Hubungan Raya dan Keano semakin lengket. Keduanya sering menghabiskan waktu bersama selepas Keano pulang kantor. Pria itu juga sering mampir ke café Raya sekedar menganggu aktivitas Raya di dapur café. Keano dan pegawai di café Raya juga semakin akrab, apalagi Keano sangat terbantu dengan bantuan Kanti yang sering memberikan kode kepada Raya.
"Perlu bahan tambahan gak? Mau aku siapin dari sekarang soalnya aku bakal ke Bandung selama seminggu" kata Raya. Mahesa mencatat beberapa bahan yang diperlukan kemudian menyerahkannya pada Raya.
"Cuma segini? Nanti aku telpon pak Danang untuk kirimin bahannya" kata Raya lagi.
"Wah ke Bandungnya lama banget. Mau nentuin tanggal ya mbak?" gurau Kanti. Raya tersedak minumannya, sementara yang lain menertawai Raya.
Tiba-tiba ada seseorang menerobos masuk ke dapur. "Ada apa nih rame-rame?" Tanya Keano ikut nimbrung. Kanti memberikode pada Keano.
"Oh.. iya. Aku sama bos kalian mau pergi ke Bandung mau minta restu dari nenek" kata Keano ceplas-ceplos.
"Hah? Siapa yang ngajak kamu?" Tanya Raya, Keano mengangkat bahunya dan berlalu pergi.
Raya mengejar Keano, mencubit pinggang pria itu kemudian mengomelinya. "Ih, aku belum siap Keanooo.. kamu gak takut apa sama nenek? Kamu tahu kan kalau dia gak suka sama kamu, nenek juga bakal tetap marah besar ke kamu walaupun kejadian waktu itu memang salah aku" kata Raya. Keano memegang bahu gadis itu sambil menatap Raya penuh keyakinan.
"Hadapin aja sama-sama, aku tambah tampan dan semakin keren, nenek kamu bakalan luluh" rasanya Raya ingin menonjok pria yang berdiri di hadapannya ini.
Keano sungguh-sungguh ikut ke Bandung. Mereka pergi menggunakan mobil Keano. Selama perjalanan sesekali mereka singgah di rest area.
"Mau gantian?" Tanya Raya sambil menyerahkan kentang goreng yang dibelinya.
"Udah dekat, kurang gentle juga kalau sampai di rumah nenek dan ngeliat kamu yang nyetir" kata Keano, Raya tertawa mendengar perkataan pria itu. Sampai saat ini Keano masih memperhatikan setiap tindakannya dengan teliti.
"Wah, sudah kamu perhitungkan matang-matang" kata Raya bertepuk tangan, Keano menepuk dadanya bangga.
"Terus, sampai di rumah nenek kamu bakal ngapain? Pasti udah atur planning?" selidik Raya. Keano tertawa keras, dia belum merencanakan apa-apa. Keano datang bermodalkan niat dan tekat saja. Entah apa reaksi nenek ketika Keano muncul di depan rumah bersama Raya, setelah itu baru Keano akan memikirkan tindakan selanjutnya.
"Sudah deh, mending kamu tidur saja. Gak usah mikir macam-macam. Kalau sudah sampe di rumah nenek nanti aku bangunin" perintah Keano. Raya menurut.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan ke Bandung. Sebenarnya tidak memakan waktu yang lama, hanya saja kini mereka tersendat di tol Pasteur karena macet. "Kamu masih ingat alamat rumah nenek?" Tanya Raya dengan mata terpejam.
"Masih, aku lebih ingat alamat rumah nenek ketimbang alamat rumah aku sendiri" kata Keano asala.
"Halah" dengus Raya. Raya meregangkan badannya.
"Haus?" Keano mengangguk, Raya memberi pria itu minuman.
"Aku haus bukan karena mau ketemu nenek" kata Keano tanpa Raya tanya.
"Iya, iya aku tau kok. Bawel banget ih" kata Raya gemas.
Setelah beberapa lama akhirnya mereka tiba di depan rumah. Mobil Keano masuk ke halaman rumah nenek. Keduanya turun dari mobil bersamaan. Tidak ada yang menyambut mereka karena Raya sendiri tidak mengabari orang rumah. Kemungkinan Abel di sekolah, nenek sedang tidur, dan Bi Supiyem sibuk menonton sinetron.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Harus Jumpa
RomanceKalau saja saat itu Keano tidak mengeluarkannya di dalam, kalau saja saat itu Raya tidak mengaku hamil, kalau saja mereka berpisah baik-baik, mungkin pertemuan kembali mereka di Terrace Garden Cafe akan baik-baik saja. Note: - Pernah publish di Webc...