7. pause

1.3K 156 24
                                    

Taehyung adalah salah satu anak IPA 1 yang super rajin selalu datang paling pagi dan langsung membuka buku paket mempelajari apa yang kira-kira nanti akan di terangkan di kelas, atau membuka laptop yang selalu ia bawa untuk melakukan sedikit coding. Karena itu lah sering kali ia tidak terlihat dalam pergaulan karena ia lebih memilih belajar dibanding nongkrong bersama teman-teman yang lain.

Teman-teman sekelasnya selalu merasa canggung bertatapan muka dengan orang paling pintar di kelas itu. Semacam jauh tak tergapai. Walaupun semua anak kelas 11 IPA 1 sangat pandai-pandai dan berambisi besar.

Pagi itu sengaja Sungjae menjemput Nayeon untuk berangkat ke sekolah bersama dan langsung menemui Taehyung untuk meminta bantuan.

"Hai Taehyung," sapa Nayeon dengan nada riangnya.

"Mmm...hai. Kenapa ya?" merasa ada yang aneh karena tiba-tiba saja belum sempat menaruh tas di mejanya, mereka berdua langsung berjalan ke meja depan pojok tempat biasa Taehyung duduk sendiri.

"Oke, langsung ke poinnya aja nih ya," lanjut Sungjae karena ia tahu betul Taehyung bukan tipikal orang yang suka basa-basi.

Taehyung membenarkan letak kacamatanya yang melorot dan duduk tegap menatap Sungjae yang berdiri di seberang mejanya.

"Jadi gini, kemarin kita rapat komite perwakilan kelas. Ya anehnya disini. Kita semua dapat pesan broadcast mencurigakan dari seseorang yang kita nggak tau itu siapa. Nah kita nih rencananya mau minta bantuan buat ngelacak ip yang ngirim. Lo bisa kan?"

"Bisa. Istirahat nanti gue kasih lo lokasinya."

"Tuh kan, Taehyung tuh baik orangnya. Lo sih Jae ngapain pake acara takut segala. Makasih banyak Taehyung!" kata Nayeon dengan riangnya.

Taehyung hanya tersenyum sedikit, membenarkan letak kacamatanya lagi dan mulai menunduk menatap layar laptopnya kembali.

*



"Assalamualakum penghuni neraka mana suaranya?!" teriak Bobby pagi-pagi yang tiba-tiba muncul kembali setelah seminggu tidak kelihatan batang hidungnya.

"Buset Bob, lo kemana aja dah. Manasik haji lu?" seru Ong kemudian.

"Eh Ong. Buset kangen berat gue sama lu!!!" Bobby berhambur duduk di kursi kosong sebelah Ong. "Ada PR kagak?" lanjutnya kemudian.

Bentar. Ini suatu hal yang janggal banget keluar dari mulut Bobby.

"Lo kena flu apa gimana tiba-tiba nanya PR? Biasanya juga lo nggak ngerjain di kelas numpang tidur doang."

"Gue dapet hidayah Ong!"

"Anjing ngaco." seru Yuta yang duduk di belakang Ong.

"Sumpah. Beneran. Gue mau serius biar bisa naik kelas."

"Lo salah minum obat ya tadi pagi?" timpal Johnny yang ikut panik lihat Bobby insyaf. Takut kalau-kalau besok kiamat kubro.

"Kayaknya gue harus tobat nih. Besok kiamat." sahut Ong takut-takut.

Bobby hanya cengengesan melihat temannya takut.

"Ada apaan nih, Hwasa dkk udah mau jam 7 belum dateng semua?"

"Biasanya juga telat kali Bob." jawab Johnny santai.

"Mereka bertiga udah pecah abis bunuh Sowon." jawab Ong asal-asalan.

"Rahang lo enteng banget ya Ong." Yuta menoyor belakang kepala Ong.

"Ha? Ada yang di bunuh?" Bobby yang kelamaan ngeong beneran nggak tau apa-apa.

Johnny yang sedari tadi bermain ponselnya, mulai menaruh ponselnya saat melihat Taeyong datang dari pintu sendirian. "Udah jadi gosip basi anjir. Makanya lo jangan di rumah mulu mabarnya."

"Jisoo kemana Yong?" tanya Yuta melihat keanehan saat Taeyong datang sendiri tanpa tetangganya yang sering nebeng.

"Nggak masuk. Sakit." jawab Taeyong mengambil duduk di belakang Johnny.

"Bentar-bentar. Kelas kita jadi sepi amat penghuninya. Giliran gue tobat semua aja pada males-malesan."

"Gue bilang juga apa. Besok tuh kiamat anjing. Gue tobat abis ini. Mau ngambil1 wudhu." Ong bangkit berdiri dan bergegas keluar kelas.

Bobby hanya tertawa melihat Ong yang bertingkah berlebihan.

"Nyebat yok, ada yang mau gue omongin soal Jisoo sama kalian berdua." ajak Taeyong kepada Yuta dan Johnny.

Tanpa babibu, mereka bertiga langsung ke tempat cadangan nyebat mereka di pojokan belakang kantin karena kamar mandi pojok alias tempat kejadian perkara masih diberi garis kuning oleh polisi.


*



Suasana kantin ramai seperti hari-hari biasa tiap bel istirahat berbunyi. Di salah satu meja ada Bona dan Joshua yang sibuk menikmati bakso mereka.

"Kamu udah baik-baik aja kan Bon?" tanya Joshua pelan -pelan.

"Better. Gue udah nafsu makan lagi. Jimin yang ngebujuk gue abis-abisan biar gue makan."

"Akhir-akhir ini kamu deket banget ya sama Jimin."

Bona mengesah kasar. "As my bestfriend and my ex, kita udah bahas ini kan sebelumnya, Joshua."

"Iya tau. Cuma mau kamu hati-hati aja."

"Jimin baik kok. End of discussion ya."

"Ya dulu aku baik tapi nggak cukup baik kan."

Bona menaruh sendok yang ia pegang. Sudah tidak mood untuk melanjutkan makannya.

"Alright, I'm sorry." ucap Joshua mencoba mengalah.

"Kalau setiap gue deket sama seseorang, dan lo selalu begini. Kayaknya kita nggak akan bisa sahabatan."

"I know. I know. Tapi ini Jimin, Bon. You know how bad his reputation."

"People change. Selama dia baik ke gue, nggak ada yang perlu dikhawatirin."

Belum sempat Joshua meneruskan perdebatan mereka, Nayeon dan Sungjae bergabung bersama keduanya di meja yang sama.

"Gue cariin kemana-mana taunya disini Joshua." kata Sungjae yang telah mengambil duduk di sebelahnya.

"Hai Bon!" Nayeon memeluk gadis disebelahnya.

"Emang ada apaan Jae?"

Sungjae menyodorkan secarik kertas berisikan alamat yang sama sekali ia tak mengerti.

"Gue udah tau dimana lokasi pembunuhnya!"


*


Tbc
Taeyong mau gibah kali ya

THE LYING CLUB | 95 Line ✿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang