“Yah. Jadi dua minggu lagi kita baru ketemu dong??” tanya Keke sedih.
“Sabar ya sayang. Abang harus selesaiin bab tiga sesegera mungkin.”
“ I see.” Wajah Keke cemberut manja. Ricardo mengacak-ngacak rambut Keke.
Hari itu Keke bergelayutan manja di kampus sampai malam. Karena Ricardo akan ke Jakarta untuk penelitian merampungkan bab tiganya.
“Kamu jangan jauh-jauh dari HP kamu yah. Keep contact.” Keke mengangguk.
***
“Ada yang kesepian ditinggal pacar ke Jakarta.” Imel membuyarkan lamunan Keke yang saat itu sedang melamun di gazebo kampus Fikom.
“Reseh.”
“Baru dua hari, sudah kusut gitu.”
“Yahh baru dua hari lagi. Enggak usah diingetin sih Mel. Kangen banget tau enggak.”
“Tau. Lagi mesra-mesranya ditinggal penelitian yah sama Abang?” ledek Imel.
Dua hari sudah tanpa Ricardo. Demikian hari-hari Keke tanpa Ricardo hampir sepuluh hari ini, pesan dan video call tentu belum cukup memenuhi ruang rindu di hati.
“Makin gendut aja nih ngunyah muluk.”
“Enggak tahu rasanya gw pingin makan mulu, masa hari ini gw udah makan tiga kali.”
“Stress tuh, nanti pas Ricardo balik pasti normal lagi.”
Genap dua minggu Keke tanpa Ricardo. Akhirnya hari ini Ricardo pulang.
“Dek. Abang eksten satu minggu di sini. Tapi tenang, malam ini Abang sampe ke kosan kamu, Senin pagi Abang baru berangkat lagi.”
“What? Satu minggu?”
“Iya Dek Abang masih kurang data.”
“Iya aku ngerti. Tapi kalau Abang memang harus stay gapapa juga sayang, aku ngerti.”
“Engga Dek, Abang juga rencana pulang hari ini, mau tukar baju. Disini Abang enggak sempat ke laundry jadi pakaian abang habis. Sekalian ada beberapa buku yang abang mau ambil di kos. Nanti abang mungkin terlihat lusuh Dek pas ke kosanmu, kamu siap-siap sekitar jam lima sore ini yah nanti kita langsung ke rumah Abang. Soalnya Abang naik bis yang ke arah kampus. Ada yang mau diambil.”
***
“Ricardo?”
"Tamara?”
Tanpa disangka Ricardo bertemu Tamara di kantor tempatnya penelitian. Dia kaget melihat penampilan Tamara yang fashionable dengan setelan blazer dan dress hijau toska. Ricardo tersenyum, tak disangka Tamara akhirnya bekerja sekarang, padahal dulu dia tidak pernah serius kuliah.
“Kerja?” Tanya Ricardo yang pada dasarnya meledek.
“Pasti lo kaget kan ketemu gw kerja kantoran?”
Ricardo tersenyum sambil mengangkat alis.
“Apa kabar Marco, Rio dan Denis?”
“Masih tetep hebat sekalipun belum sehebat lo sekarang.”
“Lo sendiri di sini.”
“Gw di sini reset skripsi.”
“Tuh kan lo jauh lebih hebat dari gw. Gw masih kuliah itu pun Sabtu Minggu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Anneke, Si suara serak seksi yang romantis
Non-FictionAnneke Panjaitan. Panggil saja Keke, pasti dia menoleh. Lahir dan tumbuh dikeluarga batak yang kental adat dan giat sekolah. Ia selalu mendambakan sosok pria batak dan menikah dengan adat batak. sampai akhirnya dia bertemu Ricardo, cowo batak yang p...