"Git, udahan aja deh kayaknya" kata Iqbal sambil menegakkan posisi dari rebahan ke duduk. Gita menengok sekilas sebelum kembali ke kegiatan yang kata Gita belajar dan cari bahan.
"Kenapa? Katanya mau nanya banyak-banyak" tanya Gita, tapi matanya melihat ke notebook yang kayaknya lebih ganteng dari Iqbal.
Ya maunya gitu Git
"Nggak deh, besok lagi aja. Kamu lagi belajar"
"Nggak kok, kamu ngomong aja aku dengerin. Sinyal wifinya bagus sih Bal"
"Udah kamu belajar aja. Katanya besok topiknya seru"
"Eh iya tau. Besok tuh ngelanjutin yang hari ini, black-"
"Iya Gita, tadi udah diomongin dua kali" potong Iqbal yang langsung membuat Gita nyengir.
"Ya udah, aku tutup ya?" tanya Iqbal kemudian. Gita menghentikan kegiatan mencatatnya dan melihat ke Iqbal.
"Beneran?" tanyanya memastikan.
Nggaaak
"Iya, disana juga udah jam sepuluh kan? Jangan begadang Git"
"Ya udah deh. Daaah Iqbal"
"Daah Gita. Sleep tight"
Dan tanpa drama atau adegan picisan lainnya, Gita langsung mengakhiri sambungan video call itu. Padahal Iqbal berharapnya ada drama-drama sabun semacam 'kamu dulu yang tutup' 'kamu' 'kamu' gitu. Tapi namanya juga Gita, clueless-nya setengah mati.
"Hmpphh..." setelahnya, Iqbal menghela napas panjang.
Nelpon Gita bukannya seneng tapi malah kesel. Kesel karena menginisiasi untuk memutus video call mereka tadi. Padahal yang soal Lee Minho belum ditanyain. Tapi ya gimana, Gitanya lagi repot. Bikin Iqbal jadi keki kalau mau nanya-nanya pertanyaan bodoh maha nggak penting s topik Lee Minho itu. Dia juga nggak mau kelihatan childish di depan Gita karena ngrecokin muluk hanya karena suatu alasan picisan yang bisa menurunkan harga dirinya, kangen.
Karma nih batin Iqbal teringat kakak sulungnya, Mas Atar.
Mas Atar tuh pernah LDR sama mantan pacarnya. Batin Iqbal waktu itu, Mas Atar tuh ribet banget cuma karena LDR. Jadi uringan-uringan nggak jelas dan mukanya Mas Atar yang dari lahir udah serius, jadi makin kaku waktu masa-masa LDR itu. Tapi sekarang Iqbal bisa relate dengan semua itu. LDR emang bikin senewen. Kangen, cuma nggak bisa agresif, nanti dikira posesif. Ujung-ujungnya ribut dan main egois-egoisan. Drama abis.
Sementara Iqbal jumpalitan galau di kasur, tiba-tiba hand phone nya bergetar dari samping bantal. Dengan malas, dia membuka notifikasi itu. Kali aja chat dari Gita kan.
Mbak Tasya
|Bal, gue udah di bioskop loh
|Lo dimana?
Lah anjir! Ngapain Mbak Tasya di bioskop? Emang kemaren gue bilang iya? rutuk Iqbal sambil gemrudukan nyari kunci motor padahal sendirinya masih koloran.
Have a naiseu malam minggu fellas!
KAMU SEDANG MEMBACA
Iqbal, 10 Hari Tanpa Gita ✓
Ficção Adolescentekamu ke korea berapa hari? - jinverse au