Bagian 1

7.6K 345 18
                                    

Aku membuka gawai dengan perasaan semringah. Paket internetku baru diperpanjang setelah dua hari sepi notif. Kugenggam benda pipih itu dan menatap layarnya penuh antusias.

Dengan jempol yang sedikit gemetar, media sosial yang pertama kali aku buka adalah Facebook. Benar saja. Notif numpuk. Mataku langsung tertuju pada satu pesan. Yang baru saja masuk beberapa detik yang lalu.

"Hai ... ke mana aja? Kenapa nggak online?"

Senangnya. Ternyata ia memantau media sosialku.

Dengan lincah dua jempolku menari di layar ponsel. Membalas chat dengan perasaan membuncah. Senyum tipis terukir dari sudut bibir.

"Agak sedikit sibuk. Kenapa?"

Ya kali aku sibuk. Yang ada uang jajan bulanan baru juga sampai beberapa jam yang lalu ke rekeningku. Papa terbiasa memberi uang jajan sebulan sekaligus. Alasannya biar aku belajar me-manage keuangan sendiri. Tentu saja hal itu tidak akan aku katakan. Bagaimanapun gengsiku masih di atas segalanya.

"Ooh gitu, berarti Abang hanya pelarian ya, saat kamu kesepian?"

"Lho, kok gitu?"

"Lha iya, buktinya kamu sibuk aja malah lupa ama Abang."

Senyumku melebar. Ada desir aneh yang menyusup membayangkan ia gusar saat diabaikan.

"Wkwkwk. Yang bilang lupa siapa? Yang ada sengaja memberi ruang agar rindu ini kian membuncah. Eeaaa."

Ya salam. Ada apa dengan jempolku? Pengen kembali menghapus tulisan yang baru saja terkirim. Sayangnya pesan itu langsung dibaca olehnya. Buktinya titik-titik biru berjejer bergelombang tanda ia sedang mengetik balasan.

"Benarkah?"😍😍😍

"Nggak."

"Nggak salah lagi?"

"Ge-er."

Wajahku menghangat. Malu. Seperti maling yang ketangkap basah.

"Akuilah, Sayang. Kamu nggak sendiri kok."

Aku melambung. Debar ini terasa kian nyata. Ada apa ini? Sesuatu yang tak biasa terjadi padaku.

"Maksudnya ...?"

Aku pura-pura tidak tahu. Padahal jangan tanya wajah sudah seperti apa? Yang pasti malam ini aku bisa tidur nyenyak dengan mimpi indah.

Sepi.

Aku menunggu beberapa saat, tak ada jawaban. Sudahlah! Mungkin ia tengah bercengkrama di FB bareng fans nya. Kenapa rasa panas ya? Ada apa denganku.

Aku bela-belain memangkas biaya bulanan buat beli paket data hanya demi dia, seseakun. Biarlah di ujung bulan aku tidak jajan kalau seandainya uangku habis sebelum tanggal muda. Toh bukankah ada mama yang bisa kurayu? Mana mungkin ia tega melihat anak kesayangan tak memiliki uang saku.

Lagian beberapa temanku juga melakukannya.

***

Nama penanya Mahesa. Dia salah seorang penulis di grup kepenulisan yang karyanya selalu dinantikan. Fans nya? Jangan ditanya! Setiap hari ratusan akun baru yang minta dikonfirmasi.

Pasti pada nanya, kenapa aku bisa tau. Ya apalagi kalau bukan setiap hari kerjaan rutinku stalking akunnya dia.

Rasa bangga mulai terselip saat menyadari diantara ribuan orang pemuja, ia memilihku untuk menjadi teman dekatnya. Walau kadang timbul keraguan, bahwa ia melakukan hal yang sama dengan akun lain. Selain diriku.

Secara ia seorang yang humble. Berusaha bersikap baik pada siapapun. Mungkin karena itu jugalah kenapa ia begitu disayangi. Terutama oleh mak-mak pecinta literasi. Sampai-sampai di grup kesayangan itu ia punya keluarga sendiri. Emak-emak an, kakak-kakak an, dan bahkan calon mertua. Heleeeh!

Pacar Online (KolabYantiPeka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang