09

21 4 0
                                    


'Sejauh apapun aku berlabuh
    Jika dirimu adalah daratanku
Aku bisa apa?'

~AMCE

"I-itu kak, a- anu" Ucap Lena tertatih-tatih. Sebenarnya otaknya telah menata rapi alasannya, namun mulutnya susah untuk diajak berkompromi

"Oke Len, gue duluan ya, bye!" Ujar Refan yang melenggang pergi, tanpa rasa bersalah.

"Jadi?" Pinta Ethan yang masih setia menunggu jawaban. Lena terlihat menghela nafasnya terlebih dulu,

"Kemarin malam, gue cuma bercanda kak, sumpah deh!" Ujar Lena sembari mengangkat jarinya membentuk-V, tubuh Lena mendadak kaku saat mata tajam Ethan menatapnya intens.

"Oh, Yaudah," Ujar Ethan yang kemudian mengacak rambut Lena pelan dan segera menuju tempat Fotokopi dekat sekolah. Namun masih selangkah Ethan meninggalkan Lena, ia memutar kembali tubuhnya 180 derajat menghadap Lena,

"aku-kamu!"

Entah angin apa yang membuat Ethan mengatakan dua kata keramat itu. Lelaki berbadan tinggi itu tidak tahu, apa akibat perkataannya tadi terhadap Lena.

Lena mengumpulkan oksigen sebanyak yang ia bisa, ia menepuk-nepuk pipinya untuk menetralkan warna merah disana.

****

"LEEN!" Lena mengelus dadanya ketika mendengar toa pagi-pagi,

"Len, nyontek dong!" Pinta Naya yang terlihat memaksa.

"Yang mana?" Naya mendengus kesal mendengar jawaban Lena.

"Jangan bilang lo belum ngerjain!!" Pekik Naya sambil memegang kepalanya, panik saat Lena yang malah balik bertanya kepadanya.

"Tugas yang man-" Ucapan Lena berhenti karena Naya tiba-tiba berdiri dan berlari ke belakang kelas, tepatnya ke Majelis Percontekan Kelas.

Tak berselang lama sang guru pun tiba di kelas, membuat satu kelas berlarian kesana kemari menuju bangku masing-masing.

"Good morning student!" Sapa guru itu dengan fasih bak orang bule,

"Good morning sir!"

"Oke, buka tugas kalian kemarin, hari ini akan kita koreksi," Para siswa segera mengeluarkan buku tugasnya masing masing.

Lena pov

Huhh... Akhirnya istirahat, rasanya gue ingin makan orang sekarang. sumpah laper!

"Nay, Ayok cepet, entar antrinya lama!" Ajak gue sambil menarik tangan Naya, dia hanya bergumam dan langsung menyamakan langkahnya denganku.

Untungnya hasil dan usaha bukanlah doi yang akan berhianat, jadinya gue bisa pesen lebih awal tanpa wajib mengantri,

"Nay, lo pesen apa?" Tanyaku agak berteriak,

"samain aja deh," Naya membalasnya dengan pasrah. Dengan membawa makanan, gue menghampiri Naya yang tampak badmood disitu, perasaan tadi fine-fine aja, pikirku.

"Lo kenapa sih Nay?" Tanya gue agak pelan, kali aja pms ya kan! Dan lagi dia hanya menanggapi dengan gelengan. Kesel gue lama-lama, berasa jomblo.

"Pms?" Dia geleng,

"Sariawan?" Dia geleng,

"Gigi lo tinggal dua?" Dia geleng,

"Kecopetan?" Dia geleng,

"Oma lo baik- baik aja kan?" Dia ngangguk,

"Oh, gue tahu, Jangan-jangan... LO DI JODOHINN, hayo ngaku lo!" dan pertanyaan gue pun di jawab dengan pukulan botol air meneral, mana masih penuh lagi.

Pelabuhan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang