03

112 19 4
                                    


Naya segera meninggalkan kantin dan menuju UKS karena ia takut jika kakak kelasnya itu melihat wajahnya yang kian memerah.

"Nih," ujar Naya sambil menyodorkan roti kepada Lena.

"Maacih," Ungkap Lena dengan cengiran khasnya.

"Iya masama," Naya menyahutnya dengan cepat.


Dengan segera Lena melahap rotinya itu, namun perhatiannya teralihkan ketika melihat pipi Naya yang memerah,

"Eh Nay?"
"Hmm,"
"Wajah lo kok merah gitu sih?!"
"Eh, masa sih?"

Tanya Naya sambil tersipu malu, yang dijawab anggukan oleh Lena,
"Heem!" Sahut Lena seadanya karena ia mulutnya penuh akan roti.

"Emang lo tadi ngapain, jatoh?"  Tanya Lena setelah menelan beberapa kunyahannya.

"Eh nggak kok!" Sanggah Naya, "lo punya janji cerita lho!" tanya Naya untuk mengalihkan perhatian.

"Iyaiya jadi gini, tadi tuh kan gue di suruh hormat, nah tiba-tiba gue dicium sama bolany-"

"KAK ETHAN!?" Naya berteriak histeris,"

"Ya ampun Lena, enak mah kalo itu!" tutur Naya sambil tersenyun lebar.

"ENAK DENGKULMU!" Teriak Lena namun tak seheboh Naya.

Lena heran dengan sahabatnya yang tergila gila pada kakak kelasnya itu, apa coba yang menarik dari kakak kelasnya itu. -ohhh siapapun, tolong ceritakan pada Lena!

"iya-iya, gak usah ngegas deh!"
gerutu Naya, ia pun juga heran dengan Lena, apakah matanya tidak berfungsi dengan baik?

Bel pun berbunyi, menandakan waktu para siswa mengisi bahan bakarpun telah habis.

"Eh, yaudah balik yuk!" Tutur Lena sambil berusaha turun dari kasur.

"Eh, lo udah baikan emangnya?" tanya Naya sambil menghentikan Lena.

"udah kok."

Lena pun kembali sekelas dengan Naya yang berjalan disampingnya, sambil memegangi ke dua bahu Lena.

"Ih, biasa napa sih, malu woy!" Protes Lena, "gue itu cuma pusing bukan kaki patah!" Sambungnya sambil berusaha melepas tangan Naya sari bahunya.

"Patah kaki Len," Koreksi Naya.  Ia sudah sering membetulkan kata-kata salah yang diucapkan Lena. Daat presentasipun sudah menjadi kebiasaan Naya  berteriak dikelas karena membetulkan omongan Lena, apalagi saat Lena gugup, bisa-bisa semua kata kata Lena terbalik. Entah penyakit langka apa yang menyerang Lena.

"Udah diem napa!" tegas Naya sambil terus memapah Lena sampai ke kelas, Lena hanya mendengus kesal dan menurut.

"Selamat siang anak-anak!" sapa Pak Edi.

"Siang Pak!" jawab para murid.

"Oke anak-anak, sekarang silahkan mengulas pelajaran sebentar, setelah itu kita ulangan. Bapak beri waktu 15 menit dari sekarang!" Ujar Pak Edi sambil melihat jam tangan hitamnya.

Bukanya segera belajar, siswa-siswi tersebut malah berteriak teriak seperti demo kenaikan harga BBM.

"Lho... Paak!"
"Udah, nggak ada acara lha lho lha lho!"

"Oke pak, siap!" jawab Reza sambil mengangkat tangannya di pelipis dan langsung dibalas tatapan tajam dari teman temannya.

"Oke-oke sans, peace!"jawab Reza takut Karena tatapan teman temannya, yang seakan akan siap mengoyaknya saat itu juga. Pak Edi hanya menggeleng-geleng kepala melihat tingkah muridnya,yang mengingatkannya pada masa mudanya dulu.

Pelabuhan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang