Cerita kelima - Perpisahan

22 9 0
                                    

Kelulusan pun tiba. Tak terasa kami sudah harus belajar ke jenjang lebih tinggi, yaitu kuliah. Alhamdulillah, aku, Rodiah, Siti, Emen, Dale dan Koyo, kami lulus dengan nilai terbaik dan tertinggi se kecamatan posugeng.

Besoknya, kami ber 6 janjian di tukang foto dekat solokan manggahrai. Dress code nya berwarna merah membara. Dengan membawa senyum simpul yang manis, kita siap berpose ala squad-squad ternama.

Cekrek....cekrek....
1...
2...
3...
Aaaaa...aaa...ciiiss..ciis...

Kami pun difoto dengan cerianya.

Tiba-tiba, Rodiah terlihat murung sekali. Mata nya kaya cirembai terus. Mungkin saja dia merasa sedih karena kita tidak lagi bersama-sama.

"Kamu kenapa Rodiah?" Tanyaku.

Mendengar suaraku, yang lain langsung melihat Rodiah. Mereka pun ikut sedih, mereka jadi mulai menahan tangis.

Jelas lah, setiap hari kita selalu bareng-bareng, nginep ke villa, ikutan camping, keketawaan setiap detik. Aaah keseruan kita tidak dapat tergantikan oleh apapun.

"Akuu..akuu.. aku... Pengen rambut panjang!!" Jawab Rodiah.
"Aku pengen keliatan beda di perguruan tinggi." Lanjutnya.

Astaaagaaaaa.... Kita kira dia sedih karna akan sulit sering ketemu sama kita, taunya pengen rambut panjang lah. Sungguh ter..laa..luu..

Setelah berfoto bersama, kamipun lanjut untuk pergi jalan-jalan, seperti ke bioskop, outbond, karokean, kulineran, dan segala yang dilihat kita masukin tokonya.

Malam ini malam terahir bagi kitaa 🎵🎵🎵🎵
"Asiiik..asiiik...jooss.."
(Sambil berjoget bersama ditempat karaoke)

Gak nyangka banget waktu begitu sangat cepat, ternyata dah malam aja nih.

Kemudian setelah itu, kita pergi ke tempat makan untuk dinner bersama. Sampailah kita di cafe halloween. Semua tema ditempat itu tentang hantu-hantuan. Dari mulai design tempat sampai ke menu makanannya.

Tak disangka, hari itu ada program TV lagi ngeliput. Alhasil, kamipun mulai so cool, jaim gimana gitu.
Lalu datanglah tim kreatif buat ngajakin kita challenge.

"Malam kak, apa diantara kalian, ada yang berani ikut tantangan kami?" Katanya.

"Oh ya boleh boleh, saya mau!!" Jawab koyo dengan cepatnya.

Berhubung Dale sama Emen lagi ke toilet, ahirnya Koyo lah yang ikutan challenge itu.

Saking laparnya kita ga liatin si Koyo. Kita makan aja dengan lahapnya. mestipun makanannya asa aneh, kalo laper mah pasti tetep di embat juga. Dan canda tawa keketawaan lah yang kita lakukan sambil makan.

Kemudiaaaaan........
Tibaa...tibaaa.....

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.........

Suara jeritan ngebass terdengar jelas banget.

Pada saat itu pengunjung tinggal hanya kami saja, karna kebetulan cafe akan segera close.

Kamipun rewas sekali. Liat sekeliling banyak sekali patung dan gambar hantu-hantu. Udah mah lampunya sangat remang-remang tersamarkan.

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa................

Terdengar sekali lagi jeritan berat itu.

Oh mungkin itu suara TV di cafe yang sedang nyetel film horor.

Lalu...........

Tak sengaja, kami melihat kedepan ujung kanan, ada sesosok kepala cenghar berderang menyilaukan kami.

Astaaagaaaa.......
Sejak kapan ada patung itu. Patung hantu ini sebelumnya tak ada. Tapi mengapaa sekarang ada.

Apaaa.. aapaaa.. ituu???

Lambat laun sosok kepala itu mulai mendekat. Ketakutan kita mulai terasa. Suara TV dan suara musik disana mulai terdengar seram sekali.

Aah tidak, lagi-lagi kami ditinggal sendiri oleh pegawai disana. Para pegawai sedang bersiap-siap untuk pulang.

Aaaaaaaaaaaaaa............

Dia menjerit lagi. Ternyata suara jeritan itu adalah sosok kepala yang akan menghampiri kami.

Namuun.... Kemudiaan.....

Suasana tegangpun, kini menjadi seseurian.

"Wakakakakakkaakakk..!!!" Kami tertawa dengan kencangnya.

Koyo si gondrong, sekarang menjadi botak polontos bagai cilok bulat tanpa sausnya. Pantas saja dia teriak, karena selain dia jadi poltak, kumis diapun ikut menghilang, yang tak disangka lagi alisnya dia juga kini gak ada.

Ternyata challenge nya itu adalah dibotakin abis-abisan. Si Koyo gak tau bakalan di gundulin gini kaya si gundul. koyo kaget dengan hebatnya setelah ngeliat cermin. Dia kaget melihat kepalanya botak yg membuat muka dia menjadi sangat seram.

Dengan kejadian ini, Koyo menjadi pemurung banget. Dia sangat sedih sekali kehilangan rambutnya.

Setelah itu, kami pun langsung pulang. Namun tidak dengan Rodiah. Dia lanjut berjalan dengan pergi ke tukang salon bi Minah.

Tangisan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang