"Hu... hu... hu... huaaaaaaaaaaaaaaaa"
Raya panik melihat Abel yang menangis di gendongan Keano. Begitu pula Keano. Keano bertanya-tanya apa yang salah dengan dirinya. Kenapa setiap kali dia bertemu dengan Abel, gadis kecil itu terlihat tidak menyukainya.
"Bundaaaaaaaa.... Abel mau diculik sama Om iniiiiiiiiiii" kata Abel seperti sedang mengadu. Raya segera mendekati gadis kecil itu, mengambil Abel dari pelukan Keano. Raya mengelus kepala Abel yang menyender di bahunya. Gadis kecil itu masih sesegukan. Abel sempat kaget saat membuka pintu, ada Om yang dulu pernah bertemu dengannya di depan café.
Raya mempersilahkan Keano masuk. Pria itu duduk di ruang tamu. Sambil terus menggendong Abel, Raya bertanya menyuruh Keano untuk tetap tenang. Tadi Keano sempat menawarkan diri untuk membantu Raya menenangkan Abel, tetapi Raya berpikir Abel pasti takut karena langsung digendong seperti itu. Abel masih mengira Keano adalah orang jahat.
"Sssstt... jangan nangis lagi. Kan ada bunda Aya" bisik Raya. perlahan Abel berhenti menangis. Gadis kecil itu menyeka air mata di sudut matanya. Sesekali Abel mengintip dari bahu Raya, melihat apa yang sedang dilakukan Keano. Saat tatapan gadis kecil itu dan Keano bertabrakan, Abel kembali menyembunyikan wajahnya. Keano ingin menyapa gadis kecil itu.
"Namanya Abel" kata Raya. Keano mencoba menyapa gadis kecil itu dengan ramah.
"Halo Abel" kata Keano. Abel melirik Keano.
"Om Keano bukan orang jahat" lanjut Keano lagi. Wah, dia sempat kagum saat mengatakan dirinya sendiri 'Om'. Perlukah dia langsung menyebut dirinya 'Ayah'?. Terlalu dini untuk mengatakan hal itu.
"Salaman dulu sini" panggil Keano. Raya menurunkan Abel. Dengan ragu gadis kecil itu berjalan ke arah Keano yang mengulurkan tangannya. Sebenarnya wajah Keano tidak terlihat seperti preman. Keano lebih terlihat seperti pria baik-baik yang didambakan para kaum hawa. Hanya saja senyum terlalu lebar pria itulah yang membuat Abel takut. Saking lebarnya hingga Raya perlu mengajari pria itu untuk tidak menakut-nakuti anak kecil. Senyum Keano lebih terlihat seperti badut di film IT.
Abel mengulurkan tangannya, pelan, sampai akhirnya malah sebuah gigitan yang didapatkan Keano. Tak hanya sampai di situ, Abel memukul perut Keano, memberikan pukulan bertubi-tubi hingga turun ke bagian bawah.
"Oh. Syittttt. Maaf" umpat Keano. Pukulan gadis kecil itu meleset mengenai barang miliknya. Tanpa rasa bersalah Abel menatap Keano yang mengeluh kesakitan. Sementara Raya mati-matian berusaha berhenti tertawa. Dia tebak pasti rasanya sangat sakit. Raya menatap penuh simpati pada pria itu. Tetapi masih saja Raya tak bisa berhenti tertawa.
"Bisa gak kamu berhenti ketawa? Punya aku bisa loyo kalau dihajar kayak tadi" omel Keano membuat Raya kembali tertawa.
Raya menarik Abel untuk menjauh dari Keano. Wanita itu menutup telinga Abel.
"Jangan berlebihan deh, aku masih ingat dari dulu punya kamu udah loyo" sungut Raya.
Mata Keano mengerjap, tatapannya antara marah dan tak percaya. Setelah lima tahun otak Raya rupanya tidak pernah dicuci. Keano bertepuk tangan.
"Wuah.. gak nyangka kamu masih ingat hal kayak begitu" kata Keano menggoda Raya. Raya membuang muka tak peduli.
"Berarti malam itu sangat membekas di hati kamu yaa?" tebak Keano. Lagi-lagi Raya membuang muka. Mulutnya keceplosan dan berdampak pada kemenangan Keano.
"Abel, Om Keano orang jahat. Pukul lagi gih" kata Raya. Abel mengangguk dan berlarian mengejar Keano. Kini kedua orang itu malah bermain kejar-kejaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Harus Jumpa
RomanceKalau saja saat itu Keano tidak mengeluarkannya di dalam, kalau saja saat itu Raya tidak mengaku hamil, kalau saja mereka berpisah baik-baik, mungkin pertemuan kembali mereka di Terrace Garden Cafe akan baik-baik saja. Note: - Pernah publish di Webc...