PROLOG

206 19 3
                                    

*Sudah di revisi
Maafkan jika masih ada typo atau alur gak jelas :v

╔═════ೋೋ═════╗
Magical Academy
╚═════☆◇◇☆═════╝

By: Yuli_Kimi
══════════════

Seorang gadis terdiam melihat keluar jendela dari dalam kamarnya. Raut wajahnya terlihat sedih, saat melihat anak-anak seusianya bermain kesana kemari sambil menunjukan kekuatan yang mereka miliki. Sedangkan gadis itu hanya bisa meratapi nasibnya, yang sampai saat ini belum juga memiliki kekuatan. Entah kenapa dirinya belum juga memiliki kekuatan, padahal umurnya sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan kekuatan. Biasanya mereka yang keturunan para pemegang kekuatan, akan mendapatkannya saat umur mereka 5 tahun, dan pada saatnya mereka harus melatihnya.

Gadis itu bernama Alexa Herwitlon, ia sudah berumur 10 tahun. Seharusnya ia sudah memiliki kekuatannya sejak dulu, namun tak sedikitpun kekuatan yang keluar. Bahkan teman-temannya merasakan auranya seperti manusia biasa, bukan pemegang kekuatan. Padahal kedua orang tuanya memiliki kekuatan yang hebat menurutnya. Ayahnya, Roy Herwitlon memiliki Elemen Angin dan kekuatannya Membaca pikiran. Sedangkan Ibunya, Jane Lucya memiliki Elemen tumbuhan dan kekuatannya Penyembuh. Ia selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri, kenapa dia tak mendapatkan kekuatannya saat umur 5 tahun? Apa lagi dia tak ingat tentang masa lalunya di usia itu. Yang ia ingat adalah ia tak memiliki kekuatan apapun.

Ia pernah berpikir, apa mungkin dia bukan anak Ayah dan Ibunya? Tapi itu tidak mungkin. Karena rambut keemasan mirip dengan Ayahnya. Hanya matanya saja yang berbeda dari ayahnya maupun Ibunya, matanya berwarna ungu seperti crystal sangat jernih. Teriakan Ibunya membuyarkan lamunan Alexa, "Alexa... Teman-temanmu memanggilmu! Mereka mengajakmu bermain." Tubuh Alexa seketika menegang mendengar kata 'mengajak bermain'. Ia tak yakin teman-temannya mengajaknya bermain, tapi yang ia yakinkan adalah mereka akan membully-nya habis-habisan sama seperti waktu itu.

Ia berlari keluar kamarnya, melangkahkan kaki kecilnya dengan cepat ke pintu rumahnya. Ibunya tersenyum ke arahnya yang mulai berjalan pelan ke arah pintu. Alexa melihat tiga orang gadis yang sangat ia kenal. Mereka Jessy, Dessy dan Liana. Mereka bertigalah yang pernah membully-nya dulu. Ia sangat enggan bermain dengan mereka, ia takut.

Alexa bersembunyi di belakang tubuh Jane, enggan melihat ketiga gadis di depan pintu rumahnya. "Lexa? Ayo bermain! Kita akan bermain lempar salju... Liana sudah ahli dalam membuat salju!" Seru Dessy dengan senyum manisnya, namun menurut Alexa itu senyuman tanda bahaya. Ia yakin maksud dari kata 'lempar' itu, artinya ia yang akan jadi sasaran empuk lemparan salju itu. Ia tak mau itu terjadi.

"Alexa? Kenapa nak? Lihat... teman-temanmu mengajak mu bermain. Apa kau tak mau bergabung dengan mereka?" Alexa menggeleng kuat, sebagai jawaban dari pertanyaan ibunya.

"Alexa ayolah bermain dengan kami! Dessy bahkan sudah bisa membakar barang yang besar loh!!" Heboh Jessy kembarannya Dessy. Ucapan Jessy membuat Alexa mengidik ngeri, ia bahkan mengerti dengan ucapan Jessy. Yang artinya dia akan di bakar olehnya, jika dia ikut dengan mereka. Ia bukan Alexa dulu lagi yang bodoh, dapat di rayu dengan mudah.

"Nah lihat? Alexa... teman-temanmu bersemangat ingin bermain dan berlajar kekuatan denganmu," ujar Jane dengan lembut, ia tak tau jika anaknya sedang ketakutan dengan seringai kejam dari ketiga gadis kecil di depan pintu. Ia tak melihatnya itu, andai ia melihatnya, mungkin ia tak akan merayu anaknya seperti ini.

Magical AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang