Liburan semester kali ini Keke disibukkan dengan persiapan Lomba Karya Tulis. Hampir seluruh liburannya habis di karantina. Dia ditunjuk langsung oleh Dosen untuk mengikuti lomba ini. Dan semua ini tidak lantas membunuh pikirannya tentang Ricardo. Rindunya menggebu-gebu. Sekalipun hal ini bukan jadi alasan untuk tidak menang, yah Keke dan timnya Juara untuk lomba Karya Tulis Universitas Se-Indonesia.
"One Seven Eight Point Three, Enshano Radio…”
Semester baru dimulai. Semester genap untuk akhir tahun ini. Artinya tahun terakhir Ricardo mendengar siaran kekasihnya, yang hilang meninggalkan rindu.
“Anak kampus, with all humility that I announce to you guys Keke just won a University Essay Contest - Indonesia. Therefore this day she can’t broadcast you with his sexy voice, because she is still in the race schedule. Congratulation Keke. Terima kasih sudah mengharumkan nama kampus kita. Dan ini salam Keke dari kalian.” Imel memutar lagu.
Ricardo hari itu tampak lesu. Seharusnya dia semangat karena hari ini dia sudah bertemu dengan Dosen Pembimbing. Yah, semester ini Ricardo skripsi. Artinya waktu bertemu dengan Keke tidak semudah kemarin. Lagi-lagi Ricardo harus menelan ludah mengelus dadanya.
Hari berganti dalam seminggu ini, ternyata Keke masih sibuk dengan jadwal lomba. Dia harus memberikan seminar dibeberapa kampus dan memperkenalkan diri ke instansti terkait yang bekerja sama dengan program Lomba Karya Tulis. Alhasil ketika semua jadwal selesai, Keke jatuh sakit dan harus pulang ke Jakarta untuk diopname.
Hati Ricardo kian sepi, sama seperti Keke.
Mereka saling merindu tanpa tahu harus bagaimana menemui.
Khayalan Keke adalah Ricardo menjenguknya ke Jakarta, tapi mustahil jam kuliah tengah berlangsung.
Ricardo sudah berusaha maksimal cari alamat Keke, tapi administrasi kampus tidak memberikan karena menyangkut Confidential Personal Data. Yah, sekonfidensial ini hubungan mereka sampai-sampai meminta alamat rumah Keke ke Imel saja Ricardo segan, takut salah langkah. Dia takut salah karena menurutnya Keke masih menganggap hubungan mereka biasa. Apalagi setelah tahu Keke sakit, Ricardo semakin pusing. Alhasil judul untuk skripsinya tidak rangkum-rangkum dia buat, padahal hanya satu kalimat. Sudah tiga minggu kuliah berlangsung, Keke belum juga masuk. Separah itu kah sakitnya? Pikir Ricardo, pikirannya berkecamuk hatinya berantakan.
Di Jakarta Keke terbaring lemas, tidur pun rasanya tidak enak. Sahabat-sahabatnya selalu setia menghiburnya, kecuali Audy yang saat ini tengah di Paris kuliah. Tanpa sahabatnya mungkin Keke akan terbaring lebih lama lagi.
***
“Kuliaaahhh!!!” teriak Keke di basecamp pagi-pagi. Juan langsung menoleh ketika tiba-tiba suara bantingan pintu dan suara Keke beradu nyaring.
“Udah sehat langsung teriak-teriak, bentar lagi lompat-lompat. Bahagia banget.”
“Iya Dong. Sama bahagianya sama yang baru jadian.”
Juan tersipu malu.
“Baidewai makasi buket bunganya Juan dan Imel. Itu bunga bikin fresh sangat menolong gw dari sakratul maut.”
“Serius separah itu sakitnya?”
Keke mengangguk. “Bahkan gw bergerak aja tulang gw terasa remuk kaya kapas aja gw melayang-layang lemah tak berarah. Ditambah lagi bau rumah sakit yang nusuk. Pas bunga lo dan Imel datang langsung lho gw berasa di Firdaus.”
“Ngaco. Baydewai congratz sang juara.”
“Tengkiu pacarnya sahabat gw.” Juan pun tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anneke, Si suara serak seksi yang romantis
NonfiksiAnneke Panjaitan. Panggil saja Keke, pasti dia menoleh. Lahir dan tumbuh dikeluarga batak yang kental adat dan giat sekolah. Ia selalu mendambakan sosok pria batak dan menikah dengan adat batak. sampai akhirnya dia bertemu Ricardo, cowo batak yang p...