6. truth

1K 163 10
                                    

"Nggak! Gue bukan pembunuh!"

Jisoo teriak keras-keras dengan raut wajah ketakutan. Dia sudah cukup panik dengan buntalan kertas yang ia temukan di lokernya sekarang makin panik karena pesan broadcast yang menyudutkannya.

Nayeon berusaha menenangkan Jisoo yang gemetaran. "Tenang Jisoo tenang. Kita semua tahu bukan lo pelakunya. Ini pasti kerjaan orang iseng. Ya kan, Jae?"

Sungjae yang ditanyai oleh Nayeon hanya dapat mengangguk.

Pesan tersebut muncul sangat tepat waktu saat komite membahas tersangka pembunuhan. Sangat terasa janggal di benak Sungjae.

"Oke ini aneh." Gumam Joshua membuat semua orang menoleh padanya.

"Iya gue ngerasa aneh banget disini. Kenapa pesan masuk tepat saat kita lagi bahas si pembunuh? Berarti dia denger dong omongan kita? Atau jangan-jangan dia ada di antara kita?" Ujar Sungjae menebak-nebak tidak pasti. Jiwa detektifnya muncul.

"Gue nggak mau tahu semua hp kalian yang lagi kalian bawa harus di kumpulin disini. Gue sama Sungjae yang ngecek siapa di antara kita yang iseng ngirim broadcast." Kata Minhyun sangat tegas dan berwibawa.

Semua orang disana benar-benar mengeluarkan ponselnya masing-masing di tengah-tengah meja, menuruti apa kata Minhyun.



*



Jisoo berjalan menuju halaman parkir setelah mengecak pesan Taeyong yang berjanji mengantarnya pulang.

Rapat komite perwakilan kelas berjalan tegang. Mengumpulkan ponsel dan menghabiskan 2 jam lamanya mengecek satu persatu ponsel yang berbuah nihil. Tidak ada satu pun di antara mereka yang mengirimkan broadcast itu. Kecurigaan Sungjae berbuah nihil.

Taeyong melambaikan tangannya ke arah Jisoo. Terlihat cowok itu nangkring di atas sepeda motornya.

"Lama banget." gerutu Taeyong kemudian.

"Maaf ya." jawab Jisoo sangat pelan dan lesu.

"Lo kenapa deh? Ada masalah tadi?"

Jisoo menggeleng. Ingin rasanya semua ia simpan saja tanpa Taeyong harus tau.

"Nggak usah bohongin gue, gue tau lo ada masalah."

Pecah sudah air mata Jisoo yang ditahan-tahannya sedari tadi.

"Gue...capek banget."

"Mau dipijetin?" canda Taeyong.

"Nggak, bukan capek yang kayak gitu Yong."

"Terus kenapa? Jangan di pendem."

"Gue kayaknya....kayaknya...bikin Sowon meninggal."

Deg. Panik Taeyong langsung membungkam bibir Jisoo yang ngomong sembarangan di depan publik.

"Apaan sih, Soo. Ngomong jangan ngaco ya. Gue nggak mau lo yang dituduh pembunuh!"

"Udah terlanjur." jawab Jisoo pasrah.

"Maksud lo?"

"Ada yang ngirim broadcast message dan bilang kalo gue yang bunuh Sowon."

Taeyong mengesah. Ia gapai tangan kanan Jisoo ke udara.

"Tangan sekecil ini bisa gotong-gotong orang mati? Tangan sehalus ini bisa nyelakain orang? Yakin lo?"

"Tap-tapi..."

"Jisoo, disaat kayak gini banyak banget orang iseng yang nyuri-nyuri kesempatan biar kita makin kepecah belah. Paham? Nggak usah dipikirin. Kita pulang sekarang, mandi, makan, tidur dengan tenang. Oke?"

Jisoo hanya mengangguk menyetujui saran Taeyong. Ia naik ke atas motor yang mulai di starter sembari memakai helmnya.

Di tengah-tengah perjalanan pulang, dibalik punggung Taeyong, Jisoo tiba-tiba membuat pernyataan, "Yong sebenernya gue saksi terakhir yang lihat Sowon hidup sebelum dia meninggal."

Detik itu juga Taeyong meminggirkan motornya, berbalik menatap Jisoo. "Soo, apapun itu lo harus simpen sendiri. Gue nggak mau lo kenapa-napa. Lo butuh apa, gue siap lindungin lo. Lo yang terakhir lihat Sowon hidup, bukan berarti lo yang bunuh dia. Oke?"



*


Rapat sudah selesai tapi di ruang itu masih tersisa Joshua, Minhyun, Sungjae dan Nayeon.

"Gue masih ngerasa aneh." ucap Sungjae memecah keheningan.

"Sama gue juga." timpal Nayeon.

"Kita semua ngerasa aneh. Kenapa tiba-tiba Jisoo jadi sasaran?" tambah Joshua.

"Nggak ada barang bukti. Nggak ada yang bisa kita pakai buat nuduh dia sembarangan. Jisoo anak baik. Dia nggak mungkin bunuh orang." kata Minhyun kemudian.

"Nggak selalu yang baik selalu baik."

"Ya tetep aja kita nggak ada clue kenapa tiba-tiba Jisoo yang di kambing hitamkan, Joshua. Jadi jangan kemakan broadcast nggak jelas itu." sanggah Nayeon mencoba menetralkan dugaan-dugaan aneh itu.

Sungjae menghela napas panjang. "Sebenernya kita bisa lacak ip orang yang kirim broadcast itu. Disini yang handal programmer siapa sih?"

"Taehyung! Dia tiap hari coding dipojokan kelas." sahut Nayeon penuh antusias melihat adanya titik cerah.

"Oh ya kok gue nggak ada pikiran minta bantu dia. Oke, besok gue bakal minta bantuan dia. Sumpah asli kalo beneran tersangka yang ngirim broadcast ini, kita jadi dapet clue baru." Sungjae mulai ikut semangat melihat kemungkinan itu.

Sementara itu Joshua masih saja menggeleng tak percaya. "Nggak mungkin segampang itu kan? Kalaupun si tersangka yang ngirim broadcast itu, bukannya kayak cari mati. Kayak...hei ini aku yang bunuh Sowon please lacak ipku dan tangkap aku secepatnya. Ya nggak sih?"

"Apapun itu nantinya, ngelacak ip ini jadi angin segar buat kita semakin dekat ke jawaban siapa yang bunuh Sowon kan? Jadi ya..just do it. Namanya juga usaha."

"Oke gue setuju sama Minhyun." Nayeon makin semangat mendengar jawaban Minhyun.

"Jadi kita akhiri rapat ini sekarang dan kita lanjut besok pulang sekolah. Rapat ditutup."



*

Tbc


Besok dilanjut flashback Jisoo.

Thanks bgt bgt yang mau baca work ini🙏🏻
Jujur kaget ada yang baca ini hiks😔✊🏻

THE LYING CLUB | 95 Line ✿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang