Part 1

54 12 1
                                    

Semua harapan ini bermula saat kehadiranmu mulai mengusikku, aku mulai berharap dengan semua sikapmu terhadapku. Aku mulai menuntut sebuah kepastian yang mungkin tak bisa kau berikan. Aku tak bisa menyalahkanmu, karena memang dari awal seharusnya aku tak berharap banyak. - Meysya Ramadanti

---

At School 07:15 am

"Sya! Meysya!" teriak seseorang yaitu Cahya yang biasa di panggil Aya, dia merupakan sahabat Meysya.

"Eh Aya, kamu baru dateng?" tanya Meysya.

"Iya nih, aku tadi kesiangan gara-gara nonton film," jawab Cahya.

"Huh, udah tahu hari ini masuk sekolah, malamnya malah asik nonton sampai kesiangan gitu."

"Hehe." Meysya menatap Cahya bosan.

"Oh iya Sya, udah pembagian kelas belum?"
"Udah tuh ada di papan pengumuman."

"Eh aku sekelas lagi gak sama kamu?"
"Iya kita sekelas."

"Yeay! Kita duduk semeja lagi ya?"
"Iya-iya Cahya bawel," ledek meysya.

"Ihh aku gak bawel tau."
"Iya kamu gak bawel cuma cerewet."

"Sama aja dong," ucap Cahya. "By the way 'dia' sekelas nggak ?"

"Hn, sayangnya iya." Meysya menjawab dengan tidak semangat.

"Kok lemes gitu jawabnya? harusnya seneng dong ada kesempatan buat deket sama mas crush terus udah itu jadian deh," ucap Cahya.

"Apaan sih! Suka ngada-ngada deh kamu, lagi pula aku mau fokus buat belajar, kita udah kelas 12, gak ada waktu buat pacaran," sangkal Meysya.

"Aminin kek Sya, suka-suka kamu aja lah," balas Cahya.

"Udah ah gak usah bahas tentang 'dia', masuk yuk!" ajak Meysya.

Kemudian Meysya dan Cahya masuk ke dalam kelas yang mereka tempati yakni 12 IPA 4. Setelah beberapa saat, seoang guru memasuki kelas 12 IPA 4.

"Assalamualaikum," ucap guru tersebut, dia ibu Sania.

"Wa'alaikumsalam Bu," jawab semua siswa yang ada di dalam kelas.

"Langsung saja, perlu kalian ketahui Ibu yang akan menjadi wali kelas kalian di kelas dua belas ini, Ibu harap kalian bisa terbuka dengan Ibu. Baiklah langsung saja kita bentuk struktur organisasi kelas. Sebelum Ibu tunjuk, siapa yang mau mencalonkan sebagai ketua kelas? silahkan maju ke depan," ucap Ibu Sania.

Semua yang ada di kelas terdiam, tidak ada yang menjawab maupun maju ke depan kelas bahkan setelah beberapa menit pertanyaan itu dilontarkan.

"Karena tidak ada yang maju, Ibu akan menunjuk salah satu dari kalian dan tidak ada penolakan."

"Rivaldi Syahreza kamu sebagai ketua kelas, Talia Mentari kamu sebagai wakilnya, Cahya Lubis sebagai sekretaris, dan Aldi Fauzan sebagai Bendahara."

"Tapi bu-" sangkal aldi.

"Tidak ada penolakan. Ibu yakin yang tadi Ibu sebutkan namanya, kalian mampu untuk mengemban tugasnya masing-masing. Ibu percaya sama kalian," ucap Ibu Sania.

"Untuk yang lainnya, kalian tentukan sendiri. Dan ini jadwal pelajarannya, sekretaris tolong di tulis," ucap Ibu Sania.

Dengan setengah hati Cahya maju ke depan untuk menulis jadwal pelajaran.

"Baiklah Ibu tinggal dulu, 1 jam lagi Ibu akan mengecek dan Ibu minta kalian sudah menyelesaikan semua ini berikut dengan menentukan struktur yang lain dan jadwal piket, Assalamualaikum."

Kemudian ibu Sania keluar dari kelas.

"Akhh! Gue gak mau jadi bendahara!" ucap Aldi frustasi.

"Udahlah Al terima aja," ucap teman sebangkunya yaitu Deni.

"Gak bisalah, Lo gak tau aja ribet nya jadi bendahara!" sangkal Aldi.

"Berisik Al! Gak usah banyak protes ini udah keputusan Bu Sania, udah mutlak gak bisa diganggu gugat. Lagi pula tadi ibu Sania bilang dia percaya sama yang dia tunjuk, itu artinya dia tau lo mampu," ucap Talia.

"Udah gak usah ribut, lebih baik sekarang kita tentuin jadwal piket dan struktur yang lain," kata Rivaldi.

"Cahya lo tentuin siapa yang bakal jadi sekretaris 2 harus cowok, dan lo Aldi tentuin juga siapa yang jadi bendahara 2 harus cewek," kata Rivaldi.

---

Pukul 14:00 saat pulang sekolah...

"Aya aku pulang dulu ya," kata Meysya.
"Gak bareng aku aja?" tanya Cahya.
"Gak deh, lagi pula kamu juga pulangnya sama Rizal kan?"

Rizal yang Meysya sebutkan adalah Pacar dari Cahya. Mereka sudah menjalin hubungan cukup lama, hampir dua tahun.

"Eh iya sih, maaf ya Sya," ucap Cahya.

"Santai aja lagi. Yaudah aku pulang duluan, kamu hati-hati."
"Iya, kamu juga hati-hati Sya."

Meysya pun berjalan meninggalkan Cahya, ia berjalan kaki menuju rumahnya.

Sebenarnya jarak antara rumah Meysya dengan sekolahnya cukup dekat, biasanya ia akan pulang bersama dengan Cahya, atau kakaknya yang akan menjemput, tapi kali ini dia memilih berjalan kaki.

Ditengah-tengah perjalanan pulang, tiba-tiba seseorang yang mengendarai motor menghampirinya.

"Meysya! Ayo naik," ucap pengendara tersebut yang ternyata adalah Rivaldi, ketua kelasnya.

"Eh Rival, nggak makasih aku jalan kaki aja," tolak Meysya secara halus.

"Ayolah lagi pula jalan rumah kita searah."

"Tapi-"

"Udahlah gak usah tapi-tapi an, ayo cepetan naik!"

"Baiklah, makasih ya Val maaf ngerepotin." Meysya pun membonceng motor rival.

"Nggak kok Sya, santai aja."


---  To Be Continue  ---

Halo semuanya, ini aku Asya. Sebelumnya mau ngucapin banyak maaf dan terima kasih sama kalian yang udah mau baca book ku yang satu ini. Revisi ini hanya merubah sedikit kosa kata dan penulisan, maaf jika masih banyak ditemukan kekurangan dan typo.
Semoga kalian suka ya sama part 1 ini.
Oh iya buat kalian keep healthy and stay safe ya.

Salam manis,
AsyaKim 🥰

The JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang