lima

1K 143 22
                                    

Dua Tahun Kemudian

"Assalamualaikum Bunda." Kata Yohan.

"Eh udah datang, bentar Juwita masih dandan." Ujar Bunda.

"Bunda sini Darren biar aku yang gendong. Bunda belum siap - siap kan?" Tanya Yohan.

"Iya, ini Nina pake acara dandan di salon karena dia bridesmaids. Dani juga ga mau istrinya pergi sendiri. Mana Darren tuh nempel sama Bunda." Jawab Bunda.

"Darren sini sama Om biar ketularan gantengnya." Kata Yohan saat mengambil Darren dari gendongan Bunda.

"Darren nanti ada Dede Tayo kalau Om sama Tante kamu udah nikah." Ujar Yohan.

"Tayo?" Tanya Darren.

"Iya Bus kecil ramah." Jawab Yohan.

"Bum bum?" Tanya Darren.

"Iya sayang pinter banget nih kaya Om nya." Jawab Yohan.

"Yeaaay." Kata Darren gembira mendengar kata pintar.

"Udah cocok nih kapan lamar ade gua." Kata Dani dari ambang pintu ruang tamu.

"Eh Kak Dani." Ujar Yohan salting.

"Darren tuh pintar karena Papinya pintar." Kata Dani tak terima Darren disebut mirip Yohan.

"Sensi banget tuh Papi kamu." Kata Yohan mengadu pada Darren.

"Bunda menantu Bunda berantem sama calon mantu." Kali ini Nina yang bersuara.

"Biarin udah biasa debat mereka. Kaya mata najwa ini rumah lama - lama." Komentar Bunda dari kamarnya.

Semenjak Yohan dan Dani saling kenal. Rumah Bunda selalu ramai. Mereka berdua selalu memperdebatkan hal sepele. Juwita dan Nina heran dibuatnya.  

"Ayo berangkat. Bunda mau sama Kakak soalnya." Kata Juwita.

"Cantik banget bidadarinya aa." Ujar Yohan.

Dani langsung menutup telinga Darren. "Woy jangan gombal depan anak gua." Protes Dani.

"Kakak juga sama aja jangan sok gitu ke Yoyo." Timpal Juwita.

Nina sukses tertawa. "Sukurin kamu Mas di gas Juwita."

Hari ini hari pernikahan Yogi dan Nala. Setelah dua tahun penjajakan mereka mantap menikah. Juwita menyambut bahagia langkah Yogi. Ia merasa apa yang terjadi di masa lalu itu membuat mereka belajar banyak.

"Gimana rasanya mantan nikah duluan?" Tanya Yohan.

"Biasa aja sih. Malah ikut seneng akhirnya mereka jodoh. Aku udah prediksi mereka cocok dari dulu." Jawab Juwita.

"Kaya kita ya cocok." Ujar Yohan.

"Awas aja nih bilang Tayo abis ini." Ancam Juwita.

"Iya kapan Tayo Project rilis tanggal?" Tanya Yohan.

"Kamu aja ngelamarnya belum." Jawab Juwita.

"Aaaaah minta dilamar nih." Kata Yohan.

Juwira tak menjawab dia bernyanyi mengikuti alunan lagu dari tape mobil.

**

Yogi kini sudah resmi menjadi suami Nala. Awal hubungan mereka bagai kontroversi di angkatan sekolahnya. Bagaimana pun omongan Nala piala bergilir tetap terdengar karena memacari sahabat sehidup semati Arbam dan Yogi. Namun, sosok Yogi yang selalu meyakinkan Nala untuk tidak menghiraukannya. Sampai pada titik Nala yakin untuk hidup bersama dengan Yogi.

"Juwitaaaaa. Makin cantik aja." Sambut Nala saat Juwita hendak mengucapkan selamat.

"Kak Nala cantik banget aura pengantin beda ya." Kata Juwita.

"Kapan nyusul aku?" Bisik Nala.

"Tanya Yohan aja." Jawab Juwita.

Beberapa kali memang Juwita dan Nala pergi bersama. Bahkan beberapa kali nuga double date.

"Woy Bang mantap jiwa udah resmi." Kata Yohan.

"Iyadong. Susul gua lah. Biar anak kita bareng sekolahnya." Ujar Yogi.

"Jauh amat omongan. Doain aja ya Bang." Kata Yohan.

"Wi, kalau dia ajakin nikah mau ya." Kata Yogi.

"Gausah disuruh udah mau dia mah." Timpal Nala.

"Kok jadi aku yang digodian." Protes Juwita.

"Emang ya Juwita tuh selalu jadi adik untuk semua." Kata Yogi.

"Dirika stasiun tv satu untuk semua." Protes Yohan.

"Tapi paling muda itu Yohan." Protes Juwita.

"Eh sama dong aku sama Yogi aja lebih muda dia." Kata Nala.

"Aku juga sama Arbam tuaan aku." Kata Mita yang ikut bergabung.

"Mana Sera?" Tanya Nala saat menyadari kehadiran Mita.

"Ga mau turun dari gendongan Daddy. Nih ya Nala sama Juwita jangan sampai kalau punya anak nempel ke bapaknya aja, berasa jadi orang ketiga di rumah." Jawab Mita.

"Ya gimana bapaknya berkarisma." Kata Arbam yang ikut bergabung bersama Sera, putrinya.

"Foto dululah kita." Ajak Yogi.

Pemandangan yang langka bukan. Mantan jadi sahabat.

**

Juwita sedang resah di kamarnya. Rumahnya sudah ramai dengan tamu. Suara Yohan pun sudah terdengar.

"Bunda, Ayah, aku mau menjadi imam buat Tata. Aku mau jadi  Ayah dari anak - anak Tata. Aku sayang Tata dari kita SD. Aku ga mau Tata sedih lagi. Dulu aku sering bawain dia aromanis. Maaf ya Tata pernah sakit gigi. Habis Tata sering nangis di kelas aku mau bikin dia senang jadi aku kasih aromanis. Aku sedih pas kuliah jauh di Malang. Ga bisa jagain Tata." Kata Yohan.

Mendengar ucapan Yohan, Juwita malah menangis. Dia masih ingat saat orang tuanya memutuskan bercerai, ia menangis di sekolah. Yohanlah orang yang menghiburnya, memberi banyak permen.

"Sekarang aku udah disini lagi. Aku akan bawa Tata kemana pun aku pergi. Dia akan selalu ada dilangkah aku." Ujar Yohan.

Acara pertunangan Juwita dan Yohan diadakan hari ini. Tentunya keluarga dan sahabat mereka hadir. Nala yang tengah hamil delapan bulan pun memaksa ingin hadir. Katanya ini acara spesial adik  kesayangannya. Yogi sih nurut saja daripada bayinya ngeces karena keinginan Ibu nya tidak dipenuhi.

"Tata gimana mau ga jadi istri aku?" Tanya Yohan saat diminta mengatakan langsung pada Juwita.

"Aku mau." Jawab Juwita sambil tersenyum.

"Huhuhu aku terharu akhirnya Juwita mau nikah." Kata Nala.

"Kamu ngomong kaya Nina loh." Kata Yogi yang mendengar ucapan yang sama dari Nina.

"Kan Juwita juga udah jadi adik aku." Timpal Nala.

Pada saatnya semua akan bahagia. Pada saatnya semua kesedihan akan berganti menjadi suka cita. Ada yang cepat ada yang lambat, semua kembali kepada takdir Tuhan.

The End

Ya bahagia tapi ga sama satu sama lain. Terima kasih sudah mampir kesini.
💚

 Your Happiness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang