Demikianlah hujan datang hari-hari ini, sama seperti rasa yang datang menghujani hati Keke dan Ricardo. Rasa dihati mereka memang tidak tahu apakah tumbuh atau bersemi yang pasti mereka sedang menikmati getaran yang mengguncang hati kala mereka bertemu mata. Keke jadi merasa terawasi ketika dia harus berada di Kampus Tehnik, Ricardo pun selalu merasa dicari keberadaannya dan memastikan kalau gadis pujannya itu masih di zona tehniknya. Semua kegiatan kampus yang diikuti Keke tidak meluputkan pikirannya dari Ricardo, Keke merasa ini adalah rasa yang istimewa, rasa yang sudah tenggelam selama dua tahun ini. Apalagi sebulan memasuki ujian semester, Keke mulai disibukkan dengan belajar tetapi Ricardo justru jadi sosok yang menyemangatinya belajar sekalipun mereka belum pernah bercengkramah sekalipun.
Hari-hari pun berlalu. Keke mulai sibuk persiapan ujian semester akan tetapi kegiatannya diluar mata kuliah tidak bisa ia tinggalkan begitu saja. Tubuhnya mulai merasakan gejala-gejala sakit sampai akhirnya ia terserang flu.
“Yah Ke, elo siaran gimana kalau pucet lemes gitu?” tanya Imelda khawatir, Keke menanggapinya dengan tidak bersemangat.
“Elo mau dibantuin Imel siaran Ke?” tanya Juan ikut khawatir.
“Boleh.” Keke pun siaran dengan suara tanpa semangat dicampur bersin yang tak terelakkan ketika harus on air. Untung saja Imelda pintar mensiasati suasana sehingga siaran hari ini berjalan dengan lancar.
Tetapi di seberang sana, di luar ruangan on air, ada seseorang yang justru lebih khawatir dari Imelda dan Juan. Kekhawatirannya mengganggu makan siangnya yang hari itu kaget mendengar suara Keke yang beda dari biasanya.
Closing siaran, “Oke anak kampus, doain aja semoga Keke besok bisa sehat ya jadi besok Keke bisa ceria lagi dengan suaranya yang serak-serak sexi. Thank you buat hari ini guys. Sukses buat kamu dan see you tomorrow.” Imelda menutup siaran Rabu ini.
“Elo gw anter pulang ke kosan ya Ke.” Imelda makin prihatin ke Keke.
“Thank you Imelku sayang, gw cuma bersin koq masih bisa pulang sendiri. Lagi abis ini gw mau ke apotik depan beli obat.”
“Gw anterin.”
“Imel.. NoNo. Jangan manjain gw berlebihan, ntar kalau gw jadi bergantung sama lo, lo yang repot malahan.”
“Serius?”
“Hmm..”
“Yakin?”
“Iyaa..”
“Gw teleponin Tommy ya supaya perhatiin lo intens.”
“Jiaelah Mel,Mel. Perhatian intens juga lewat telpon doang kali bukannya tiba-tiba dateng terus nyuapin Keke kasih makan sama ninaboboin. Behh..” ledek Gilang.
“Iiii jahat banget sih Gilang. Tommy kalo bisa juga dateng kali.” Bantah Imel.
“Ohh elo uda ikut-ikutan Tommy Lover, Mel?” Gilang mengangguk sambil meledek.
“Kalo Keke mau sendiri, lo temenin gw aja Mel ajarin gw bahasa inggris.” Ajak Gilang.
Juan diam-diam menunggu jawaban Imelda, sementara Imelda menunggu Juan mengajaknya pulang bareng atau sekedar makan mie rebus di kantin.
“Tapi sorry Lang hari ini gw mau nyicil belajar ujian. Minggu aja ya.” Jawab Imel.
“Oke deh kalo Minggu.” Gilang setuju, Juan lega, Imel berharap cemas. Dan mereka pun mengunci ruang basecamp.
“Kalau gitu gw kesana ya, lebih deket.” Keke menunjukkan arah pulangnya.
“Berarti kita mencar, motor gw gw parkir di sana.” Sahut Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anneke, Si suara serak seksi yang romantis
No FicciónAnneke Panjaitan. Panggil saja Keke, pasti dia menoleh. Lahir dan tumbuh dikeluarga batak yang kental adat dan giat sekolah. Ia selalu mendambakan sosok pria batak dan menikah dengan adat batak. sampai akhirnya dia bertemu Ricardo, cowo batak yang p...