Meysya memperhatikan keadaan kelasnya yang begitu kacau. Semua teman-teman sekelasnya sibuk dengan dunia mereka masing-masing, ada yang sedang menggosipkan ini itu, ada yang sedang nyanyi-nyanyi tidak jelas bahkan ada yang cuma tidur.
Ya memang hari ini dikelas Meysya sedang tidak ada guru yang mengajar jadi bisa dipastikan keadaan kelasnya seperti apa.
Meysya diam-diam memperhatikan Rivaldi yang sedang berbicara dengan Talia.
Sudah seminggu ini sikap Rivaldi begitu membingungkan Meysya. Tiba-tiba saja Rivaldi seperti menjauhi Meysya, seolah-olah diantara mereka itu tidak saling kenal.
Bahkan seminggu ini Meysya jarang sekali hampir tidak pernah berbicara dengan Rivaldi. Sapaan Meysya pun hanya dibalas dengan anggukan lalu setelah itu Rivaldi kembali mengacuhkan kehadiran Meysya.
Bukannya beberapa bulan yang lalu mereka terlihat sangat dekat, bahkan Rivaldi sendiri yang meminta Meysya agar lebih dekat dengannya. Lalu kenapa Rivaldi sendiri yang tiba-tiba menjauh dari Meysya.
Sikap Rivaldi ini yang sangat membingungkan Meysya.
'sebenarnya mau kamu tuh apa sih Val, kamu yang meminta agar lebih dekat tapi kamu sendiri yang menjauh.'
Bukan hanya sikap Rivaldi yang membuatnya bingung, sikap sahabatnya akhir-akhir ini juga terlihat tak seperti biasanya.
Cahya lebih banyak diam dan sering kali tertangkap sedang melamun kan sesuatu.
"Aya." Meysya memanggil Cahya tapi panggilan nya itu tidak direspon oleh Cahya.
"Aya..." panggil Meysya sekali lagi tapi tetap tidak direspon.
"Cahya!" Meysya sedikit menaikkan oktaf suaranya.
"Eh? Iya Sya kenapa?" tanya Cahya.
"Harusnya aku yang tanya, kamu ini kenapa sih? Aku perhatiin akhir-akhir ini kamu sering banget melamun terus juga sikap kamu berubah jadi pendiam gak kayak biasanya," ucap Meysya.Cahya hanya diam tidak menjawab
"Kamu ada masalah Aya? Cerita sama aku, aku ini kan sahabat kamu. Apa kamu udah nggak anggap aku sahabat kamu lagi?" Meysya melampiaskan semua yang ada di hatinya.
"Nggak Sya, kamu masih sahabatku dan akan tetap menjadi sahabatku. Maafin aku kalo aku ngga terbuka sama kamu, aku hanya ngga mau ngerepotin kamu," ucap Cahya.
"Ya ampun Aya, kita ini kan sahabat. Buat aku, kamu gak akan pernah ngerepotin aku. Malahan aku senang jika bisa direpotin kamu."
"Maaf ya Sya."
"Kamu kenapa?"
"Sya aku bingung."
"Kamu bingung kenapa Aya?"
"Kemarin aku lihat Rizal lagi jalan bareng cewek, tapi saat aku telepon dia, dia malah bilang lagi nganterin Mama nya. Aku bingung harus bersikap seperti apa ke Rizal, apa aku pura-pura jadi orang bego yang gak tahu apa-apa? tapi hati aku rasanya sakit Sya. Kenapa Sya Rizal bohongin aku apa dia udah gak sayang lagi sama aku? Apa dia udah bosen pacaran sama aku? Aku sayang sama dia Sya, aku gak mau kehilangan dia."Cahya mengeluarkan semua uneg-uneg nya. Cahya mencoba untuk tidak menangis, karena ia sadar posisinya sedang berada di sekolah.
"Kamu positif thinking aja dulu Aya, mungkin cewek itu sodara nya dia," ucap Meysya.
"Gak mungkin Sya, sebelumnya Rizal gak pernah bohong sama aku, sikapnya akhir-akhir ini juga terlihat aneh. Dan mana ada saudara yang tingkahnya begitu mesra saat jalan berdua, saling pegangan tangan dan rangkulan mesra," sangkal Cahya.
Tiba-tiba smartphone Cahya berbunyi menandakan ada yang menelpon, tertera di layarnya nama Rizal
Meysya menatap handphone Cahya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey
Teen FictionSemua ini berawal karena kesalah pahaman dan juga ego keduanya yang membuat segalanya semakin rumit. - - - - Katakanlah sayang kepada orang yang kalian sayangi sebelum orang itu pergi dan berujung penyesalan -- Rivaldi -- Lihatlah bukan hanya dari...