26

104K 5.9K 57
                                    

Ada seseorang yang sedang menggunakan kamar mandi apartemen Raya, dia adalah Keano. Sementara Keano menggunakan mandi karena badannya yang bau keringat, Raya menyiapkan makanan untuk pria itu.

            Rasanya jantung Raya tidak karuan. Di saat dia pikir hubungan mereka akan kandas, Keano muncul di depan pintu apartemennya dengan wajah memelas. Raya mengingat kembali bagaimana tatapan rindu pria itu, Keano langsung memeluk erat Raya. cukup lama hingga pria itu membisikkan sesuatu di telinga Raya.

            "Aku lapar" bisik Keano. Raya tersenyum dan menarik ujung baju pria itu untuk ikut masuk ke dalam apartemen. Tindakan mereka berdua terasa seperti pasangan baru.

            Raya menepuk kedua pipinya. Mencoba berhenti memikirkan tindakan mereka berdua yang seperti anak remaja. Raya merutuki tangannya yang sempat menarik baju Keano tadi, Raya tahu kalau Keano sempat menahan tawa karena tindakannya yang kekanak-kanakan.

            "Ada handuk lebih gak?"

            Astagaaaaa.... Raya mengingat kapan terakhir kali dia melihat pria topless. Mana Keano melingkarkan handuk di bagian bawahnya. Raya bersusah payah menelan ludahnya, raut wajahnya juga diatur sedemikian rupa agar tidak kentara sedang terpesona. Keano sungguh punya proporsi badan yang bagus, tidak heran banyak yang tertarik padanya. Apalagi dada bidang pria itu yang lebih terlihat seperti atlet renang.

            "Kamu mau grepe-grepe aku?" tanya Keano dengan nada bercanda, tangannya di silangkan di depan dada. Raya malu dan melempar serbet yang ada di dekatnya.

            "Pakai itu aja" kata Raya ketus. Keano menangkap serbet yang dilempar Raya sambil tertawa. Dia tahu Raya sedang malu.

            "Mana bisa keringin rambut pakai serbet?" komentar Keano, Raya mengacuhkan pria itu begitu saja.

            Saat ini mereka berdua makan bersama. Lebih tepatnya Raya yang menemani pria itu makan. Aneh, bukankah mereka sedang bertengkar? Mengapa saat bertemu keduanya bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.

            Keano datang dan menyapa, pria itu juga memeluk Raya. Seolah mereka adalah pasangan yang saling merindukan. Tubuh dan pikiran Raya juga ikut terhipnotis, dia mengikuti keinginan Keano. Hingga keduanya berakhir di meja makan. Raya tidak banyak bicara, begitu pula Keano yang sibuk dengan makanannya.

            "Selain nyariin aku, kamu punya kesibukan apa lagi seminggu terakhir ini?" tanya Keano yang kali ini buka suara duluan. Raya berpikir sejenak, dia menghiraukan kata-kata 'selain nyariin aku'.

            "Gak ada, seperti biasanya aja ngurusin café" jawab Raya.

            Keano melanjutkan makannya. Begitu pula Raya. Mereka kembali sibuk dengan dunianya masing-masing. Dalam hati, Raya sedang menimbang-nimbang untuk menanyakan sesuatu. Lain lagi dengan Keano yang menunggu kapan Raya akan menanyakan sesuatu untuk menghilangkan kegaringan di antara mereka.

            "Kamu gak penasaran sama kegiatan aku seminggu terakhir?" tanya Keano lagi. Raya menatap pria itu sejenak, kemudian menggeleng.

            "Sudah tahu, kamu kan lagi kerja" jawab Raya. Keano mengangguk setuju.

            Raya menghentakkan jarinya di atas meja membuat suara di sana. Keano memperhatikan tingkah wanita itu. "Pesan yang kamu kirim, sudah aku balas" kata Keano lagi. Kali ini Raya menatap pria itu dengan dahi berkerut.

            "Aku gak terima pesan balasan kamu" kata Raya. Keano tersenyum.

            "Tapi gak sempet tekan tombol send, keburu habis baterai" kata Keano sambil menertawakan dirinya sendiri. Raya menghela nafas kesal. Raya percaya pada Keano, pria itu bukan orang yang suka berbohong, dan Raya mengenal Keano sangat lama. Raya tahu betapa sialnya pria itu, sehingga tragisnya ponsel Keano sudah dipastikan bukan suatu alasan yang bullshit.

Mengapa Harus JumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang