Bagian 4

2.8K 212 10
                                    


       Aku men-drible bola malas-malasan. Apalagi alasannya kalau bukan ngantuk. Semalam  menghabiskan waktu chating dengan Mahesa hampir sampai jam 1 pagi. Ini benar-benar gila. Makin ke sini aku makin tak bisa lepas dengan seseakun itu. Entahlah! Rasanya ada yang kurang jika sehari saja dilewati tanpa chating dengannya.

Tak bisa dipercaya, tapi rasa ini nyata. Bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta sebesar ini pada sosok yang tak berupa? Sebesar itukah pengaruh tulisan-tulisannya menyusup ke sanubariku? Aku bahkan enggan untuk bertemu. Takut sosok yang ada dalam bayanganku tak sesuai ekspektasi.

Satu-satunya cara agar rasa ini tetap bersemayam adalah dengan tetap seperti ini. Selama kita masih saling merasa nyaman, kenapa gak?

Gila?

Lebih dari itu. Ini bukan lagi hal yang wajar. Tapi aku bisa apa? Pesonanya demikian kuat. Dan aku larut dalam kegilaan ini.

"Nesha, ada apa denganmu?" teriak Shintia kesal. Ini udah kali ketiganya aku menyia-nyiakan kesempatan.

'Fokus, Nes! Fokus'!

Aku menyemangati diri sendiri. Namun percuma. Aku benar-benar bosan. Akhirnya bola itu aku lempar kesal ke sembarang arah.

"Aduhhh!"

Aku menoleh kaget. Bola basket itu sukses mendarat di perutnya. Hingga laki-laki itu sedikit membungkuk. Menahan nyeri.

"Eza, ngapain lo di sini?"

"Nih cewek, bukannya minta maaf malah menginterogasi."

Cowok itu mendumel. Wajahnya memerah. Kesal. Tapi juga malu sepertinya.

"Eh iya, maap. Tapi lo ngapain di sini?" Lagi-lagi aku bertanya.

"Kok ngapain? Lo lupa gue masih siswa di sini," sahutnya galak.

"Maksud gue di sini kan cewek semua, lha lo main nyelonong aja." Aku nggak mau kalah.

"Nanti lepas pulang sekolah ada rapat. Jangan ada yang mbolos, penting," sahutnya jutek.

Dih, sok galak. Ada apa dengannya? Nggak ada angin nggak ada hujan.

"Ya, Ketos," sahutku mencibir.

"Ketos?" Ia berbalik, menatap dengan sebelah alis terangkat.

"Ketua OSIS, elaah."

Teman-teman yang lain pada cekikikan menahan tawa.

"Elo, Nes ...."

"Lha benar kan?"

Eza mendengkus sambil memegangi perutnya. Lalu berlalu begitu saja. Aku menahan untuk tidak tertawa saat melihat wajahnya yang meringis.

"Gimana, mau lanjut nggak?" tanya Syintia.

"Nggak ah, malas," sahutku lalu melangkah menuju kantin sekolah. Syintia dan Anisa mengikuti. Terkadang geli sendiri dengan sikap mereka berdua, udah seperti dayang-dayang aja.

"Nes?" panggil Anisa setengah berbisik saat baru mencapai pinggir halaman sekolah.

"Paan?"

Anisa menunjuk ke parkiran dengan mulutnya. Aku menoleh. Ternyata Pak Fitto. Dia menatap ke arah kami.

"Nyariin lo kali, Nes," celetuk Anisa menyejajarkan langkah.

"Gue?"

"Emang ada berapa Vanesha di sini?"

"Gak ada urusan."

"Tapi kek nya sebentar lagi lo akan berurusan dengannya."

"Maksud lo?"

Pacar Online (KolabYantiPeka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang