40 END

228K 6.2K 87
                                    

Raya segera merapikan bajunya. Menatap dirinya di pantulan kaca. Merapikan rambutnya yang acak-acakan.

"Beneran?" Keano mengangguk, pria itu menunjuk sepasang suami istri yang duduk di sudut. Raya menatap Keano lemas.

"Tangan aku sampe keringatan gini" kata Raya. Keano menggenggam tangan Raya, menyeka keringat di telapak tangan wanita itu dengan bajunya.

"Aku perlu ngenalin kamu ke orang tua aku. Kamu mau kan?" bujuk Keano. Sudah datang, tidak mungkin Raya menolaknya.

Senyum lebar Raya tunjukkan pada ibu dari pria itu. Di dalam ruangannya Raya menyuguhi orang tua Keano dengan teh dan cemilan. Orang tua Keano sangat ramah padanya. Mungkin karena baru kali ini Keano mengenalkan seorang wanita pada orang tuanya. Dulu selama mereka pacaran Keano tidak pernah mengenalkan Raya pada orang tuanya, lagi pula tidak ada waktu yang pas saat orang tua Keano berkunjung.

"Tante sampai dibuat kelimpungan karena Keano bilang dia hamilin kamu" kata ibunya Keano.

Raya menatap Keano meminta penjelasan nanti. Keano menggeleng, berusaha menjelaskan kalau apa yang Raya maksud adalah salah paham.

"Ternyata dia bercanda doang demi ngenalin Raya ke Tante dan Om" lanjut ibunya Keano.

"Baru kali ini loh Keano bahas masalah perempuan. Om kira dia mau melajang seumur hidup" kata ayahnya Keano.

Keano pernah memikirkan hal itu. Jika saja dia tidak bertemu kembali dengan Raya, dia tidak akan hidup tenang ke depannya walau sudah berumahtangga sekalipun. Tentu saja Keano akan dibayang bayangi dengan wanita itu dan anak mereka tentunya. Ternyata Tuhan berkata lain, garis tangan Keano sudah ditentukan.

Tidak heran melihat Keano yang terlalu manis untuk ukuran pria lajang di umur dua puluh tahunan. Rupanya Keano sedikit manja jika sudah bertemu dengan orang tuanya. Selama ini presepsi Raya adalah Keano itu pria yang mandiri karena selama ini selalu tinggal sendirian, mengurus segala hal sendiri tanpa bantuan orang tua, pokoknya semuanya serba mandiri. Rupanya setelah bertemu orang tua dari pria itu, sifat kekanak-kanakan Keano kumat.

Raya paham mengapa Keano jarang dijenguk oleh orang tuanya, selain orang tuanya super sibuk, mereka mendidik pria itu agar mandiri dan telaten. Kini ada baiknya juga, Keano punya kemajuan yang pesat dalam mengurus dirinya sendiri. Walau Raya tahu pria itu lahir dari kalangan luar biasa kayanya, Keano terlihat tidak sekaya itu jika sudah berkeliaran bersama Raya. Keano lebih terlihat seperti arsitek sukses yang sedang berkencan, bukan anak konglomerat yang berjalan bersama kekasihnya.

"Susah ya ngurusin Keano? Kata dia kamu sering bikinin makanan" kata ibunya Keano, Raya mengangguk. Rupanya Keano melapor apa saja yang dilakukan Raya padanya.

"Lain kali jangan mau, Keano tuh banyak maunya" kata ibunya Keano pada Raya.

"Kamu juga, jadi laki kok gak modal. Numpang makan melulu" omel Ibunya Keano.

Terlihat seperti pertemuan keluarga kecil-kecilan. Raya juga banyak bercerita apa saja kegiatannya belakangan ini. Apalagi ibunya Keano juga tertarik membuat kue, apa yang dibicarakan mereka nyambung. Begitu pula ayahnya Keano yang begitu senang membahas masa kecil anaknya, Raya juga sangat antusias mendengarkan hal itu.

Di luar ruangan, para pegawai mulai membicarakan apa yang terjadi di ruangan bos mereka. Tentunya mereka mulai berasumsi.

"Resmi nih, sudah pasti resmi" kata Kanti semangat, entah mengapa dia menjadi penggemar berat pasangan Keano-Raya.

Mengapa Harus JumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang