"Pete, apa kau ada didalam?" Panggil Ae sambil mengetuk pintu apartemen Pete, sudah 5 menit ia menekan bell namun Pete tak juga kunjung membuka pintunya.
Ae menautkan keningnya, ia cemas sekaligus khawatir mengenai keberadaan kekasihnya itu mengingat jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Ia pun merogoh ponsel disaku celananya dan menekan nomor telepon sang kekasih.
Pete mengerjap tatkala ponselnya berdering nyaring didekat laptopnya. Buru-buru ia berlari mengambil ponselnya dan menutup speaker ponselnya agar tidak menimbulkan suara lebih kencang lagi, berharap Ae tidak mendengarnya bahwa kemungkinan ia ada didalam.
Baru saja ia menemukan alasan untuk membatalkan acara menonton malam ini, tapi mendengar pintu apartemennya yang terdengar seperti sedang didobrak oleh Ae, membuat Pete mengurungkan niatannya untuk membohongi Ae saat ini.
"Pete, apa kau baik-baik saja? Pete. Pete." Ae berteriak memanggil Pete sambil menggedor-gedorkan pintu, ia pun mencoba mendobrak pintu karna khawatir terjadi sesuatu pada kekasih lemahnya itu, setelah sebelumnya ia mendengar deringan ponsel milik kekasihnya yang berbunyi dari dalam dan tak lama bunyinya hilang dalam sekejap.
Takut jika Pete kerampokan atau kenapa-kenapa didalam sana, ia pun mengerahkan segenap kekuatannya, mencoba mendobrak pintu demi menyelamatkan kekasihnya. Namun baru saja ia berancang-ancang untuk mendobrak, tiba-tiba Pete membuka pintu disaat ia sudah bersiap mendobrak, dan ...
Brakk ~~
Pete terkejut tatkala Ae menabrak dirinya dan membuatnya terjatuh ke lantai. Meringis sakit, Pete membulatkan matanya ketika ia bisa melihat dari dekat wajah Ae tepat didepan wajahnya.
Ae pun sama terkejutnya, matanya bersiborok dengan mata Pete yang membuatnya sejenak hanyut dan lupa bahwa posisi mereka saat ini cukup membahayakan bila dibiarkan berlama-lama. Ia pun segera bangun sambil menggaruk bagian belakangnya yang tidak gatal.
Pete beranjak bangun sambil memegang wajahnya yang terasa panas, ia pun segera menutup pintu dan mempersilahkan Ae untuk masuk. Walaupun ia dan Ae memanglah sepasang kekasih, entah kenapa jantungnya berdegup kencang. Apakah ini mungkin karna film yang ia lihat tadi memunculkan adegan yang sama?
Ae berjalan masuk sambil melihat ke sekeliling, ia pun lantas duduk menyamankan dirinya dengan dahinya yang mengernyit melihat wajah Pete yang sudah memerah seperti udang rebus.
"Pete kau demam, kenapa wajahmu merah?"
Menggigit bibir bawahnya, Pete gugup sekaligus menjadi kikuk dihadapan Ae.
"Tidak Ae, aku tidak sakit. Oh iya, aku siapkan makan malam kita dulu ya kau tunggu saja disini." ujar Pete cepat dan berjalan menuju dapur, menyiapkan makan malam yang belum sepenuhnya selesai ia buat.
"Apa perlu ku bantu?" tanya Ae sambil beranjak berdiri.
Melambaikan tangannya dengan cepat, Pete terkejut dan langsung menolak dengan tawaran Ae yang ingin membantunya, "Tidak perlu Ae, kau duduk saja. Sebentar lagi aku selesai kok."
Makan malam pun sudah selesai, Pete membereskan meja makannya sedangkan Ae hanya duduk memandangi kesibukan sang kekasih didapur. Tersenyum, entah mengapa ia membayangkan kelak ketika ia menikahi Pete mungkin setiap harinya ia akan melihat kesibukan Pete seperti ini ketika melayaninya sebagai suami.
Beranjak bangun sambil menunggu Pete menyelesaikan kesibukannya, ia pun mengernyitkan dahinya heran melihat laptop Pete terlihat masih menyala namun masih terlipat. Ia pun mengambil laptop itu dan membukanya tanpa permisi terlebih dahulu pada Pete.
Membuka laptop untuk mematikannya, Ae terkejut tatkala layar laptop Pete muncul sebuah gambar dimana ada adegan yang diluar bayangannya bahwa Pete akan menontonnya, ia pun segera menutupnya sebelum Pete memergokinya yang sudah lancang melihat laptop Pete tanpa permisi terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Punishment [Love By Chance Fanfiction]
Fiksi PenggemarAePete / Series / Yaoi / Homo / Gay / Boy x Boy / Love By Chance Couple Cemburu. Pete yang kesal karna sikap Ae yang seolah tidak menegaskan pada Champoo bahwa mereka sedang menjalin kasih membuat Pete menceritakan permasalahannya pada Pond. Pond y...