Chapter 2 - Rain

47 3 0
                                    

"Bahkan mom gak jelasin apa pun ke Rain, mana Rain tau alasan mom sama daddy larang larang Rain" sambil beranjak dari kursi mengingat malam yang semakin larut

"Rain...mom gak mau dengar lagi kamu menanyakan hal itu, mom benar benar tidak ingin mengingatnya, karna banyak hal yang seharusnya gak kamu ingat Rain...mom hanya gak mau kamu sakit..." Teriak Alhisa ibunda Rainbee

Sementara Rain sudah berlari menaiki tangga menuju kamarnya, dilanjutkan dengan suara bantingan pintu yang menggema di lantai atas.

"Apa yang mom sembunyiin dari Rain sih .."
Kalimat itu terus menerus berputar di kepala Rain, hingga menyulitkan Rain untuk tidur. Finaly, Rain mengambil obat tidur di laci nakas lalu meminumnya untuk membantunya istirahat malam ini.

Rain lahir dan besar di Indonesia, ia menyelesaikan Sekolah Dasar di Ibu Kota. Sebelum Rain lulus sekolah dasar, Zyan ayahnya pergi ke kota asal Alhisa Ibunda Rain, yaitu di Lyon Perancis untuk merilis anak perusahan HD Group dimana pusatnya berada di Jakarta Indonesia yang di kelola langsung oleh Putra Hadi S kakek Rain di Indonesia.

Dan di sanalah Rain meneruskan sekolah menengah pertamanya. Rain tergolong orang yang anti sosial, dia kurang bisa bergaul. Sebenarnya ia tidak ingin pindah ke Lyon karena Rain tidak ingin berpisah dengan Acecia atau biasa Rain memanggilnya Sia.

Sahabat sekaligus teman satu satunya yang Rain punya. Rain sudah cukup kalo hanya Sia yang ada di sampingnya selama Sia masih sahabatnya itu bukan masalah besar bagi Rain. Namun lagi lagi ia harus mengikuti kata Daddy nya untuk pindah.

Rain benar benar merasa kesulitan jika harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan orang orang baru, Rain lebih memilih home scholling daripada belajar dengan teman teman sebayanya.

Dulu sekali saat libur sekolah Kedua orang tua Rain mengajaknya berlibur ke Lyon yang Rain lakukan selama 1 minggu hanyalah menemani Grandma ke supermarket dan petshop untuk perawatan 2 kucing kesayangannya. Sesekali bermain music dengan Grandpa.

Tidak, Rain tidak memainkan alat music apa pun dia hanya bernyanyi dan Grandpa yang mengiringinya, Grandpa adalah seorang komposer yang tidak di ragukan lagi kemampuanya, Granpa sering mengisi acara acara resmi kota, sejak Grandpa kecil sudah menjuari banyak perlombaan.

🌵🌵🌵

"Pagi Sia..."

Sapa Rain ceria, baru tadi malam Rain merasa sangat sesak karna sikap kedua orang tuanya, dan sekarang ia sudah tersenyum sangat tulus seperti itu. Memang benar tidak semua orang menemukan kata bahagia di rumahnya, Rainbee misal.

"yoo...pagi Rain..., apa ini? tadi malem Lo bilang Lo kesakitan...?" tanya Sia heran.

Sebelum Rain tertidur dia sempat mengadu seperti biasa pada sahabat satu satunya melalui pesan singkat. Namun saat Sia berusaha menghubunginya, tidak di angkat oleh Rain.

To : siSia

Sia...
.aku kesakitan sia...
.kenapa semuanya sakit sekali...
.huuaaa...😭😭

Ahh..benar Sia pasti lagi party, tidak mungkin menggubrisnya. Terdengar helaan nafas sampai Rain tertidur.

"Apa itu penting Sia...?"
"Lalu apa yang penting Rain..?"
" Perut aku sekarang yang terpenting, aku belum memakan sarapanku....."
Sia mendengus kesal, kebiasaan Rain tidak pernah pergi sarapan setelah tengkar dengan orang tuanya.
"Ayo,..temenin aku sarapan di kantin ..." sambil menarik narik tangan sahabatnya itu.
Sia hanya mengangguk tanda setuju.

Sia adalah sahabat terbaik yang Rain punya. Setelah Rain lulus Sekolah Menengah Pertama di Lyon dulu, Rain dan Alhisa di jemput oleh Zyan untuk kembali ke Jakarta dan melanjutkan sekolah disana.

Ayahnya sudah terlebih dahulu pindah ke Indonesia karena ada hal yang sangat mendesak. Sebagai pewaris tunggal HD Group, Zyan Atmaja S bertanggung jawab penuh atas perusahaan yang di tinggalkan oleh kakek Rain 3 tahun yang lalu.

Dan disinilah Rain setelah menyelesaikan sarapanya di kantin, Rain duduk di dalam kelas sambil menunggu bell masuk.

Rain bersekolah di SMA Yudhistira, Sekolah SMA swasta yang di bangun oleh HD Group sendiri, entah apa tujuan orang tuanya menyekolahkannya disini, padahal dengan nilai yang Rain punya ia bisa bersekolah elite lainya. SMA Yudhistira memang bukan sekolah swasta biasa untuk masuk di SMA elite itu juga ada seleksi dan aturan yang sangat ketat. Namun karna Sia juga daftar di sekolah ini jadi Rain tidak akan menolak lagi.

Sudah 1 tahun berlalu Rain tinggal di Jakarta sekarang Rain sudah kelas XI di jurusan bahasa. Tiba tiba...

"Rain lo ngelamun lagi...?" Sia heran sudah berapa kali dia mendapati Rain melamun. Saat jalan ke kantin, saat menunggu pesanan, saat kembali ke kelas, dan ini yang ke 4 nya dia sadarin Rain dari lamunannya.

Sia tau betul apa yang di pikiran Rain, meskipun diam saja Sia adalah orang yang sangat peka dengan kelakuan sahabatnya satu ini. Sebenarnya Sia ingin menunggu sampe Rain menceritakan sendiri tapi sepertinya ia sudah tidak sabar lagi.

"Gue tebak apa yang lo pikirin, Nyokap Bokap lo..ato si kutukupret Arka itu? Lo pilih salah satu ...mana yang mau lo ceritain dulu, gue males liat Lo nglamun mulu...kesambet lo lama-lama tau gak..." Rain berkedip dua kali menanggapi ocehan panjang lebar Sia.

"hehehe..udah bel belum Sia?" tanya Rain polos, tapi memang dia tidak mendengar bell yang berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu.
"Udah....!!" Sia menjawab kesal sendiri.
"Ko aku ga denger ya hahha..."
"Lo nglamun mulu dari tadi oneng...dan sekarang Fisika kosong, lo harus cerita!!" perintah Sia.

"Ehh..iya Sia..."
Rain mulai bercerita tentang kegelisahanya, apa menurut kedua orang tuanya Rain belum cukup dewasa untuk mengetahui hal yang katanya menyakitkan itu? Rain hanya tau hal itu sangat sakit jika di ingat tapi apa memang Rain selemah itu?Tapi bagaimana Rain bisa menerima perlakuan ini tanpa menerima alasan. Apa menurutnya Rain bisa hidup tenang dengan kebutaan masa lalu seperti ini. Rain berkaca kaca

"Apa menurutnya aku bakal baik baik saja kalo aku benar benar tidak tau apa apa?"
"Semuanya pasti baik baik saja Rain.." Sia menggenggam tangan Rain yang gemetar. Rain kuat dia merasa sakit yang ia tidak tau darimana asalnya. Rain ketakutan tapi tidak tau apa yang menakutinya, bahkan Sia sangat kesakitan melihat sahabatnya seperti ini.

"Rain..Tante Alhisa,..Om Zyan,.. itu sayang banget sama Rain...meraka ga bakalan sampe hati nyakitin Rain, kalo menurut Rain udah cukup dewasa dan kuat untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, mungkin merekalah yang sebenarnya belum siap untuk membuka luka itu lagi, yang mereka pikir mungkin biarlah meraka yang merasakan sakit itu, mereka hanya tidak tega jika Rain turut mersakannya, mengertilah dari sudut pandang mereka Rain..."

Rain tenang, ya..Sia selalu bisa membuatnya nyaman dan tenang. Setelah Sia merasa Rain tenang dan tangan yang bergetar itu juga sepertinya sudah hilang. Sia mencoba membuka Topik lain tentang si kutukupret Arka

"Trus gimana dengan Arka?"

Hehehhehe....
Karna banyak hal HR batal publish dulu,
Tapi sekarang akan lebih aku fokusin untuk cerita ini..

Ada rencana juga buat cerita baru karna saking pusingnya banyak sekali ide yang bertebaran tapi tidak bisa membuatnya satu persatu aku pengen selesein HR dulu pokoknya...

Semangatin aku ges...huhuhu...😭
Thankyuu yang udah baca HR sebelum aku revisi ini semoga kedepanya lebih terealisasi ide² ku ini...
.
.
.
.sampai jumpa chapter selanjutnya...
.bay..bay...😁😁

MELOCACTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang