Anneke, Si suara serak seksi yang romantis VII

787 8 1
                                    

“Tolongin gw Do.” Tamara menyentakkan Ricardo yang baru saja memarkirkan mobilnya. Ricardo kaget karena sahabatnya itu tiba-tiba masuk ke mobil.

“Astaga Tamara kelakuan lo dari dulu. Ada apa sore-sore? Gw baru selesai dari lapangan mau bikin laporan buat skripsi dulu sebelum jam lima.”

“Gw lagi ada masalah besar.”

“Terus?”

“Gw takut hamil Do.”

“Hamil?!!”

“Iya hamil.”

Ricardo mendengus kuat melepaskan semua karbondiokasida dari paru-parunya.Selama ini pergaulan lo bebas banget sampai lo hamil? Kenapa enggak lo jaga?”

Tamara hanya diam. Ia tidak bisa berkata apa-apa.

“Jadi Winner Oalkers sudah tau?”

Tamara menggeleng. “Dia lagi melebarkan sayap bisnis Bali sampai ke Ausy, dua bulan lagi baru balik. Dan gw ragu dia mau tanggung jawab karena gw udah satu bulan ini break.”

“Artinya hubungan kalian tidak ada kepercayaan. Iya kan? Tam, ini kejadian keberapa kali?”

“Gw baru kali ini merasa mual. Yang gw inget terakhir sama Winner gw enggak minum obat karena kejadiannya pas kita lagi bertengkar hebat jadi gw sama sekali tidak persiapan dan besok paginya Winner sudah terbang. Sampai hari ini kita diam.”

“Gila!”

“Do. Tolong gw.”

“Tolong?”

“Do, gw bener-bener sendirian.”

“Tamara. Jangan seret gw sama masalah lo, gw lagi skripsi, gw punya pacar dan gw sayang banget sama dia. Dan kita baru ketemu lagi. Jangan gila.” Ricardo turun dari mobil.

Tamara ikut turun dari mobil. Raut wajahnya sangat sedih.

“Maafin gw Do. Gw tidak bermaksud demikian merusak hidup lo yang lagi susah payah lo perjuangin. Gw hanya membutuhkan lo menemani gw, gw bener-bener labil sekarang. Gw tidak menuntut lo bantu gw sebagai suami pura-pura atau apa. Hanya gw tahu lo orang baik, sahabat yg bener-bener care, gw inget dulu waktu kuliah. Tetapi ternyata gw sepercaya diri itu. Maaf.”

Ricardo menarik nafas. “Gw yakin lo akan mengucapkan kalimat ini.”

Tamara menatap Ricardo.

“Gw mau bikin laporan.” Ricardo meninggalkan Tamara.

                                                                                         ***

Hari-hari Ricardo disibukkan dengan penelitian di Jakarta. Pikiran dan waktu benar-benar tersita seminggu ini sehingga hanya bisa menghubungi Keke ketika malam. Ricardo bertekad menyelesaikan resetnya supaya cepat pulang ke Bandung. Rindunya sudah memuncak selalu saja Keke yang menghiasi isi kepalanya.

“Hai.” Sapa Tamara. Siang itu tanpa sengaja mereka berpapasan di depan lift.

Hai Tam. Apa kabar?”

Tamara mengangguk. “Baik. Gimana reset lo?”

On progress.”

“Semoga cepet selesai.”

“Yah.”

Lift terbuka dan mereka pun masuk. Di dalam hanya Ricardo dan Tamara dari lantai ground sampai lantai 28. Kaku. Seperti tidak saling mengenal. Namun kekakuan itu sirna ketika Tamara mual dan segera lari ketika lift terbuka. Ricardo sempat khawatir, namun karena Tamara segera lari menuju Rest Room ia pun diam.

Anneke, Si suara serak seksi yang romantisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang