Tujuh Hari Tanpa Gita.

306 78 26
                                    


"Bal, kenapa sih?" tanya Gita di seberang sana. Dari sebuah convenience store dengan mas-mas Korea yang sedang asyik manggut-manggut pake head phone sebagai background-nya. Sementara Iqbal yang sedang tengkurap di kasur, mengernyit mendengar pertanyaan Gita.

"Apanya?" tanyanya kemudian.

"Kamu nggak dengerin ya dari tadi?" tanya Gita lagi yang sukses membuat Iqbal semakin mengernyit. Dia buru-buru bangun sambil menyibakkan poni. Uwu ganteng ini mah.

"Dengerin kok. Soal KBS sama noryangjin kan? Dengerin Gita," bela Iqbal.

"Kalo dengerin kenapa mukanya gitu-gitu aja, kamu nggak penasaran gitu sama cerita aku?"

"Lah nggak, bukan gitu Git" jawab Iqbal. Singkat dan terasa menggantung. Tidak seperti Iqbal yang biasanya, yang kalau dipepet pasti langsung ofensif.

"Ada apa sih Bal? Kamu kenapa?" tanya Gita setelah tiga detik jeda diantara mereka. Sementara Gita menunggu jawaban Iqbal, yang ditungguin hanya jelalatan menghindari kontak mata dengan Gita.

"Ada apa gimana? Nggak ada apa-apa" jawab Iqbal terasa gamang. Mendengarnya, Gita hanya menghembuskan napas panjang.

"Ya udah deh kalo nggak mau bilang," jawab Gita sembari melunakkan wajahnya. Setelahnya dia mengulas senyum kepada Iqbal sebelum akhirnya mereka berdua saling diam.

"Jangan lama-lama ya Bal" kata Gita tiba-tiba. Membuat Iqbal yang sedang mengawang jadi gelagepan.

"Ha?" respon Iqbal cengo.

"Kamu, jangan lama-lama"

"Apanya yang jangan lama-lama?"

Menanggapi pertanyaan Iqbal itu, Gita menghela napas panjang sebelum akhirnya bilang,
"Aku tau kamu lagi ada sesuatu. Dan nggak apa-apa sih kalo kamu nggak mau bilang. Kamu kan juga punya privasi yang aku nggak boleh nyinyirin,"

"Aku nggak tau ini relate apa nggak tapi aku mau bilang, jangan lama-lama Bal. Apapun fase yang kamu alami sekarang, jangan lama-lama bapernya, mikirnya"

"Nggak semua hal itu perlu kamu pikirin. Ada hal lebih penting yang harus kamu jalani kan? Hidup kamu, realita yang bisa kamu ubah atau perbaiki ketimbang over thinking yang nggak perlu. Just don't take it too long, let it out Bal" pungkas Gita. Dia mengatakannya dengan sangat baik. Tidak marah pun tidak sok tua. Gita bilangnya dengan tenang, pelan-pelan sampai rasanya resep di benak Iqbal. Belum lagi senyum yang ia sunggingkan di akhir kalimat, rasanya terlalu nyaman seperti diselimutin pas hujan deras.

"Gitu ya Git?" respon Iqbal, tanpa sadar telah menyunggingkan senyumnya juga.

"Iyalah, kamu mah alay. Biasanya juga nggak gitu kan"

"Abis nggak ada kamu, gimana. Kan Imma mess without you Git"

"Halah"

Lalu Iqbal terkekeh melihat Gita yang seperti biasa, terlalu tangguh buat gombalan keju macam itu.

20 menit kemudian, Iqbal memandangi layar hapenya yang lima detik lalu menampakkan wajah Gita. Dia mengusap layar itu sekali dengan wajah menerawang.

Just don't take it too long, let it out Ba

Ucapan Gita yang itu terngiang jelas di benak Iqbal. Benar kata Gita, don't take it too long, apapun itu. Apalagi yang sifatnya abu-abu seperti ucapan Mbak Tasya dua hari lalu. Kenapa juga Iqbal harus insecure dan overthinking bahkan sempat meragukan ke-mutual-an perasaannya ke Gita? Like, why kalau Gita aja se-percaya itu dengan Iqbal.

Dan benar kata Mas Atar,

"El-de-er itu cuma buat orang yang percaya diri. Percaya kalo lo cukup setia dan worth untuk nunggu dan ditunggu. Gue rasa Dilan aja noh, nggak akan kuat"

Take too long to update ya yeorobun, mianhae wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Take too long to update ya yeorobun, mianhae wkwk

Anyway, terima kasih yang sebesar-besarnya untuk yang udah baca cerita ini. Saya tu terharu :"

Have a naiseu Sunday ya ^^

Iqbal, 10 Hari Tanpa Gita ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang