"Kenapa Yogi ga diajakin makan disini aja sih De?" Tanya Nina.
"Katanya mau ketemu temennya di Depok sore ini, takut macet." Jawab Juwita.
Mendengar jawaban sang adik, jiwa kepo Nina bergejolak. "Kamu ga lagi ada masalah kan sama Yogi?" Tanya Nina.
"Masalah gimana Kak, berantem aja kita ga pernah. Kak Yogi baik banget sama aku." Jawab Juwita.
Jawaban yang tidak meyakinkan Nina, mana ada hubungan tanpa pertengkaran. "De, kamu bahagia kan pacaran sama dia?" Tanya Nina lagi.
Juwita tersentak dengan pertanyaan kakaknya. "Aku bingung kenapa kakak nanya gitu. Selama ini kita baik - baik aja." Jawabnya.
Semakin Juwita menjawab semakin Nina yakin ada yang tidak beres dengan hubungan adiknya. Nina yakin Yogi tidak akan mengecewakan Juwi. Pria itu sudah berberjanji pada Nina tepat dihadapan pusara kembarannya. Nina tahu Yogi pria bertanggung jawab. Selama ini Nina tidak melihat ikatan antara adiknya dan Yogi. Ia paham betul karena pernah mengalami ikatan tanpa cinta yang ujungnya jadi cinta. Bedanya Nina dulu merasakan kenyamanan saat bersama Dani sehingga ia bisa jatuh cinta. Juwita dan Yogi terlihat seperti tidak nyaman satu sama lain.
"De, kamu jangan sungkan cerita ya. Kakak ga akan langsung suntik mati Yogi kok, tenang aja." Ujar Nina.
"Iya Kak, aku ke kamar dulu ya Kak." Kata Juwita.
**
Hubungan Juwita dan Yogi itu memang aneh. Walau Yogi frustasi, komunikasinya dengan Juwita tetap terjaga. Mereka masih intens bertukar kabar via whatsup. Hanya kabar biasa tidak ada embel - embel panggilan sayang. Jangan berpikir ada emoji - emoji menghiasi chatroom mereka. Semua hanya teks, bahkan tidak bisa dibedakan dengan chatroom dengan atasan di kantor.
"El." Kata Juwita.
Eliza Pertiwi Poetri, satu - satunya sahabat Juwita. Ia memahami sisi dingin dan tidak responsifnya Juwita.
"Kenapa?" Tanya Eliza yang sedang menikmati jus mangganya.
"Kalau pacaran emang harus panggil sayang gitu ya?" Tanya Juwita.
"Ga ada keharusan sih, lazimnya ada. Terpenting tuh rasanya sampai." Jawab Eliza. Agak heran juga Eliza dengan pertanyaan Juwita . Apalagi sahabatnya itu tampak berpikir. "Tumbenan nanya hal gini?" Tanya Eliza.
"Kalau jatuh cinta rasanya gimana?" Tanya Juwita lagi.
"Aku nanya loh Wi, malahan balik nanya random lagi pertanyaannya." Jawab Eliza.
"Kan pengen tahu aja pandangan kamu." Kata Juwita membela diri bahwa dirinya tidak serandom itu.
"Kalau jatuh cinta ya, menurut aku sih pas kita bisa tersenyum tanpa alasan, terus degdegan setiap kali kepikiran dia, nyaman kalau lagi sama dia seolah waktu cepet berlalu dan ingin lagi dan lagi ketemu." Kata Eliza.
Penjelasan Eliza membuat Juwita melamun. Ia mencerna setiap ucapan Eliza. Terlihat beberapa kali Juwita menggelengkan kepalanya dan membuang nafas berat. Eliza yang ada dihadapannya mulai paham arah pembicaraan sahabatnya tadi. Juwita memang perlu paham, bagi Eliza yang mengamati hubungan Juwita dan Yogi berpendapat mereka tidak ditakdirkan bersama. Tidak ada chemistry diantara keduanya, jika jalan berdua hanya terkesan teman sedang hangout berdua.
"El, kok aku ga ngerasain yang kamu bilang ya." Kata Juwita.
Eliza terdiam sejenak. "Ini pernyataan yang aku tunggu dari lama Wi. Sampai kapan kamu sama Kak Yogi barengan jalan tapi keliatan sama - sama ga nyaman." Timpal Eliza.
"Habis selama ini Kak Yogi itu baik banget, dia selalu nolongin aku sama Kak Nina." Kata Juwita.
"Baik belum tentu ada rasa cinta kali Wi. Buktinya kamu ga pernah kaya cacing kepanasan nerima chat dari dia kaya biasa aja, datar. Jalan tol aja ga sedatar itu kali WI." Kata Eliza.
"Aku ga enak El, awalnya sih seneng aja ada yang nemenin. Lama - lama kok kayaknya ada yang mengganjal. Mau cerita ke Kak Nina ga enak, yang bikin aku kenal Kak Yogi juga Kak Nina." Ujar Juwita.
"Kakak kamu pasti ngerti kok Wi. Jangan buru - buru ambil keputusan aja. Pertimbangkan semua baik -baik." Nasihat Eliza.
**
Saat Juwita menyadari ada yang tidak tepat dalam hubunggannya dan berpikir langkah apa yang diambil selanjutnya. Yogi justru masih dengan pemikirannya untuk memperbaiki semuanya. Janji dia dihadapan pusara kemabarannya membuat semua menjadi beban. Ia juga tidak ingin persahabatannya dengan Nina jadi rusak. Itulah hal yang memperkuat tekad Yogi Anggara mempertahankan hubungannya dengan Juwita. Namun, tetap saja hatinya gelisah karenanya.
Jika Yogi gelisah sudah pasti ia akan berlari ke Jodi. Dulu Jodi akan jadi pendengar setia keluhan Yogi. Namun semenjak Jodi pergi, bergantilah Arbam menjadi tempat curahan hati Yogi. Kini, Arbam sudah berumah tangga, tak mungkin Yogi datang ke rumahnya hanya untuk sekedar curhat. Jadilah ia mengunjungi pusara kembarannya. Walau kali ini tidak akan ada respon apapun, hanya untuk mengeluarkan beban yang ia rasakan.
"Pagi kembaran, maaf gua jarang kesini. Doa gua selalu kok buat lo." Ujar Yogi.
"Jod enak ga disana? Ternyata jagain Nina dengan gua jadian Juwita ga semudah bayangan gua Jod. Nina sekarang udah ada yang jagain Abang - abang tower, udah hamil loh mantan lo itu. Jangan cemburu lo sama dia udah beda."
"Kalau gua udahan sama Juwita lo marah ga Jod? Nina musuhin gua ga ya? Jujur Jod gua capek, berasa berjuang sendiri. Awalnya gua kira ada harapan gitu jadi sama - sama bucin kaya Nina. Sampai sekarang masih ga ada hilalnya. Masa gua chat sama dia kaya operator balas. Paling ada emoji cuma emot senyum yang titik dua kurung tutup. Gua kan sesekali mau emoji titik dua bintang Jod." Kata Yogi sambil membersihkan pusara Jodi.
"Terus Jod selama pacaran hampir dua tahun gua sama Juwita pegangan tangan jarang. Ngomongin selain makanan atau review musik dan semacam gitu langka. Kita malahan ga pernah ngomongin soal hubungan kita. Ajaibnya ga pernah berantem, lo sama Nina aja dulu cekcok mulu kerjaan. Gua sampai heran ini kita terlalu baik -baik saja atau sebaliknya?"
"Gua juga bingung Jod cara bikin dia bahagia, senyum aja pelit. Kalau lo bisa nyaut pasti bilang si juwita itu kalem, kok kembaran gua bego. Tapi Jod, Mita aja yang kalem masih suka ketawa sama senyum lebar kalau sama Arbam. Kemarin gua ngasih dia bunga karena SKL dia keluar, eh datar Jod responnya. Hancur hati kembaranmu ini."
"Jod, dah siang panas, bacot ya gua. Ga apa lo udah biasa adu bacot sama gua. Jod jangan marah ya kalau gua ga bisa jadi menantu Bunda. Salah satu impian lo yang ga bisa gua wujudin itu. Gua udah berusaha buat sama Juwita. Gua sayang Juwi tapi bukan sebagai pacar Jod. Ga ada getaran diantara kita. Semoga lo mengerti ya. Gua yakin lo udah di surga mana bisa marah - marah sama mengumpat. Besok -besok gua kesini ajak mama sama papa." Kata Yogi sebelum mencium pusara kembarannya dan pergi dari kompleks pemakanan.
jadi ya emang gitu. ini seri singkat jadi mau aku kebut hehehe.