(not) Fall Apart

350 52 9
                                    

Daniel membuka matanya, sinar matahari menyeruak membuatnya menutup mata kembali.

'Pasti Alvian sudah membuka gordenku lagi.' Daniel langsung terpikir Minhyun.

Tiba-tiba Daniel merasakan sesuatu bergejolak di perutnya, membuatnya cepat menyibak selimut, bangkit berlari menuju wastafel.

"HOOEEEKK!!!"

Daniel memuntahkan isi perutnya. Ia segera membasuh mulut dan wajahnya. Ia menengadahkan kepala, menatap pantulan dirinya di cermin.

Semua ingatan tentang kejadian semalam menyerbu kepalanya.

Daniel menutup matanya. Helaan nafas pelan keluar dari hidungnya.

Tak terasa air matanya jatuh membasahi pipi.

'Aku dan Alvian... sekarang, bagaimana?'

"Daniel."

Daniel menoleh ke arah pintu kemar mandi. Disana berdiri Minhyun dengan segala kesempurnaannya di pagi hari menatapnya khawatir.

Sial, Daniel sangat ingin memeluknya sekarang. Tapi, tak bisa.

"Hyung..."

Daniel tak susah-susah menyembunyikan air matanya. Toh, Minhyun sering melihat. Ia ingin Minhyun yang menenangkannya seperti biasa. Ia ingin Minhyun melakukannya, agar Daniel merasa tidak ada apa-apa semalam. Tidak ada yang berubah, kan?

"Tuan Muda, saya sudah menyiapkan sup rumput laut."

Daniel rasanya ingin tertawa, ternyata memang inilah yang dipilih Minhyun. Dia ingin menjauhkan dirinya, memperjelas hubungan di antara mereka.

Butler dan Tuan Mudanya.



"Tunggu aku di kamar, aku tidak akan lama." Daniel bersuara, membuat Minhyun memundurkan tubuhnya ragu.

Daniel menatap mata Minhyun, sebelum ia menutup pintu kamar mandinya.

Setelah itu ia jatuh terduduk, menutup mulutnya, mencoba menangis tanpa suara.

"Alvian..."

.

.

.

.

.

Daniel menatap Minhyun di depannya yang menyiapkan sarapan paginya, sup rumput laut.

Daniel merasa asing dengannya, seperti bukan Minhyun.

Ketika Minhyun akan beranjak, Daniel menggenggam lengan bajunya.

Minhyun menatap Daniel, membuatnya mengedipkan mata cepat. 'Akhirnya kau bereaksi juga.'

"Alvian..."

Minhyun diam, masih menatap Daniel. Menunggu kelanjutan perkataannya.

'Tolong jangan diam, lakukanlah sesuatu...'

Daniel melihat mata Minhyun membulat, ia baru menyadari pipinya terasa basah.

"Maafkan a-ku...
Alvian, i'm so sorry..."

Daniel mengeratkan pegangannya pada lengan baju Minhyun, menundukkan kepalanya. Air matanya serasa tidak ingin berhenti mengalir.

Minhyun menghela nafasnya, ia mendorong kepala Daniel ke perutnya, memeluknya.

"Jangan menangis." Minhyun mengelus kepala Daniel.

Daniel malah sesenggukan di pelukan Minhyun, meremas kemeja Minhyun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Undeniably FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang