihak berwajib menjadi topik yang sangat sayang untuk dilewatkan di sosial media SMA Harapan.

Salah satu akun bahkan membuat teori konspirasi bagaimana Hwasa dan kawan-kawan membunuh Sowon. Tombol share yang tak henti-henti ditekan oleh beberapa murid lain bahkan sampai masuk grup Whatsapp komite sekolah.

Kasus pembunuhan ini memperburuk nama Hwasa yang belum pasti ditetapkan sebagai tersangka. Masalah-masalahnya di masa lalu turut diungkit, membuat rumor pernah hamil dan menggugurkan kandungannya, pernah memakai narkoba, dan mencuri. Semua muncul kembali.

Jelas semua permasalahan ini semakin memperburuk nama baik SMA Harapan.

But, Yook Sungjae still unbothered.

Dia tidak mencemaskan reputasi sekolah dan terus menulis daftar dalam kertas yang sedari tadi di pegangnya. Daftar siapa saja yang mungkin menjadi tersangka menurutnya.

Tingkat keponya mengalahkan segalanya.

"Yeon, lihat dulu bentar deh." Sungjae berusaha mengganggu Nayeon yang duduk di depannya sedang berkutat dengan buku paket kimianya. Ulangan harian tinggal 10 menit lagi dan Nayeon tidak ingin mengikuti remedial seperti sebelumnya.

"Gue mau belajar!" bentak Nayeon.

Sungjae tetap menarik-narik rambut Nayeon dari belakang, membujuk gadis itu untuk ikut berpikir bersamanya.

Nayeon akhirnya menyerah saat durasi mengganggunya semakin parah. Menendang kursinya berkali-kali dan merusak rambutnya yang susah payah ia catok pagi-pagi tadi.

"Kenapa sih?!"

"Lihat!" Sungjae menunjukkan selembar kertasnya pada Nayeon. Terlihat beberapa nama dan keterangan alibi masing-masing.

Ada nama Hwasa and the genk, Minhyun, Bona, Nayeon, Joshua dan Taeyong.

"Kok ada nama gue?" protes Nayeon.

Sungjae tertawa sebelum akhirnya mengambil ballpointnya dan mencoret nama Nayeon. Ia sengaja melakukannya untuk membuat Nayeon sebal. "Bercanda."

"Jangan bercanda deh kalo nulis pelaku-pelaku begini. Sini gue bantu mikir."

"Nah gitu kek daritadi."

Nayeon nampak berpikir sesaat. "Gue rasa bukan Hwasa pelakunya. Gue lihat dia di rumah terus kok semalem. Semalem gue begadang dan Hwasa tetep ada di kamarnya sampai malem karena TVnya nyala kedengeran sampai kamar gue."

Hwasa dan Nayeon adalah tetangga sebelah rumah. Rumah mereka berdempetan jadi Nayeon sering mendengar suara TV sampai suara cekcok orang tuanya.

"Oh ya? Tapi gue sempet nggak sengaja ketemu Hwasa sore kemarin di tempat karaoke." Sanggah Sungjae.

"Waktu kematian Sowon itu dini hari. Jelas pembunuh itu tidak membawa Sowon ke sekolah karena satpam pulang jam 9 malam. Jadi jelas, bukan Hwasa." Nayeon berbicara seolah-olah ia detektif.

"Kok lo yakin banget? Lo inget kan dia pernah bunuh anak di perutnya?"

"Itu cuma rumor. Astaga! Kita harus berpikir sesuai fakta untuk menentukan pembunuh."

"Ok, baiklah. Jadi, Hwasa dicoret?"

Anggukan mantap dari Nayeon membuat Sungjae yakin mencoret nama Hwasa dari daftar itu.



***



Sedangkan itu di tempat lain, Hwasa berhadap-hadapan dengan dua orang polisi.

Suasana terasa mencekam. Ia mencoba tenang walaupun tak memungkiri jantungnya berpacu cepat sekarang.

"Nona Hwasa, apakah anda bertemu dengan Nona Sowon sebelum ia ditemukan tewas di kamar mandi sekolah?"

Hwasa menarik nafas panjangnya. Benar, ia harus melakukannya dengan baik. Menjawab semua pertanyaan dengan jujur agar fakta segera terungkap.

"Ya benar." jawabnya kemudian.





***



To be continue.

THE LYING CLUB | 95 Line ✿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang