Tiga

678 46 3
                                    

Pete membulatkan matanya menatap Ae tidak percaya. Terkejut. Jelas ia sangat terkejut mendengar apa yang baru saja ia dengar. Apa ia tidak salah dengar bahwa Ae setuju jika ia akan menghukum kekasihnya itu?

Ae tersenyum sembari menjentikkan jarinya didepan wajah Pete, "Ada apa Pete kenapa kau diam?"

Pete mengedipkan matanya dengan cepat saat kesadarannya sudah kembali, ia pun dengan segera menutup wajahnya yang mulai memerah sambil menundukkan kepalanya menghindari tatapan Ae padanya.

"Ta—tapi Ae, Pond hanya memintaku menghukummu seperti yang ada difilm itu. Aku—Aku tidak tahu harus bagaimana—," ujar Pete gugup.

Ae menyela ucapan Pete sambil tersenyum dan mengangkat wajah kekasih imutnya itu untuk menatapnya, "Kita lakukan semuanya sesuai dari awal film ini dimulai, kau bisa menjedanya jika kau kebingungan Pete. Dan aku tidak akan marah jika nantinya kau menyakitiku seperti itu Pete."

"Tapi Ae—"

"Tidak ada tapi-tapian Pete. Apa harus aku yang menghukum kekasih imutku ini karna sudah membohongiku?" cicit Ae sambil mencubit gemas pipi Pete dengan kedua tangannya.

Menggeleng lemah menatap Ae, Pete tidak mau kekasih tampannya itu menghukumnya. Walau ia tahu Ae tidak akan menyakitinya, hanya saja dari awal memang niatannya hari ini adalah ia yang menghukum Ae karna Ae sudah melukai perasaannya.

Tapi jika melihat keadaan seperti ini, apakah ia masih bisa melanjutkan hukuman seperti ini?

"Kalau begitu hukumlah aku sekarang," sahut Ae lagi tersenyum lebar.

Pete pun pasrah dan hanya mengangguk lemah seraya beranjak berdiri, ia pun bersiap menyiapkan dengan mencari barang-barang yang ia butuhkan untuk menghukum Ae sesuai dengan yang Pond sarankan untuknya dengan cepat. Walau ia tidak tahu fungsi semua barang yang ia kumpulkan nanti digunakan untuk apa pada kekasih tampannya itu tapi ia tetap menyiapkannya.

Ae tersenyum melihat Pete yang sibuk mencari barang yang ia pun tidak tahu barang-barang apa yang akan digunakan Pete untuk menghukumnya nanti. Namun menyadari bagian bawahnya sudah mulai mengeras, ia pun semakin tidak sabar untuk menerima hukuman dari kekasih imutnya itu.

***

Ae tak bisa menghentikan pandangan matanya melihat tubuh putih dan kurus Pete yang kini sudah berada dihadapannya. Untuk pertama kalinya ia harus melihat pemandangan indah yang tak ingin ia bagikan pada siapapun, ini hanya untuk dirinya saja.

Ia pun menelan salivanya menahan debaran hebat didalam dirinya. Apakah ia akan sanggup menahan hasrat dalam dirinya? Tentu tidak.

Pete menelan salivanya melihat tubuh polos Ae yang ada dihadapannya saat ini. Ia pun menundukkan kepala agar tak terfokus pada satu bagian yang sejak tadi membuat wajahnya bersemu merah. Dengan hati-hati Pete mengikatkan kedua tangan Ae ke sisi ranjang dengan lembut, sedikit membuatnya sejenak ragu untuk melakukannya.

"Ae, apa tidak apa-apa aku melakukan ini? Aku—aku, bukankah justru ini hanya akan menyakitimu?" Pete menatap tangan Ae dengan lemah, ia tidak bisa membayangkan bahwa Ae akan menahan sakit karna ikatan ditangannya ini.

Ae menggeleng dan hanya tersenyum gemas menatap Pete yang ragu-ragu ingin mengikatkan tangannya, "Jangan pikirkan aku Pete disaat kau ingin menghukumku. Aku akan terima apapun jenis hukuman darimu jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik, walau dengan cara seperti ini."

Pete menghela nafas panjangnya. Menyesal pun sudah terlambat. Benar kata Ae bahwa seharusnya ia tidak mempercayai segala saran yang Pond berikan, karna saran-saran itu tidak akan jauh dari yang namanya seks.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Punishment [Love By Chance Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang