tiga

672 147 9
                                        

Juwita sadar Yogi semakin jarang menghubunginya. Jarak diantara mereka bukan lagi hal semu, semua semakin nyata. Sudah dua minggu Yogi tidak datang ke rumah. Malah berganti Yohan yang rajin datang ke rumahnya. Membuat Bunda jadi bingung. 

"Kok yang datang Yoyo terus de. Kamu udahan sama Yogi?" Tanya Bunda.

"Masih kok, cuma Kak Yogi lagi sibuk." Jawab Juwita.

"De, kalau emang kamu nyaman sama Yohan, akhirin dulu komitmen kamu sama Yogi. Jangan begini kamu bisa nyakitin dua - duanya." Kata Bunda.

"Bun, aku sama Yoyo tuh temen aja." Timpal Juwita.

"Tapi Bunda lihatnya beda De, kamu kalau sama Yogi kalem banget sama Yohan kamu ceria. Keliahatan kamu nyaman sama Yohan." Ujar Bunda.

"Ade ga tau Bun. Ade bingung. Ade ga ngerasain degdegan kalau sama Kak Yogi. Ade malah ngerasain kangen kalau ga ketemu itu sama Yohan, penasaran dia ngapain, pokoknya Ade nyaman buat jadi diri sendiri kalau sama Yohan. Cuma Ade ga mau bikin persahabatan Kak Nina sama Kak Yogi jadi renggang." Cerita Juwita.

"Omongin baik - baik sama Yogi. Selesaikan. Soal kakak kamu, dia pasti ngerti De." Kata Bunda.

"Itu juga kata Eliza ke aku. Udah lama Bun aku ngerasain ada yang ganjel di hubungan aku sama Kak Yogi. Rasanya tuh hambar gitu. Apa kita sama - sama bertahan karena ga enak?" Tanya Juwita.

"Bunda bukan Yogi, pesan Bunda apapun itu soal komitmen bicarakan baik - baik. Cukuplah kita belajar dari kakak kamu sama Dani." Jawab Bunda.

"Bun, aku jahat ga sih?" Tanya Juwita.

Bunda memeluk putri bungsunya. Sesuatu yang Bunda nantikan Juwita bercerita seperti ini. Anak gadisnya sudah beranjak dewasa.

"Tergantung De, ketika kamu sama Yogi saling jujur dan merasakan hal yang sama berarti ga jahat karena sama - sama merasakan tapi takut melukai jadinya bertahan. Kalau Yogi nya masih ngebet baru agak jahat." Kata Bunda.

"Gimana Bun kalau Kak Yogi marah?" Tanya Juwita.

"Yogi bukan tipe pemarah. Dia kayaknya sama kaya kamu ga enakan. Mikirin perasaan orang lain duluan daripada dirinya sendiri." Jawab Bunda.

"Bun, makasih ya bikin aku jadi yakin sama keputusan aku. Tiga bulan ini aku bingung, cerita ke Eliza dia ga kasih pencerahan. Kalau sama Kak Nina aku ga berani cerita. Takut dia marahin Kak Yogi." Ujar Juwita.

"Kalau ada apapun cerita ke Bunda ya De. Bunda udah lebih banyak melewati asam garam pahit manis hidup. Bunda pasti ngasih saran terbaik buat anak - anak Bunda." Kata Bunda.

Bunda memang segalanya buat Juwita.

**

"Masih galau lo sampai ajak gua jalan mulu?" Tanya Nala.

"Gua udah ga galau La. Justru gua udah membulatkan keputusan." Jawab Yogi.

"Jadi mau gimana?" Tanya Nala.

"Gua mau udahan sama Juwita, gua pengen dia bahagia dan gua mau ngejar kebahagiaan gua." Jawab Yogi.

"Maksudnya? Kok gua ga paham." Tanya Nala lagi.

"Gua mau putus aja, jarak dua minggu ini udah menjelaskan semuanya. Abis itu gua akan berusaha ngejar cewek yang gua suka sejak lama." Jawab Yogi.

"Lo suka cewek? Siapa? Gua kira lo suka Arbam loh pas cerita soal perasaan lo ke Juwita." Kata Nala.

"Ada seseorang, sayangnya dia memilih orang lain daripada gua. Padahal gua sayang dia. Doain ya setelah hubungan gua dan Juwita jelas, gua bisa kejar tujuan awal gua." Kata Yogi.

 Your Happiness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang